Mohon tunggu...
Supriyatna
Supriyatna Mohon Tunggu... Penulis - Emosi diujung pena

Menjadi bijak bukan dengan cara mengkritik atau Menasehati Orang lain, Menjadi Bijak berani memberi Solusi bagi permasalahan Orang Lain. " Karena Nasehat bukanlah Solusi, Jadi jangan memberi Solusi dengan cara memberi Banyak Nasehat"

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kidung Semesta, Karya Supriyatna

7 Juni 2021   19:35 Diperbarui: 7 Juni 2021   20:01 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KIDUNG SEMESTA*

Aku tidak ingin melihat semua ini
Aku tidak ingin menyakiti sejauh ini
Aku tidak ingin menggetarkan Hati
Aku tidak ingin Memutus Nafas sejati

Manusia ingatlah jati diri
Sejatinya tentang asal muasal diri
Bukan hanya tanah yang didalam diri
Melainkan Hawa , api , air dan angin melengkapi

Ibarat Tubuh yang kalian diami
Aku pun sama halnya menyerupai
Tanah adalah Kulit dalam diri
Dan Rerumputan adalah pelindung pori pori

Sejuta Pepohonan adalah Paru paru sejati
Merapi dan lainnya adalah Nafsu Emosi
Angin Sejuk menandakan Nafasku ini
Samudera Luas adalah darah Ku ini

Mata manusia begitulah sempurna
Sayang seribu sayang hanya di gunakan sebelah saja
Tangan tangan nan Rakus kian menentang Semesta
Hingga sang Alam kembali Murka

Mataku Mentari yang menghangatkan Tubuhmu
Dan Rembulan yang menerangi Malam Malammu
Tangisku rintik Hujan yang Menghidupi Hari harimu
Hawaku semilir Angin yang menyambung Nafasmu

Tapi kenapa Kalian semua Melukaiku
Menodai tubuh menyayat Kulitku
Merusak organ pernafasanku
Hingga darahku menenggelamkan Seluruh jiwamu

Emosiku kini kian memuncak
Hingga Goncanglah seluruh jagatraya dibalik awak
Memanaslah darah dalam tubuh ini
Sehingga bergoyanglah dan terhempas kemurkaan diri

Temuilah wahai anak manusia kini
Mahkotanya di tepi penantian sejati
Perjalanan Dirinya yang kian dekat terlengkapi
Sang pembangun nafas di akhir tragedi ini

Sy 7/6/21

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun