Zaman sekarang, guru tidak bisa sembarang orang. Â Menjadi seorang guru bukanlah seperti karyawan yang hanya menanti gaji setiap bulannya. Ada beban moral sebagai seorang pendidik, sehingga guru tidak bisa santai, bersikap seenaknya atau pasrah dengan keadaan. Perubahan dunia yang begitu cepat, menuntut guru untuk lebih meningkatkan kemampuannya.
Namun sayang masih banyak guru yang tidak menyadari hal itu. Mereka hanya terpaku pada kurikulum dan buku-buku teks. Dunia mereka masih terkungkung pada dinding-dinding kelas. Ibarat seekor kuda dengan kacamatanya, hanya bisa memandang ke depan, padahal begitu banyak yang bisa dilihat dari sebelah kanan dan kiri. Sedangkan di luar sana, anak-anak muridnya sudah tenggelam dalam dunia internet yang tak berbatas, bergaul dengan dunia luas. Â Guru yang kolot, hanya akan ditertawakan murid-muridnya, hanya bisa mendikte dengan pola yang kaku Alhasil, para guru sudah tidak bisa mengontrol anak didik.
Satu pola lagi yang tidak sehat untuk guru, hanya mengejar sertifikasi, mengikuti berbagai seminar dan lokakarya untuk mengumpulkan piagam agar dapat naik pangkat. Ini adalah sistem yang salah. Sistem ini tidak menjamin bahwa guru akan lebih berkualitas. Justru mencetak guru yang standar pemikirannya berbuat untuk dirinya sendiri, tanpa memikirkan bagaimana tanggung jawab mereka sebagai pendidik.
Pentingnya guru menulis
Harus diingat bahwa guru mendidik generasi muda penerus bangsa. Kualitas guru menentukan kualitas generasi mendatang. Maka bisa dibayangkan bagaimana mutu generasi muda jika guru tidak berusaha meningkatkan kemampuannnya. Dalam hal ini, banyaknya piagam dan sertifikat, bukan cara yang tepat. Cara yang paling jitu untuk menjadi guru yang hebat adalah dengan menulis.
Mengapa menulis? karena menulis bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Menulis membutuhkan ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas. Â Hal itu bisa didapat jika banyak membaca. Mau tak mau orang yang menulis harus banyak membaca sebagai referensi untuk setiap tulisan yang dihasilkannya. Baik itu membaca buku, media cetak atau media online. Membaca adalah jendela dunia, membuka cakrawala-cakrawala baru yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan. Berkat membaca, guru dapat menemukan ide-ide baru dan mengembangkannya untuk kepentingan pengajaran.
Menulis mempunyai sejuta manfaat. Minimal, guru dapat mengasah kebahasaannya, baik itu kosakata, tata bahasa dsb. Semakin sering menulis, semakin bagus bahasanya. Â Lebih dari itu, menulis menguatkan daya ingat guru. Ibarat hafalan, setiap ia mendapatkan pengetahuan dari membaca, ia akan mengulangnya dengan menulis. Dan pada akhirnya, guru membagikan ilmu yang diperolehnya melalui tulisan.
Maka kita dapat melihat, semakin banyak menulis, semakin banyak  membaca, semakin terasah pula kecerdasan seorang guru.  Ia menjadi sumber ilmu yang dibutuhkan oleh para muridnya. Persoalan apapun yang dipertanyakan siswa, ia bisa menghadapinya. Guru seperti ini akan menjadi idola setiap siswa. Pada kesempatan inilah guru dapat memotivasi murid untuk menjadi yang terbaik. Dia juga dapat mendorong murid berbuat hal yang sama, banyak membaca dan menuangkannya dalam tulisan.
Guru hebat pasti muridnya menjadi lebih hebat. Kita bisa mengharapkan tumbuhnya generasi muda yang kuat dan brilian. Generasi muda yang dibutuhkan untuk menjaga eksistensi bangsa, di tengah arus globalisasi    yang begitu deras. Karena itu tidak ada alasan untuk tidak menulis. Jadilah guru hebat dengan menulis.
Persoalan kualitas guru telah menjadi perhatian banyak pihak. Lembaga-lembaga yang bersifat nasional dan internasional sangat concern pada masalah ini. Misalnya saja Tanoto Foundation (dapat dilihat di www tanoto foundation.org atau Sukato Tanoto  (www sukantotanoto.net). Selain itu masih banyak lembaga yang sangat peduli dan mendukung peningkatan kualitas guru. Wahai guru, kalian tidak sendiri, karena itu mulailah belajar menulis.
setiap orang bisa menulis