Mohon tunggu...
Empi Muslion
Empi Muslion Mohon Tunggu... Administrasi - pengembara berhenti dimana tiba

Alang Babega... sahaya yang selalu belajar dan mencoba merangkai kata... bisa dihubungi : empimuslion_jb@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

“Sudden Death: Jokowi vs Prabowo” (Tanggapan Atas ILC)

21 Mei 2014   00:22 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:18 3440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Sudden Death: Jokowi VS Prabowo” (tanggapan atas ILC)

Oleh : Empi Muslion

Entah mengapa malam ini saya begitu terpaku di depan televisi, barangkali hanya karena rasa ikut memiliki sebuah bangsa tempat beta dilahirkan. Akhirnya saya tak ditemani oleh anak anak untuk menonton karena mereka semua lari ke kamar dan main di luar rumah karena acara yang saya tonton katanya melulu Metro TV dan TV One.

Kebetulan pula acara Bang Karni Ilyas dengan Indonesia Lawyers Club-nya mengangkat tema“Sudden Death: Jokowi vs Prabowo.” Karena tak tahan ikut memberikan komentar atas dialog yang dilakukan oleh antar tim kandidat Capres/Cawapres, sebagai anak bangsa yang ingin melihat bangsanya berdaulat, bermartabat dan sejahtera, maka saya ambil laptop dan mencoretnya. Akhirnya jadilah tulisan seperti ini, yang saya tujukan bersama untuk ILC dan kedua kandidat anak bangsa yang akan bersanding dalam niat mulia membangun negeri tentu buat kita bersama juga.

Karni Ilyas memulai diskusinya dengan melemparkan pertanyaan kepada tim kandidat Jokow-JK, apa alasan partai PDI dan beberapa partai lainnya memajukan Jokowi-JK. Pertanyaan ditujukan kepada Arya Bima. Saya mencatat apa yang disampaikan oleh Arya Bima cukup baik dan jernih apa alasan partainya mengusung Jokowi dan menduetkannya dengan JK. Intonasinya cukup datar, tidak sinis, tidak menyinggung dan tidak menyindir pihak Prabowo-JK. Diskusi sepertinya akan berjalan sebagaimana sebuah keluarga yang bercakap-cakap di meja makan.

Setelah tim Jokowi-JK menyampaikan alasannya, selanjutnya Karni Ilyas memberikan kesempatan kepada tim Prabowo-Hatta Rajasa yang dalam kesempatan pertama disampaikan oleh Fadhli Zon.

Di sini saya melihat diskusi mulai menaiki tensinya, saya menangkap Fadhli Zon menggunakan terminologi kata-kata yang mungkin bermakna ganda, sebagaimana kata Yudi Chrisnandi memainkan semantik. Memang paling tidak ada beberapa kata Fadhli yang mungkin menjadikan diskusi  menyentuh emosional peserta diskusi seperti:

“Pemimpin yang mandiri dan pemimpin yang disetir oleh partai atau petugas partai. Kalau mau maju jangan cuti mundur dong, pemimpin yang mencla-mencle kini tahu besok tempe, tegas disiplin bukan gerombolan, isu penculikan, impor bus berkarat,” dan sebagainya.

Saya pikir kalimat kalimat ini akan menjurus kepada dikusi yang akan membuat saling serang, kekuatiran saya menjadi terbukti karena setelah itu terjadi adu argumen yang kurang sedap kita lihat antara Kivlan Zen, Fadhli Zon dengan Victor Laiskodat timnya Jokowi-JK. Untung situasi ini dapat diredam.

Harapan buat ILC dan Tim Kandidat Presiden

Harapan saya ke depannya, kalau bisa dalam diskusi ILC ada panduan yang disepakati bersama tidak dilepas bebas begitu saja, dalam hal ini Karni Ilyas atau timnya di TV One harus memberikan panduan kepada peserta diskusi, seperti peserta diskusi harus memakai bahasa yang lugas, datar tidak menggunakan kata kata bersayap yang terkesan saling sindir. Sehingga diskusi berjalan lebih fokus, tidak menyulut emosi, mengedepankan substansi, konstruktif dan produktif, jika ada peserta yang suka bermain dengan kata-kata bersayap Karni Ilyas juga harus tegas untuk menyetop atau mengingatkan agar memakai kalimat yang tidak menyinggung pihak diskusi lainnya, jangan menyindir dan melontarkan kata-kata yang sarkastik sehingga memancing emosi yang tidak rasional. Kecuali guyonan yang bersifat mencairkan dan menghangatkan suasana diskusi.

