Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Artis Merangkap PSK Kelas Tinggi?

14 Februari 2014   11:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:50 7651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keterlibatan artis dengan para koruptor kelas kakap semakin banyak terjadi. Entah itu Ahmad Fathanah, M Lufti Hasan, Akil Mochtar atau yang terakhir disebut adalah Wawan, adik kandung Atut Chosiyah. Nama-nama artis yang terlibat bisa penyanyi atau pemain sinetron, baik yang sudah terkenal maupun yang hanya terdengar sayup-sayup.

Mengapa artis bisa memasuki kehidupan para koruptor? Jawabannya hanya satu; persoalan materi. Kekayaan yang berlimpah, bisa memiliki sesuatu yang diidamkan tanpa bersusah payah. Siapa yang tak mau mendapatkan mobil mewah yang harganya milyaran rupiah? Siapa yang tidak ingin tinggal di gedung megah dengan fasilitas lengkap. Gemerlap dunia artis harus ditunjang dengan penampilan yang yahud.

Persaingan dalam dunia artis memang sangat tinggi. Jangan mengira bahwa bayaran artis bisa tinggi dalam sekejap.  Seorang teman yang menjadi bintang iklan televisi menceritakan bahwa artis-artis muda, apalagi yang belum terkenal, hanya dibayar murah. Mereka hanya bisa mendapat uang banyak jika mau melakukan tayangan tripping, yang sangat menguras waktu dan tenaga. Bahkan para pemula, harus mau jika hanya ditawari bayaran lima puluh ribu rupiah dan mereka menjalaninya demi merintis karir sebagai artis. Mereka bermimpi menjadi artis ternama.

Jika artis-artis muda yang cantik itu tidak ulet dan sabar, mereka tidak akan bisa mengapai impian tersebut. Padahal kebanyakan dari mereka sudah bergaya hidup sebagai artis, harus menjaga penampilan dengan fashion trendy dan merawat tubuh dari ujung kaki hingga ujung rambut. Semua memerlukan biaya yang tidak sedikit. Bagi yang mudah putus asa dan tidak tahan mental, maka mereka mencari jalan pintas, yaitu dengan menjadi simpanan seorang pejabat atau konglomerat. Mereka bisa mendapatkan kemewahan tanpa harus antri casting dan kurang tidur setiap hari.

Maka, apa bedanya para artis tersebut dengan PSK? Malah mereka sangat menjual kecantikan dan kemolekan tubuhnya agar mendapatkan barang-barang mewah. Koruptor-koruptor itu tak segan-segan membelikan mobil mewah asal mereka dilayani dengan baik. Kalau PSK jalanan menjual tubuhnya untuk sekedar makan, tapi kalau para artis adalah demi gaya hidup mewah. Langganan PSK jalanan bisa siapa saja, sedangkan langganan para artis adalah kalangan terbatas, yang punya kantong sangat tebal. Dengan kata lain, artis-artis itu adalah PSK kelas tinggi.

Artis merangkap PSK sebenarnya bukan barang baru. Dahulu, di zaman Orde Baru juga sudah menjadi gaya hidup jika seorang pejabat memiliki simpanan artis. Dan karena pers sangat dibatasi ketika itu, maka jarang yang berani memberitakannya. Sedangkan sekarang pers bebas mengungkap apa saja. Apalagi jika hal itu menyangkut masalah korupsi yang menjadi perhatian utama negeri ini.

Memang tidak semua artis terjebak ke dalam gaya hidup konsumtif, masih ada artis baik-baik. Namun keterlibatan artis dalam kasus korupsi telah menambah coretan hitam dunia artis di samping narkoba. Karena itulah seharusnya media televisi kita harus mengurangi tontonan menyesatkan yang memuja kehidupan materialistis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun