Terdengar dengkuran halus Alif. Aku menghentikan pijitan, lalu melihat ke samping kiri, Tampak Alif tertidur pulas.
Aku menghela napas lega. Setidaknya Alif tidak akan menggangguku selama tidur. Aku mengambil bantal dan guling miliknya, lalu merebahkan diri senyaman mungkin di sofa.
Pengaruh Ac yang dingin, membuat tubuh ini menggigil. Walaupun di pabrik terbiasa dengan AC, tapi kalau tidur serasa tak nyaman. Aku teringat penjelesan Keyla tadi cara mematikan AC. Ku ambil remot kecil itu di atas nakas, lalu menekan tombol off.
Perlahan aku memejamkan mata sembari memeluk guling. Berharap bisa mengukir mimpi yang indah malam ini, tak seperti malam-malam kemarin yang buruk.
Malam yang indah penuh hiasan bintang-bintang. Rembulan bersinar sangat trerang. Mungkinkah ini sudah purnama lagi? Aku lupa tanggal Hijriyah, tapi kurasakan malam ini benar-benar indah. Tidur di sofa ini serasa berbaring di awan. Begitu lembut dan nyaman..
Aku terbangun begitu mendengar sura azan dalam keadaan memeluk guling. Perasaan ada Sesuatu yang aneh. Aku terperanjat mendapatkan diri tertidur di ranjang Alif dengan memeluk guling kesayangan.
"Alhamdulillah sudah bangun rupanya, tadinya mau aku bangunin."
Aku melirik sumber suara. Tampak alif sudah rapi, sepertinya hendak berangkat ke mesjid.
"Bang, kenapa aku ada di sini?" tanyaku heran.
Alif tersenyum. "semalam, aku ambilin guling kamu, lalu lihat kamu sempat akan terjatuh dari sofa, kasihan. Jadi, aku pindahin ke ranjang.
"Ka-kamu pindahin aku pakai apa?"
"Ya, aku boponglah! Masa pake remot!" Alif terkekeh menjawab pertanyaanku yang mungkin menurutnya kurang bermutu.
"Te-terus kita tidur berdua di sini?" aku meraba-raba tubuh, memastikan tidak ada yang kurang. Soalnya sedikitpun, diri ini tidak ingat apa yang terjadi semalam.
"Tenang, semalam aku tidur di ruang tengah. Habis di sini gerah. Ac-nya kamu matiin?"