Ustazah Halimah juga  bilang, kalau segala ujian yang telah menimpaku, bisa jadi pengingat diri akan dosa-dosa yang tidak disadari. Selain itu, aku harus banyak berdoa memohon keutuhan rumah tangga dan dihindarkan dari segala godaan.
Kalimat yang Ter lun cur dari bibir Ustazah Halimah bak embun pagi menyirami panasnya hati. Aku sadar, selama ini terlalu lalai dalam mengingat Sang Maha Kuasa. Mungkin, ini semua teguran dari-Nya, karena ibadahku hanya sebatas menunaikan kewajiban.
***
Hari berganti, hingga satu minggu berlalu, aku mencoba menata rasa, meskipun harus tertatih dan merintih. Bayangan hitam tentang hubungan Mas Agus dan Rianti masih selalu membuntuti.
 Bunyi dering ponsel Mas Agus membuatku urung menyematkan peniti pada kerudung. Tertera nomor tidak dikenal di layar lima inci itu. Dengan penuh penasaran, aku mengangkat telepon. Terdengar suara gelagapan seorang wanita setelah aku mengucapkan salam.
"Rianti! Aku mohon, mulai detik ini, jangan mengganggu suamiku!" Aku langsung menebak si pemilik suara sembari menahan emosi yang mulai meluap.
"Aku tidak mengganggu suamimu, ya! tapi, dia sendiri yang menggangguku." Jawaban sinis tersebut membuktikan bahwa benar pemilik suara itu adalah Rianti.
"Tapi, Mas Agus tidak akan terus meng g0damu, jika tidak dibalas olehmu!" desis ku sambil menggigit bibir bagian bawah, berusaha tidak berkata kasar pada wanita penggoda itu.
Rianti meracau tidak jelas. Dia balik menye rang ku dengan cacian. Bahkan, mantan pacar Mas Agus itu m e nga tai ku bahwa wanita yang takut suaminya direbut adalah perempuan yang ragu untuk laku kembali.
Ingin rasanya aku membalas dengan serapah yang sama. Namun, kalau dilayani, Â apa bedanya aku dengan Rianti. Dengan sigap aku menutup telepon, lalu memblokir nomor tersebut.
Cacian Rianti terus terngiang di telinga, memberikan motivasi kepadaku untuk mempertahankan rumah tangga.