Di petilasan yang kian terasingkan
banyak kepala yang jua tak hirau
jelas disampaikan sedikit penerangan
bagi kepala yang mau bermata jeli
belum lagi si anak tumpeng di kulon
menghitung matahari berganti bulan
lain lagi buih di sebrang lor
bersatu bertabrakan ambyar
berantakan...
Aduh gusti kiranya semua jeli
walau aksara sulit dipelajari
tapi apa daya sudah terikat janji
keraton dan ratu tidak lagi perduli
sukar ditembus pandangan si awam
adhayangan terus mengawasi
di samping kiri paduka menemani
cukup siloka saja jadi ingatan
Lambat laun garuda dibelah
kala bocah kali tak lagi berani mandi
rambut keriting kulitnya hitam
di ujung sebrang ambil ancang-ancang
miris rasa tak di pandang
masak sagu dianggaplah cukup
berbondong-bondong mulai amarah
susun acara cikal bakal berpisah
para pendekar tak lagi bersilat
tak guna ilmu dari kanuragan
nyatanya salah sebagian memandang
nyata nanti kembali ke kerajaan
masa batu sudahlah dibalikan
menanti kala perunggu peranan
balik dirham bukan kertasan
ada yang bolong jadi pembayaran
Banyak gubuk disamping alang-alang
banyak murid dari padjadjaran
belum lagi dari himpunan demak
tiba masa perang kerajaan
tak berlaku senapan dan lampu
pegang obor khunuskan keris lagi
serunting sakti kembali kepermukaan
hati-hati masa pendekar kembali
Jeli melihat simbol aksara kini
bukan sansekerta namun
sedikit sukar
tajam telinga jeli penglihatan
mengerti jika banyak dicermati
sajak petang bukan sembarangan
tuan...
banyak rahasia dari alam berlainan
para leluhur sudahlah kokoh
menunjuk perwakilan sebuah sandi