Mohon tunggu...
Empi Muslion
Empi Muslion Mohon Tunggu... Administrasi - pengembara berhenti dimana tiba

Alang Babega... sahaya yang selalu belajar dan mencoba merangkai kata... bisa dihubungi : empimuslion_jb@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ayah di Jalanan

17 Desember 2019   14:23 Diperbarui: 17 Desember 2019   14:20 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
, ayah mendorong anak di car free day (dokpri).

Potret dan fenomena ini jika diurut tak akan ada habis-habisnya dituliskan dalam berbagai keadaan, kisah dan pelajaran hubungan ayah dan anaknya akan terbentang panjang dalam segala dinamikanya.

Walau pemandangan dalam setiap car free day, jumlah ayah dan anak yang memanfaatkan jalur car free day untuk berolahraga bersama, berekreasi bersama, ataupun memanfaatkan waktu bersama anak dan keluarganya, tidak sebanyak lalu lalang manusia dengan kesendiriannya atau individualnya masing-masing. Namun kita tetap bisa mengambil pelajaran dan hikmah tentang ayah dan anaknya, baik secara kualitas ataupun kuantitasnya.

Apapun itu pemandangannya, seperti, ada ayah pemulung yang membawa anaknya dalam gerobak dorong yang penuh dengan kardus berkas dan barang rongsokan. Ada ayah direktur bank dengan segala kemewahannya membawa anaknya dengan kereta dorong yang empuk.

Pada hakikatnya adalah sama saja, kebahagiaan dan kehangatan anak dengan ayahnya bukanlah terletak pada benda dan status yang mampu diberikan sang ayah.

Air muka kedua anak yang berada dalam kereta dorong yang berbeda itu, tetap bersorak dalam kebahagiaannya, tetap simpati dan bangga dengan wajah ayahnya masing-masing, tetap ceria memandang manusia yang lalu lalang ditengah deru laju pembangunan kota, mereka pasti tak akan mau menukar ayahnya.

Yang mereka perlukan bukanlah dengan apa mereka di dorong, mereka tak akan melihat apa pekerjaan ayahnya, bagaimana rupa wajahnya, tetapi yang mereka impikan dan mereka inginkan adalah dorongan rasa kasih dan tindakan perhatian ayahnya untuk mengajari, menceritakan, dan bercengkrama membawanya melihat luasnya alam yang terbentang melalui dialog dan transfer informasi yang dimiliki, memegang hangat tangan ayahnya dalam memberikannya pelajaran kehidupan dan bekal diakhirat kelak.

Ketulusan, keikhlasan, kehangatan dan sentuhan dekapan hangat tubuh ayah adalah simptun yang akan membakar syaraf dan nadi anak menjadikan anak-anak tumbuh percaya diri dan bertanggungjawab. Akan menjadikan anak-anak menerima realitas tentang diri dan lingkungannya. Akan menjadikan anak-anak memiliki karakter dan kepribadian yang tak gamang menatap dinamika perubahan zaman yang terus berlari dan berevolusi secara kencang.

Karena kekuatan batin dan cinta ayah adalah kekuatan maha dahsyat yang akan dimiliki oleh sang anak dalam meneruskan kehidupan dan masa depannya.

Ibarat kapal, Ayah adalah tiang dan jangkar untuk berpegang, ayah adalah kompas untuk berlayar, ayah adalah nakhoda yang suatu saat kemudi kapal akan diestafetkan kepada sang anak.

Ayah adalah tetap makhluk terindah dan yang dicintai tulus ikhlas oleh anak-anak, apapun itu adanya. Anak-anak adalah titipan Illahi di muka bumi, dengan segala ketulusan dan kepolosannya.

Maka bimbing, didik, dorong, ajar, dekap, belas, kasih dan sayangilah anak sehangat aliran darah dan selama detak jantung ayah selagi diberi nikmat hidup oleh Sang Illahi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun