Gugurnya Tesis Rocky Gerung   Â
Rupanya setelah beberapa waktu lamanya tesis Rocky Gerung yang dianggap sebagai "sabda" itu  bertahan, maka pada Rabu, 3 Oktober 2018 lalu pun menemui ajalnya, rontok (sumber)). Adalah seorang Ratna Sarumpaet yang membuat Rocky Gerung kelimpungan mempertahankan tesisnya. Hanya dengan sebuah operasi plastic wajah keriput menjelang senja, Ratna Sarumpaet membuat seluruh petinggi oposisi kelojotan. Hanya dengan kamuflase telah dianiaya tiga lelaki tegap, Ratna Sarumpaet dengan enteng sambil melafaz sim salabim, abracadabra, tesis Rocky Gerung pun rontok bagai daun berguguran di musim kemarau. Ratna pun memproklamirkan dirinya sebagai pembuat hoaks terbaik. Bukan Pemerintah (rejim Jokowi), seperti kata Gerung.
Cerita bermula ketika pada 21 September 2018, Ratna Sarumpaet melakukan reparasi wajah melalui operasi plastic sedot lemak. Operasi plastic tersebut dia lakukan di RS Khusus Bina Estetika yang berlokasi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Tujuan Ratna "mereparasi" wajahnya karena ingin terlihat cantik, mungkin juga berkaitan dengan momen ketika dia akan tampil dalam sebuah ajang internasional yang berlangsung di Chile, 7 Oktober 2018.
Namun maksud hati ingin cantik seperti Syahrini, eee, wajah Ratna malah terlihat bonyok, sehingga membuatnya terjebak. Empat hari berada di rumah sakit, Ratna pun memutuskan pulang. Tapi apa yang harus menjadi alasan yang masuk akal bila ketika sampai di rumah keluarganya bertanya, mengapa pula dengan wajahnya?
Maka muncullah sebuah ide brillian, mengarang novel fiksi yang berjudul, "Tiga Lelaki Tegap Telah Menganiayanya". Pikir Ratna, kali-kali saja suatu saat Prabowo dapat menjadikannya sebagai referensi dalam menulis pidato kenegaraannya, ketika kelak dia terpilih menjadi Presiden di negeri antah berantah.
Sayangnya scenario cerita penganiayaan yang semula hanya untuk konsumsi terbatas, malah membuat heboh seantero negeri. Hiruk pikukpun terjadi. Selang dua hari "novel fiksi" dirilis, Ratna pun dengan sadar meralat dan menarik kembali dari peredaran. Ratna membuat pengakuan yang mengejutkan (tentu saja untuk kelompok opisisi dan para bani kampretnya). Bahwa cerita tentang "Tiga Lelaki Tegap Telah Menganiayanya" itu hanya cerita rekaannya semata. Cerita itu tidak benar-benar terjadi dalam kehidupan  nyata.
Cerita khayal itu terpaksa dia buat hanya untuk menutup malu kepada keluarganya. Tapi, seperti bahasa bersayap yang dia sebutkan, entah "setan" mana yang menggerakkan sehingga cerita itu harus pula tersampaikan pada para "maniak" framing berita.
Pengakuan jujur Ratna bahwa cerita penganiayaan yang menimpa dirinya yang dilakukan oleh tiga lelaki "preman" suruhan Jokowi seperti dikhayalkan Beni K. Harman, hanyalah isapan jempol belaka. Maka dalam sekejap, asumsi Rocky Gerung bahwa pembuat hoaks terbaik adalah Penguasa, hancur berantakan berkeping-keping. Secara bersamaan, Ratna Sarumpaet pun memproklamirkan dirinya, sebagai pembuat hoaks terbaik (abad ini).
Naifnya Calon Presiden
Kisah pilu novel fiksi ala Ratna Sarumpaet pun menjadi booming. Padahal cerita rekaan yang dibuat Ratna itu hanya untuk konsumsi kalangan terbatas. Yakni keluarga, anak-cucu, menantunya. Sekedar untuk "menutup" malu kepada keluarga besarnya, bahwa ibu dan oma mereka yang sudah berumur lanjut, masih pingin tampil seksi. Biar anak-cucu dan menantu tidak terlalu ngotot bertanya secara selidik, mengapa pula harus operasi plastik?
Tapi di luar dugaan (jika niat Ratna hanya untuk menutup malu), ternyata cerita itu kemudian "mengalir jauh". Jauh bukan hanya dalam pengertian cerita itu berkembang, tapi merambah masuk pada wilayah politik.