Apes nian nasibmu Jonru! Harusnya sebelum bertindak berpikirlah dahulu. Orang bijak berkata, pikir dahulu pendapatan, pikir kemudian tiada berguna. Siapa yang menabur angin, dia pula yang menuai badai.
Apakah dalam kesendiriannya di rumah tahahan pada keheningan setiap malam sempat terbersit di benak Jonru petuah-petuah bijak itu? Mungkinkah di ruang tahanan, Jonru sempat melakukan muhasabah (introspeksi) atas perjalanan dan ulahnya selama ini? Pantaskah Jonru mau melakukan kontemplasi untuk merenungi "nasibnya" kini?
Adakah dalam setiap episode kehidupan yang telah dilalui, terutama saat ini, Jonru sempat dan mau menilai dirinya? Sebesar apa manfaat yang dapat diperoleh dengan berpetualang mengkapitalisasi kebencian melalui media sosial daripada mudharatnya, baik bagi dirinya dan masyarakat (publik) bangsa ini?
Seandainya, sekali lagi seandainya Jonru sedikit mau menurunkan egonya, sehingga membuatnya menyadari bahwa ulahnya selama ini memang "tidak menyenangkan" bagi semua orang. Bukan hanya kelompok yang dibencinya, tapi juga membuat galau kelompok yang "seperahu" dengan dirinya. Kemudian atas kesadaran (instrinsik dan ekstrinsik) itu, sehingga membuatnya harus melakukan evaluasi, re-introspeksi, dan muhasabah, terus bangkit memperbaiki.
Jonru, masih panjang waktu yang terbentang di depan untuk berbenah! Jangan biarkan dirimu terus menerus tenggelam dalam obsesi dan halusinasi yang membuat nalarmu menjadi buntu dan tertutup, sehingga memilih untuk tetap keuh-keuh dengan "jalanmu" saat ini! Meski sikap itu didukung pengacaramu yang tetap yakin kau tidak bersalah.
Saatnya menentukan pilihan Jonru!
Wallahu a'lam bish-shawabi
Makassar, 22/11/2017
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI