Mohon tunggu...
Nurdin Taher
Nurdin Taher Mohon Tunggu... Administrasi - Keberagaman adalah sunnatullah, karena itu pandanglah setiap yang berbeda itu sebagai cermin kebesaran Ilahi. Surel : nurdin.en.te.70@gmail.com0

Lahir dan besar di Lamakera, sebuah kampung pesisir pantai di Pulau Solor, Flores Timur. Menempuh pendidikan dasar (SD) di Lamakera, kemudian melanjutkan ke SMP di Lamahala, juga kampung pesisir serta sempat "bertapa" 3 tahun di SMA Suryamandala Waiwerang Pulau Adonara, Flores Timur. Lantas "minggat" ke Ujung Pandang (Makassar) pada Juli 1989. Sejak "minggat" hingga menyelesaikan pendidikan tinggi, sampai hari ini, sudah lebih dari 30 tahun berdomisili di Makassar. Senantiasa belajar dan berusaha menilai dunia secara rasional dengan tanpa mengabaikan pendekatan rasa, ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jika Seseorang Bisa Belajar Untuk Membenci, Seharusnya Bisa Belajar Untuk Mencintai

5 September 2017   06:43 Diperbarui: 6 September 2017   07:12 3344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : http://indiatoday.intoday.in/story/barack-obama-most-liked-tweet-story-behind-nelson-madela-words/1/1027606.html

Grace menambahkan, siapapun, apalagi sebuah pabrik yang memproduksi fitnah dan kebencian, itu harusnya dihukum seberat-beratnya, krena mereka merusak generasi muda, merusak  keberagaman kita dalam tatanan NKRI, menebar benih-benih kebencian, yang setiap saat ketika benih-benih itu sudah ditabur, gesekan sedikit saja bisa menimbulkan konflik yang besar.

Maka saya setuju dengan anjuran agar sebagai umat beragama, kita harus berpaling kepada moral agama dan kemanusiaan yang mengajarkan bahwa secara fitrah, manusia terlahir dalam keadaan suci, yang tidak tercemar oleh virus kebencian. Cinta tulus yang dibawa sejak lahir sebagai wujud fitrah manusia hendaknya selalu dipelihara dan dipertahankan, agar tidak mudah terjebak dalam pusaran kepentingan, baik itu kepentingan ingin mendapatkan keuntungan finansial, apalagi menggolkan kepentingan politik sekelompok orang yang haus kuasa yang telah kehilangan kewarasannya.

Sudah saatnya kita mengembalikan politik ke 'khittahnya' dan menjalankannya  secara sehat dan bermartabat!

Wallahu a'lam bish-shawabi

Makassar, 5/9/2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun