[caption id="attachment_387950" align="aligncenter" width="300" caption="patung sang naga"][/caption]
Pernah ke kelenteng? kalau di Jakarta, kita bisa menemukannya di kawasan Pecinan kota tua. Sayangnya kelenteng-kelenteng di Jakarta tidak terlalu besar dan jarang dibuka untuk umum. Kita tidak begitu tahu apa isi dari tempat peribadatan keturunan Tionghoa itu. Padahal banyak orang yang tertarik pada cerita dan budaya dari negeri Tiongkok. Contohnya, bagaimana tingginya minat masyarakat terhadap film-film kolosal China, baik itu legenda White snake dan Sun Go Kong. Tetapi di Senggarang, anda bisa 'bertemu' dengan tokoh-tokoh legenda tersebut.
Senggarang adalah kota kecil di pulau Bintan, Kepulauan Riau. Jaraknya kurang lebih satu jam dari Tanjung Pinang, ibukota Kepulauan Riau. Perlu diketahui, di Pulau Bintan ini penduduknya banyak yang keturunan Tionghoa. Maka tak heran jika kita mudah menemukan kelenteng di sini, salah satunya adalah di Senggarang. Kelenteng Senggarang bukan tempat wisata, melainkan tempat peribadatan sebagaimana umumnya. Namun karena kelenteng ini terbuka untuk umum, masyarakat pun memanfaatkannya sebagai tempat wisata. Apalagi tempat ini tidak dipungut biaya alias gratis.
Kelenteng Senggarang memiliki halaman yang luas di tepi laut.  Pemandangan yang ada di lepas pantai adalah pulau Penyengat, yang terkenal sebagai asal Raja Ali Haji, pencipta Gurindam 12.  Jarak pulau ini hanya 20 menit dari bibir pantai dengan menggunakan perahu motor.  Pantai yang teduh dengan pepohonan yang rindang dan angin laut yang kencang  adalah kegemaran muda-mudi yang dimabuk cinta. Ada saja pasangan yang menyelip di antara pepohonan tersebut. Sedangkan pengunjung lain senang melihat-lihat ke seluruh area kelenteng.
Patung para Dewa  tidak berada dalam gedung kelenteng. Mereka menyebar di halaman. Justru kelenteng itu sendiri tidak seberapa besar, tetapi penuh dengan pernak pernik persembahan. Bau dupa dan ohio yang dibakar memenuhi ruangan dalam kelenteng. Ciri khas warna kelenteng adalah kuning emas berpadu merah. Lampion-lampion bergantungan di depan pintu masuk dan juga di dalam ruangan. Penjaga yang ramah akan memperbolehkan anda berfoto selfie di sini, asalkan tidak berbuat iseng dengan mengambil atau mengubah pernak pernik di sana.
Di halaman depan atau samping kelenteng, kita akan menemukan patung Dewi Kwan Im yang terkenal sebagai Dewi penolong bersama patung seorang anak perempuan. Dewi Kwan Im ditempatkan di tengah kolam ikan yang dihias dengan batu-batu besar. Warna patung ini adalah kuning emas dari ujung rambut sampai ujung kaki. Di kolam sebelah, yang penuh dengan ikan Koi, ada patung Dewa Mabuk bersama anak buahnya. Â Patung Dewa ini berbentuk pendek dan gemuk, juga berwarna kuning emas.Di hadapan kedua kolam ini adalah taman yang berisi patung berbagai jenis binatang yang sering muncul dalam film-film legenda seperti babi dan monyet.
Di belakang kelenteng ada halaman luas yang menyerupai bukit kecil. Sebelum mendaki tangga, di sebelah kiri kita akan mendapati patung ular  naga, yang terkenal dengan sebutan Liong. Patung Liong ini dikelilingi semak-semak bunga sampai ke ekor, tapi kepalanya ada di tengah kolam.  Kita bisa menaiki patung ini kalau mau kelihatan seperti dalam film, atau cukup di samping badan sang ular yang bergerigi.  Setelah naik tangga, beberapa patung dewa akan menyambut dengan kemegahannya, antara lain patung Dewa Seribu tangan dan teman-temannya. Patung Dewa Seribu tangan ini yang paling besar dan indah.  Ia dikelilingi pagar besi yang menjaga agar tidak bisa disentuh oleh para pengunjung.
Tak jauh dari patung para dewa, Â kita akan menemukan gerombolan Sun Go Kong, termasuk siluman babi, siluman kerbau dan si Biksu yang menjadi guru Sun Go Kong. Â Mereka berkumpul dalam area kecil dengan tingkah polah masing-masing. Tempat ini pasti disukai oleh anak-anak dan penggemar film Sun Go Kong, si raja kera yang terkenal dengan kecerdikannya. Ada pula patung seorang dewa yang menyendiri dan tampaknya jarang dilihat oleh pengunjung, rumput dan semaknya terlihat liar sehingga menimbulkan kesan agak angker.Patung-patung lain masih ada di area sebelah kanan, tetapi karena tidak berwarna kuning emas, maka kelihatan kurang menarik. Para pengunjung jarang mengambil foto di area tersebut.
Hebatnya, kelenteng ini memiliki panggung besar  yang berdiri di ujung halaman parkir yang luas.  Panggung itu digunakan setiap kali ada penyelenggaraan acara peringatan  yang bersifat keagamaan atau budaya. Di sisi kiri dan kanan panggung juga dihiasi patung-patung yang tidak seberapa besar. Sedangkan tembok yang memisahkan area kelenteng dengan pemukiman penduduk dihiasi dengan lambang-lambang perbintangan atau shio. Satu hal yang patut dicontoh adalah kebersihan yang selalu terjaga, baik di dalam kelenteng atau di halaman. Toilet yang berderet di tepi laut tampak lumayan bersih. Uniknya, lubang toilet ini langsung jatuh ke laut (jadi kalau buang air/BAB langsung ke laut) , nah lho.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H