Kontestasi Politik 2024: Jangan Menjadi Bangsa Paria
Dinamika politik menjelang kontestasi 2024 semakin memanaskan suasana persaingan. Kompetitor yang diprediksi bersaing, secara latar politik, memiliki basis massa yang tak bisa dianggap remeh. Masing-masing calon kandidat mempunyai nalar politik sendiri dalam menjaring suara konstituen. Karena itu, jika keliru atau salah menentukan strategi dan memantulkan bandul, akan dapat memukul sang calon sendiri tanpa ampun. Terjerembab dalam ekspektasi semu karena salah melakukan kalkulasi politik secara matang.Â
Di sinilah peran politik stigma menemukan momentumnya, dan dicobamainkan. Bandul framing menjadi salah satu pilihan yang dirasionalisasi sedemikian rupa agar bisa diterima sesuai nalar politik yang telah dibangun. Â Jika terjebak pada tujuan jangka pendek hanya sekedar untuk meraih tampuk kekuasaan tanpa mengindahkan nilai-nilai luhur sebagai bagian yang tak terpisahkan dari tujuan bernegara, seperti diinginkan sejak awal oleh para Bapak bangsa (founding fathers), maka negeri ini akan tetap menjadi bangsa "paria".
Kejayaan Negeri
Kejayaan negeri yang diimpikan melalui jargon adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan akan menjadi upaya sia-sia bila membiarkan politik urakan menjadi sebuah pilihan. Resiko sungguh sangat besar dan mahal. Negeri besar nan permai ini boleh jadi hanya tinggal nama jika membiarkan para petualang politik mengembangkan perangkap melalui cara politik rendahan (low politic).
Tanpa mengungrangi maknanya politik dengan mengedepankan identitas melalui upaya eksploitasi sentimen keagaman (theologis), sungguh termasuk politik tanpa nilai, karena dibangun di atas landasan yang rapuh. Ibarat membangun instana pasir di pinggir pantai. Berlelah-lelah mendesain dan membangun istana, ketika ombak datang menghempas pantai maka istana pasir runtuh dan ambruk tanpa bekas.
Tentu saja kita semua tidak menginginkan hal itu terjadi pada negeri besar nan permai ibarat zamrud khatulistiwa ini. Hendaknya semua elemen dan komponen bangsa harus secara tegas menolak bangunan politik identitas hanya sekedar ingin meraih tampuk kekuasaan. Harganya terlalu mahal jika demi syahwat politik jangka pendek mengorbankan bangsa besar ini.
Makassar, 01032023/NT Â Â Â Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H