Perlu dipikirkan pula ide dari Presiden terpilih Jokowi tentang pengadaan kartu bagi orang yang pantas menggunakan BBM/BBG bersubsidi. Cara ini memang bisa menjadi solusi untuk lebih tertib dalam penyaluran gas bersubsidi agar tepat sasaran, yaitu rakyat kecil.
eksplorasi
Indonesia adalah negara yang diberkati Tuhan. Luas wilayahnya  malah  lebih besar dari negara adidaya Amerika Serikat. Dengan luas wilayah sebesar ini, Indonesia memilik kekayaan alam yang luar biasa, yang dapat digunakan untuk menyejahterakan rakyat. Karena itu kurang masuk akal jika negeri ini harus mengimpor bahan-bahan alam  dari negara lain. Dan lebih tidak masuk akal jika kekayaan alam yang ada dikelola oleh perusahaan asing dan mengalir ke negara lain. Kasus Freeport membuktikan bahwa  kekayaan alam Indonesia berupa minyak dan emas di bumi Papua telah  dikeruk untuk menguntungkan Amerika Serikat. Ini adalah salah satu kesalahan yang terjadi pada awal Orde Baru yang harus diperbaiki.
Maka kita percaya bahwa segala macam mineral ada di bumi Nusantara. Kalau kita mampu menghasilkan gas alam, mengapa tidak mencoba untuk memproduksi gas elpiji? Masih banyak daerah yang belum dieksplorasi, terutama di wilayah laut. Tambang minyak lepas pantai memang telah ada, tetapi juga belum maksimal. Perlu dilakukan penelitian oleh para ilmuwan dalam negeri untuk menemukan sumber-sumber migas yang baru. Wilayah laut yang merupakan 2/3 dari luas wilayah Indonesia secara keseluruhan masih terbuka untuk eksplorasi. Namun pemerintah jangan lagi melakukan kesalahan dengan membiarkan PMA yang melakukan hal tersebut. Banyak pengusaha pribumi yang memiliki kapabilitas untuk mengelola sumber daya alam. Beri kesempatan dan keleluasaan kepada para pengusaha pribumi untuk berprestasi. Beberapa hal bisa dicapai, negara bisa mendapatkan devisa, membuka lowongan pekerjaan untuk masyarakat dan terpenuhinya kebutuhan rakyat akan gas elpiji. Dan pada saatnya nanti kita bisa  berhenti mengimpor gas elpiji dari luar negri. Tak ada alasan bagi Pertamina untuk merugi.
,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H