Begitu pun jika mendiskusikan kedua kandidat calon Presiden kita ini, bagaimanapun inilah anak bangsa yang terbaik pada saat ini, inilah sistem yang kita bangun bersama untuk memunculkan anak bangsa yang terbaik memimpin bangsanya. Jika membahas track record calon munculkanlah prestasi-prestasi sang kandidat yang telah pernah diukir, dibuat dan disumbangsihkannya untuk negeri ini.

Tidak ada masa lalu maupun masa depan manusia ini yang sempurna bak malaikat. Pasti ada kesalahan, kesalahan itupun tidak ada hak veto kita untuk memvonisnya, kecuali vonis pengadilan, Allah SWT saja maha pengampun bagi umat-NYA.

Karena beberapa diskusi yang terjadi jika membahas kandidat tentang Prabowo, sepertinya Beliau selalu dicecar dengan hal yang pernah menimpanya di Peristiwa Semanggi, Trisakti, Group Mawar dan dipecat dari TNI, tentu hal ini juga menjadi hal yang sangat sensitif bagi timnya. Cuma sayang dalam diskusi ILC ini, yang memunculkan masa lalu yang dianggap sensitif bagi tim Prabowo justru datang dari tim Prabowo sendiri, semoga bila diskusi ke depan hal ini bisa diperbaiki lagi.

Tim kandidat Jokowi-JK juga harus dapat menerima kenyataan sejarah bangsa ini, bagaimanapun Megawati pernah memimpin negara ini, mengapa kalau memang Prabowo bersalah tidak dituntaskan di saat kepemimpinan beliau? Begitu pun di Pilpres 2009 Megawati sudah berpasangan dengan Prabowo. Jadi tidak ada alasan lagi bagi tim Jokowi-JK mengungkit peristiwa di panasnya deru reformasi 1998, walau terkesan pahit sudahlah jangan diungkit lagi. Kalau memang mau menatap masa depan yang bermartabat dan lebih baik tonjolkanlah apa saja prestasi dan kelebihan masing-masing kandidat Presiden yang akan memimpin bangsa kita ini. Sehingga rakyat dapat menimbang secara logis, fakta, dan rasional.

Bayangan terhadap tayangan ILC

Saya membayangkan dialog sekelas ILC, yang mampu menghadirkan tokoh-tokoh di negeri ini. Dapat mempertontonkan tayangan berbobot yang disampaikan oleh para peserta diskusi, menyampaikan secara elegan, mendidik, dan mencerahkan, walau hati panas tetapi kepala tetap dingin.

Dalam diskusi ILC kali ini yang pesertanya adalah para tim utama kandidat untuk beradu argumen, saya membayangkan akan keluar kalimat-kalimat taktis, strategis, dan akurat tentang adu pemikiran dan program ke depan yang akan dientaskan berdasarkan skala prioritas dan permasalahan bangsa.

Seperti beradu topik dan berargumentasi ilmiah bagaimana menyikapi sumber daya alam kita yang sebagian besar sudah dikuasai asing. Bagaimana memperbaiki moral dan karakter bangsa yang sudah bergelimangan dengan kemunafikan, seperti kasus korupsi, kasus pemerkosaan anak, kecelakaan yang setiap hari terjadi, kesemrawutan tata kelola pemerintahan, mengurus pendidikan, kemiskinan, kedaulatan energi, pangan, masalah pengangguran, dan sebagainya.

Saya melihat Efendi Ghazali dan Tjipta Lesmana yang diminta menjadi panelis dalam diskusi kali ini, juga terjebak dalam menggiring tim kandidat ke areal pribadi sang calon tetapi sedikit sekali memancing k earah substantif apa pemikiran sang kandidat Presiden untuk negeri ini.

Pertanyaan yang berbobot muncul dari Refli Harun yang memancing tim think tank kandidat untuk menjawab beberapa pertanyaan mendasar seperti; tentang tantangan bagi kandidat untuk tidak ber-money politic dalam pileg dan pilpres, jika ada ketangkap money politic apa siap untuk didiskualifikasi. Kemudian tentang kontrak karya migas Refli meminta tolong sebutkan langkah-langkah apa yang akan dilakukan bagi kandidat jika terpilih, kata renegosiasi kata Refli itu sangat lemah. Visi dan misi kedua calon, ini visi dan misi yang membuat siapa, jangan-jangan apa yang dibuat tidak sama dengan pemikiran kandidat dengan dokumen resmi yang diserahkan ke KPU. Bagaimana cara mengungkap dan menyelesaikan pelanggaran HAM masa lalu. Bagaimana cara pengentasan korupsi, apa resep ampuh yang ditawarkan untuk menjerat koruptor, apa berani menginisiasi aturan pembuktian terbalik.

Namun sayang pertanyaan berbobot dilepaskan Refli, yang saya nantikan ulasannya daripada think tank para kandidat untuk menjawabnya, ternyata tidak banyak terjawab dengan argumentatif dan dapat dipertanggungjawabkan, apalagi secara sistematis dan meyakinkan, semua jawaban normatif semata. Jawaban masih berangkat dari kerangka pikir perorangan belum blue print bersama tim kandidat.

Untuk ke depannya kalau ada diskusi seperti ini lagi, apalagi diskusi untuk kepemimpinan bangsa, baik ILC maupun tim kandidat diharapkan mempersiapkan diri dengan seksama, lebih berbobot, lebih bernas, sistematis, jelas apa dan bagaimana masing-masing kandidat membawa konsep untuk mengurusi kekusutan berbagai problem di bangsa besar ini.

Sehingga argumentasi yang keluar dari kandidat tidak diwarnai saling menyerang personal, saling menyindir, saling mengultuskan sang kandidat pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden secara membabi buta. Bagaimanapun kedua kandidat Presiden adalah akan menjadi Presiden kita bersama nantinya.

Saya berharap diskusi seperti ini nantinya dapat dicerna oleh masyarakat Indonesia yang ditonton oleh jutaan pasang mata, mendapatkan pencerahan pendidikan politik yang beradab, dewasa, berbobot dan saling merangkul tangan antar sesama. Tidak ada yang merasa terkalahkan, terhinakan, atau tersudutkan, tetapi cukup merasa ada argumen logis masing masing tim kandidat yang masih lemah yang harus diperbaiki lagi untuk berdiskusi di arena selanjutnya.

Harapan buat Presiden terpilih

Dari diskusi ini, paling tidak untuk kedua kandidat Calon Presiden ini ada beberapa catatan dan harapan penting yang dapat ditumpangkan:

Jika Jokowi-JK yang terpilih menjadi Presiden nantinya, diharapkan pasangan ini dapat bekerja, bersikap, berbuat dan memutuskan segala sesuatu yang terbaik untuk bangsa dan negara ini atas pertimbangan tim kerja di lembaga pemerintahan yang mereka pimpin.

Jangan sampai keputusan dan kinerja pasangan ini disetir oleh partai katakanlah oleh Megawati, Puan Maharani atau jajaran partai lainnya. Intinya ketika Jokowi-JK menjadi pasangan Presiden dan Wakil Presiden terpilih, segala hubungannya dengan partai politik PDIP maupun mitra yang mengusungnya secara struktur harus diputus. Kecuali hubungan silaturahmi dan hubungan sebagai minta pandangan, pendapat kepada tokoh bangsa, tetapi tidak menyetir dan mempengaruhi kebijakan yang diambil Jokowi-JK. Sehingga kekhawatiran anak bangsa akan Presiden Boneka bisa dimentahkan.

Untuk pasangan Prabowo-Hatta Rajasa jika terpilih diharapkan untuk tidak bersikap temperamental dan pemarah sebagaimana yang disangsikan oleh berbagai orang yang mungkin tidak tahu dengan siapa Prabowo selama ini. Berbuatlah betul-betul secara tegas, adil dan bermartabat untuk kedaulatan bangsa, tidak ada dendam bagi sesama. Semua hanya satu untuk merah putih sebagaimana nama koalisi yang dibangun saat ini.

Begitu pun dalam menjalankan roda pemerintahan nantinya, diharapkan Prabowo-Hatta Rajasa harus betul-betul mandiri dalam menentukan kabinet dan menjalankan pemerintahannya, tidak ditumpangi oleh kepentingan dan titipan partai yang berkoalisi, sehingga kekuatiran politik transaksional betul-betul dapat dibantah oleh kepemimpinan Prabowo-Hatta Rajasa.

Renungan

Sebuah pernyataan yang perlu direnungkan oleh ILC dan peserta diskusinya, sebagaimana yang diungkapkan oleh Salim Said, yang awalnya kata Beliau dia tidak mau datang “karena yang dibicarakan yang itu-itu saja, sehingga hal yang substansi bagi negara tidak pernah terurusi.”Lanjutnya “kita tidak pernah mengurusi sesuatu secara kongrit, apakah tim ini punya konsep, atau ini hanya lelucon.”

Semoga ILC kedepannya tidak berlelucon lagi, begitu pun tim kandidat yang sudah pasti personil terbaik yang diutus oleh masing-masing partai, harus membawa konsep matang untuk ditonton oleh rakyat badarai di Republik ini....

Semoga

MERDEKA....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun