Mohon tunggu...
Nurdin Taher
Nurdin Taher Mohon Tunggu... Administrasi - Keberagaman adalah sunnatullah, karena itu pandanglah setiap yang berbeda itu sebagai cermin kebesaran Ilahi. Surel : nurdin.en.te.70@gmail.com0

Lahir dan besar di Lamakera, sebuah kampung pesisir pantai di Pulau Solor, Flores Timur. Menempuh pendidikan dasar (SD) di Lamakera, kemudian melanjutkan ke SMP di Lamahala, juga kampung pesisir serta sempat "bertapa" 3 tahun di SMA Suryamandala Waiwerang Pulau Adonara, Flores Timur. Lantas "minggat" ke Ujung Pandang (Makassar) pada Juli 1989. Sejak "minggat" hingga menyelesaikan pendidikan tinggi, sampai hari ini, sudah lebih dari 30 tahun berdomisili di Makassar. Senantiasa belajar dan berusaha menilai dunia secara rasional dengan tanpa mengabaikan pendekatan rasa, ...

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

ZI-WBK, Personalisasi Institusi dan Institusionalisasi Personal, Sebuah Sketsa

9 September 2019   10:01 Diperbarui: 10 September 2019   07:49 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : eN-Te

Pengantar

Di pengujung Agustus 2019 sebagian staf di internal LPMP Sulsel mendapat "kado" istimewa berupa Surat Keputusan (SK) mutasi ke posisi yang baru. Meski SK tersebut secara resmi berlaku mundur dan sejatinya berlaku sejak  1  Juli  2019.

Persoalan mutasi ini juga menjadi pertanyaan tersendiri. Apa dan bagaimana mekanisme prosedural yang seharusnyan perlu ditempuh sebagai langkah-langkah yang taat azas, sehingga proses normal reposisi pegawai pada sebuah organisasi (apalagi instansi pemerintah) tidak menimbulkan riak, meski mungkin hanya bersifat sementara?  Apakah sudah melalui proses penilaian (assesment) secara berjenjang dan menyeluruh berdasarkan analisis kebutuhan dengan parameter yang jelas dan terukur? Apakah juga sudah melibatkan semua pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan? Pertanyaan ini menjadi penting agar tidak menimbulkan asumsi dan prasangka yang kurang berdasar, tentang arah pergerakkan "gerbong" yang sedang berjalan (dijalankan).

Habit yang Menjadi Hoby 

Terkait terbitnya SK mutasi tersebut, secara tak sengaja, pada dua kesempatan yang berbeda dua orang teman "menyentil" saya dengan nada bercanda. Kepada saya kedua orang teman itu (dengan bercanda) "mengingatkan" saya untuk kembali lagi ke habitat yang (nyaris secara intens) sempat saya geluti, yakni berblogging ria di blog keroyokan Kompasiana. Salah seorang teman dari kedua teman itu malah "menantang" saya dengan mengatakan ingin melihat dan membaca kembali tulisan-tulisan saya.

Harus saya akui bahwa sejak meninggalkan posisi di mana kemudian saya harus "dipulangkan" kembali ke tempat sekarang, produktivitas menulis saya nyaris berkurang sangat drastis. Sebenarnya bukan karena volume dan intensitas pekerjaan dan tanggung jawab sehingga membuat produktivitas menulis berkurang. Secara umum, harus saya katakan bahwa masih banyak cukup waktu yang dapat saya manfaatkan untuk menulis ketika berada di posisi sebelum "dipulangkan" seperti saat ini. Secara persentasi relatif tidak jauh berbeda "waktu luang" antara posisi sebelumnya dan posisi kembali "dipulangkan". Tapi satu hal yang pasti bahwa keputusan untuk "rehat" menulis itu lebih karena pertimbangan tertentu yang bersifat pribadi dan politis (kayak politisi saja, hehehe).

Meski demikian saya juga tidak harus menegasikan bila ada yang berasumsi bahwa penurunan produktivitas menulis karena posisi sebelum "dipulangkan" tidak memberi cukup ruang dan waktu untuk merangkai dan membagi ide dan gagasan saya dalam sebuah tulisan (artikel). Mengingat alasan untuk menepi menulis itu tidak terlihat secara gamblang sehingga memunculkan asumsi bahwa stagnasi menulis karena posisi yang sebelum "dipulangkan" itu tidak memberi kesempatan yang cukup bagi saya untuk menuangkan dan berbagi ide dan gagasan saya dalam sebuah (karya) tulisan. Dan saya memaklumi asumsi itu meski tidak selalu berdasarkan fenomena yang tertangkap, baik secara fisik (artikel) maupun secara "gagasan". Namun demikian saya tetap berterima kasih kepada teman-teman yang menaruh perhatian terhadap tulisan-tulisan saya. Bahkan saya harus secara terus terang  mengakui bahwa saya sangat merasa tersanjung (ge-er nih, yee?) dengan perhatian terhadap "perjalanan" saya.  

Terlahir Kembali

Sebelum melanjutkan cerita tentang concern saya dalam memulai kembali kebiasaan baik yang sudah pernah saya mulai, ada beberapa hal yang perlu saya jelaskan. Pertama, saya ingin mengatakan bahwa dua orang teman itu telah "menyadarkan" saya agar tetap berjalan ke depan, jangan terlalu risau dengan apa yang sedang terjadi. Kedua, "sentilan" itu telah mengingatkan saya agar tidak meninggalkan habitat dan melupakan "kebiasaan positif" yang sudah saya mulai, yakni dunia tulis menulis. Karena itu saya patut dan perlu mengucapkan terima kasih secara pribadi atas advis itu. Ketiga, asumsi bahwa karena "posisi" sehingga produktivitas menulis saya  berkurang, tidak seratus persen benar, tapi lebih karena alasan pribadi dan bisa juga dikatakan (bersifat) politis. Keempat, atas "joke" kedua teman itu, sehingga muncul ide atau gagasan untuk memulai kembali "kebiasaan positif" yang sudah menjadi hobi  yang sempat berada pada titik stagnan. Dan tulisan ini sebagai awal untuk bangkit kembali, katakan sebagai bentuk "reborn" saya. Dan kelima, tema dari topik tulisan ini terinsipirasi dengan perkembangan aktual dan faktual yang sedang terjadi saat ini. Meski begitu, harus saya tegaskan bahwa tema itu tidak berpretensi mewakili aspirasi siapapun, tidak dilatari oleh kepentingan apapun kecuali murni sebuah gagasan untuk melihat pengelolaan sebuah institusi pemerintah dengan tata kelola secara transparan, profesional, dan akuntabel.   

ZI-WBK

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun