Mohon tunggu...
Empi Muslion
Empi Muslion Mohon Tunggu... Administrasi - pengembara berhenti dimana tiba

Alang Babega... sahaya yang selalu belajar dan mencoba merangkai kata... bisa dihubungi : empimuslion_jb@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ayah di Jalanan

17 Desember 2019   14:23 Diperbarui: 17 Desember 2019   14:20 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tinggal di Jakarta. Saat anak-anakku masih kecil, mereka sering aku ajak untuk berolahraga sekaligus berekreasi di indahnya cuaca di jalanan kota Jakarta di Minggu Pagi. Kadang membawanya berjalan memasuki lorong-lorong gang di pemukiman kota jakarta, kalau ada rezeki membawanya bermain ke luar kota, ke sungai, ke gunung, ke laut, ke bangunan tua atau tempat tempat lainnya.

Walau kadang mereka sangat malas untuk mau bangun pagi di hari Minggu dan diajak berolahraga, namun selalu ada cara untuk 'menculik'nya dan akhirnya senang dan tertawa bersama.

Setiap Minggu pagi, kegiatan car free day berlangsung dibeberapa sudut Kota Jakarta, begitupun di kota-kota besar lainnya di Indonesia, seperti di Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Bogor dan kota-kota lainnya.

Karena rumah kami dekat dari jalan Sudirman Jakarta, maka car free day di jalan Sudirman-Thamrinlah selalu tempat favorit kami ikut berlalu lalang bersama kerumunan manusia lainnya dikemeriahan suasana car free day. Selesai olah raga biasanya ditutup dengan makan Sate Padang atau lontong sayur di Bopet Mini Benhil.

Suasana car free day dijalanan, ini adalah kesempatan yang senyatanya, untuk dapat melihat berbagai pola ayah dalam mengasuh anaknya. Atau melihat problema ayah dan anaknya, atau kisah ayah dan anak sebagai makhluk yang hidup di dunia.

Ada ayah yang menggendong bayinya dengan kain gendongan, ada ayah yang membimbing anaknya, ada ayah yang mengajari anaknya bersepeda, ada ayah yang mengendong bayinya dipunggungnya sambil dibawa ayahnya bersepeda, ada ayah yang bersepeda sama-sama dengan keluarga dan anaknya, ada ayah yang bermain bulutangkis dengan anaknya, ada ayah yang bermain bola dengan anaknya dipinggir jalan, ada ayah yang bermain sepatu roda dengan anaknya.

Ada ayah yang berjualan dengan anaknya, ada ayah yang membawa anaknya mengamen sambil bernyanyi bersama, ada ayah pemulung yang membawa kedua anaknya dinaikkan diatas gerobaknya, ada ayah direktur bank ternama yang membawa anaknya dengan kereta dorong yang mahal harganya.

Ada ayah yang membiarkan istrinya menggendong anaknya, ada anak-anak yang berolahraga tanpa didampingi oleh orang tuanya, ada anak-anak yang dimanfaatkan untuk meminta-minta, dan berbagai pemandangannya lainnya.

***

Soal gendong menggendong anak, alkisah ada salah seorang anak saya, yang baru berhenti minta digendong kemanapun pergi setelah kelas 2 SD.

Kisah berhentinya juga unik, suatu waktu, saya, istri dan ketiga anak saya pergi mencuci mata ke salah satu mall di Jakarta tepatnya di Mall Gandaria City, salah seorang anak saya tetap minta di gendong, dan saya juga dengan senang menggendongnya. Saat itu tiba-tiba salah seorang Saudaranya berkelakar, "waah anak kampuang masuk mall". Anak saya yang suka digendong ini memang type pemalu, maka saat itu juga dia minta turun dari gendongan saya, dan sejak saat itu dia tidak mau lagi digendong.

Potret dan fenomena ini jika diurut tak akan ada habis-habisnya dituliskan dalam berbagai keadaan, kisah dan pelajaran hubungan ayah dan anaknya akan terbentang panjang dalam segala dinamikanya.

Walau pemandangan dalam setiap car free day, jumlah ayah dan anak yang memanfaatkan jalur car free day untuk berolahraga bersama, berekreasi bersama, ataupun memanfaatkan waktu bersama anak dan keluarganya, tidak sebanyak lalu lalang manusia dengan kesendiriannya atau individualnya masing-masing. Namun kita tetap bisa mengambil pelajaran dan hikmah tentang ayah dan anaknya, baik secara kualitas ataupun kuantitasnya.

Apapun itu pemandangannya, seperti, ada ayah pemulung yang membawa anaknya dalam gerobak dorong yang penuh dengan kardus berkas dan barang rongsokan. Ada ayah direktur bank dengan segala kemewahannya membawa anaknya dengan kereta dorong yang empuk.

Pada hakikatnya adalah sama saja, kebahagiaan dan kehangatan anak dengan ayahnya bukanlah terletak pada benda dan status yang mampu diberikan sang ayah.

Air muka kedua anak yang berada dalam kereta dorong yang berbeda itu, tetap bersorak dalam kebahagiaannya, tetap simpati dan bangga dengan wajah ayahnya masing-masing, tetap ceria memandang manusia yang lalu lalang ditengah deru laju pembangunan kota, mereka pasti tak akan mau menukar ayahnya.

Yang mereka perlukan bukanlah dengan apa mereka di dorong, mereka tak akan melihat apa pekerjaan ayahnya, bagaimana rupa wajahnya, tetapi yang mereka impikan dan mereka inginkan adalah dorongan rasa kasih dan tindakan perhatian ayahnya untuk mengajari, menceritakan, dan bercengkrama membawanya melihat luasnya alam yang terbentang melalui dialog dan transfer informasi yang dimiliki, memegang hangat tangan ayahnya dalam memberikannya pelajaran kehidupan dan bekal diakhirat kelak.

Ketulusan, keikhlasan, kehangatan dan sentuhan dekapan hangat tubuh ayah adalah simptun yang akan membakar syaraf dan nadi anak menjadikan anak-anak tumbuh percaya diri dan bertanggungjawab. Akan menjadikan anak-anak menerima realitas tentang diri dan lingkungannya. Akan menjadikan anak-anak memiliki karakter dan kepribadian yang tak gamang menatap dinamika perubahan zaman yang terus berlari dan berevolusi secara kencang.

Karena kekuatan batin dan cinta ayah adalah kekuatan maha dahsyat yang akan dimiliki oleh sang anak dalam meneruskan kehidupan dan masa depannya.

Ibarat kapal, Ayah adalah tiang dan jangkar untuk berpegang, ayah adalah kompas untuk berlayar, ayah adalah nakhoda yang suatu saat kemudi kapal akan diestafetkan kepada sang anak.

Ayah adalah tetap makhluk terindah dan yang dicintai tulus ikhlas oleh anak-anak, apapun itu adanya. Anak-anak adalah titipan Illahi di muka bumi, dengan segala ketulusan dan kepolosannya.

Maka bimbing, didik, dorong, ajar, dekap, belas, kasih dan sayangilah anak sehangat aliran darah dan selama detak jantung ayah selagi diberi nikmat hidup oleh Sang Illahi.

, ayah mendorong anak di car free day (dokpri).
, ayah mendorong anak di car free day (dokpri).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun