"Sama sekali tidak, Pak. Impianku adalah membahagiakan Bapak." Aku terdiam sejenak, sebelum melanjutkan dengan suara berat. "Bapak tidak lihat orang itu menertawakan Bapak?"
"Itu berarti aktingku lucu, kan?" Bapak tertawa. Getir.
"Bukan menertawakan itu. Maksudku itu me-ner-ta-wa-kan." Aku menandaskan kata terakhir.
"Aku tahu itu. Dan aku tidak peduli!" Jawaban yang gusar. Dan dia meninggalkan percakapan itu.
***
Bapak tertidur pulas ketika aku masuk kamarnya. HP milikku tergeletak tak jauh di sampingnya. HP masih memutar rekaman dia tampil di televisi waktu itu. Ketika aku hendak mengambilnya, tanganku menyentuh selembar foto ukuran kartu pos. Wajah Ibu di foto itu. Ibu ketika masih sehat dengan senyum manisnya. Aku pandangi lama senyum itu, sebelum kualihkan pandanganku ke wajah Bapak. Bapak tersenyum dalam tidurnya. Senyumnya mirip sekali dengan senyum Ibu di foto itu.
Semarang, 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H