"Tenang, Sayang. Ini tidak akan sakit," bisiknya di telingaku dengan lembut. Dia kemudian mengecup keningku.Â
"Lakukan sekarang, Clark. Jangan sampai gagal!" perintahnya tegas.Â
Aku berusaha meronta karena sadar akan bahaya yang mengancamku. Namun tenagaku benar-benar lemah. Apalagi semalaman diri ini meminum beberapa gelas anggur. Tak lama seseorang meraba tanganku. Aku tahu itu Clark. Sebuah jarum menempel di kulitku. Clark menyuntikan sesuatu ke tubuhku.Â
"Tidak sakit kan, Sayang? Tidurlah. Aku akan menemanimu hingga kau benar-benar terpejam. Tidurlah ...." Vivian menarik selimut dan menutupi tubuhku. Dia juga memeluk dan menyandarkan kepalanya di dadaku.Â
"Tidurlah, ini tak sakit. Betul kan, Sayang, ini tak sakit?"Â
Dadaku terasa basah, sepertinya Vivian menangis, bersamaan dengan rasa mual yang menguasai perutku. Nafasku juga tersengal, rasanya seluruh saraf di tubuhku lumpuh. Entah apa yang Clark suntikan di tubuh ini. Kematian kini tengah menari di depanku. Ah, bodohnya. Bukankah ini tanggal 1 Juni? Bukankah Vivian sering meracau jika aku akan mati tanggal 1 Juni? Dan ternyata yang dikatakannya benar, bahwa aku akan mati esok hari, di tanggal 1 Juni.Â
TamatÂ
Wine = anggurÂ
Goldfinch = burung khas dari EropaÂ
Blue bells = bunga lonceng biruÂ
Barra de pan = roti untuk membuat sandwichÂ