Mohon tunggu...
Nurdin Taher
Nurdin Taher Mohon Tunggu... Administrasi - Keberagaman adalah sunnatullah, karena itu pandanglah setiap yang berbeda itu sebagai cermin kebesaran Ilahi. Surel : nurdin.en.te.70@gmail.com0

Lahir dan besar di Lamakera, sebuah kampung pesisir pantai di Pulau Solor, Flores Timur. Menempuh pendidikan dasar (SD) di Lamakera, kemudian melanjutkan ke SMP di Lamahala, juga kampung pesisir serta sempat "bertapa" 3 tahun di SMA Suryamandala Waiwerang Pulau Adonara, Flores Timur. Lantas "minggat" ke Ujung Pandang (Makassar) pada Juli 1989. Sejak "minggat" hingga menyelesaikan pendidikan tinggi, sampai hari ini, sudah lebih dari 30 tahun berdomisili di Makassar. Senantiasa belajar dan berusaha menilai dunia secara rasional dengan tanpa mengabaikan pendekatan rasa, ...

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Barca Memang (Di)istimewa(kan)?

9 Maret 2017   09:57 Diperbarui: 9 Maret 2017   22:01 701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : eN-Te

Lag kedua babak perdelapan final Liga Champions (LC) Eropa yang mempertemukan Barcelona (Barca) dan Paris Saint Germain (PSG) dipentaskan dinihari tadi waktu Indonesia. Dari posisi yang nyaris mystahil dapat membalikkan keadaan, secara dramatis Barca lolos ke babak perempat final, setelah mempecundangi PSG, 6-1.

Sesungguhnya jalannya pertandingan di lag kedua antara Barca vs PSG dinihari tadi tidak cukup menarik. Bertanding di hadapan pendukungnya sendiri di Camp Nou dan bertindak sebagai tuan rumah, Barca lebih mendominasi pertandingan. Sepanjang pertandingan, babak pertama maupun babak kedua, Barca mendominasi pertandingan dengan penguasaan bola hampir 70% dibandingkan PSG yang hanya mendapat selisihnya.

Wasit meniupkan pluit panjang pertanda pertandingan segera di mulai. Sesuai dengan hasil undian, maka bola pertama dipegang oleh pasukan Catalan. Bola pun mulai bergerak dari kaki ke kaki.

Pasukan Catalan tidak perlu membutuhkan waktu lama untuk mengubah papan skor. Dengan ‘tidak pake lama’, pasukan Catalan langsung setel gas setelah pluit tanda pertandingan dimulai ditiup wasit. Luis Suarez hanya membutuhkan waktu tiga menit untuk menceploskan si kulit bundar dengan kepalanya ke gawang PSG. Publik Camp Nou pun bersorak gembira. Skor berubah menjadi 1-0 untuk keunggulan Barca. Selisih agregat gol pun berkurang 1, menjadi 1-4 masih untuk keunggulan PSG.  

Messi, dkk., semakin bersemangat setelah di menit-menit awal berhasil mengubah papan skor. Mereka harus berusaha sekuat tenaga untuk menambah pundi-pindi gol untuk mengurangi selisih agregat gol agar dapat lolos ke babak selanjutnya. Dengan keunggulan satu gol di menit ketiga, maka Messi, dkk., harus membutuhkan lagi  empat gol tambahan untuk membalikkan keadaan agregat gol.

Asa itu semakin besar setelah pada menit ke-40 babak pertama, kembali pasukan Catalan berhasil mengkonversi kreasi serangan menjadi gol. Kedudukan menjadi 2-0 untuk keunggulan Barca.

Meski gol kedua tersebut lahir karena faktor ‘keberuntungan’, di mana melalui skema serangan yang dibangun pasukan catalan, Andres Iniesta memaksa pemain belakang PSG, Layvin Kurzawa melakukan kesalahan fatal dengan membuat gol bunuh diri ke gawang sendiri. Sampai sisa waktu lima menit berakhir di babak pertama, tidak ada lagi gol tambahan untuk mengurangi margin agregat gol.

Babak kedua baru saja dimulai. Lagi-lagi pasukan Catalan tidak pake menunggu lama untuk kembali membuat pendukungnya bersorak gembira. ‘Tuah’ tiga menit pertama kembali terulang.

Kali ini Neymar menjadi aktor ‘keberuntungan’ bagi pasukan Catalan memperoleh gol ketiga. Akibat tak sengaja ‘menjatuhkan’ Neymar di kotak terlarang oleh pemain belakang PSG, Thomas Meunier yang terjatuh ketika ingin memotong bola, kembali wasit memperlihatkan ‘perlakuan istimewa’ kepada Tim Barca.

Meski awalnya wasit ragu menunjuk titik putih, tapi setelah mendapat ‘advis’ dari hakim garis, wasit pun dengan pasti menghadiahi pasukan Catalan dengan tendangan pinalti. Wasit juga tidak menggubris protes pemain PSG yang menganggap apa yang terjadi bukan merupakan sebuah pelanggaran yang disengaja. Dari tayangan ulang pun terlihat jelas, bahwa Neymar jatuh bukan karena ‘kesalahan’ Meunier, melainkan karena kaki Neymar sendiri yang tersangkut badan Meunier yang terjatuh tadi, sehingga tidak bisa lagi menjaga keseimbanganya sehingga membuatnya terjatuh pula.

Lagi-lagi wasit tetap pada pendiriannya, bahwa apa yang sudah diputuskan dengan memberi ‘perlakuan istimewa’ kepada Tim Barca itu sudah benar. Maka ‘gol keberuntungan’ itu kembali menghampiri pasukan Catalan.

Messi yang ditunjuk sebagai algojo untuk mengeksekusi tendangan penalti tanpa cacat berhasil menjaringkan bola ke jala gawang PSG. Kedudukan pun berubah pada menit ke-48, sehingga kembali asa Barca semakin besar untuk membalikkan keadaan. Dengan demikian, Barca hanya membutuhkan dua gol lagi untuk mengubah agregat gol, dari defisit empat gol menjadi surplus satu gol.

Ketika asa itu sudah semakin membubung tinggi, pada menit ke-62 kubu Barca seakan mendapat petaka. Edison Cavani melalui golnya di menit ke-62, seakan mengunci langkah Barca menuju babak selanjutnya, perempat final. Cavani membuat kubu PSG memperlebar agregat gol  dan keuntungan gol tandang.

Dengan gol tandang Cavani, berarti tim Catalan harus kembali bekerja keras. Sebab bukan hanya membutuhkan dua gol tambahan lagi, tapi malah bebannya semakin berat, mengingat Messi, dkk., harus menambah tiga gol lagi bila ingin membalikkan agregat gol dan memastikan lolos ke babak perempat final.

Harapan fans kembali tumbuh setelah Neymar mampu mengkonversi tendangan bebas dari luar kotal pinalti menjadi gol ke-4 untuk keunggulan Barca pada ke-88. Meski setelah berhasil menceploskan si kulit bundar, Neymar tidak terlihat gembira, soalnya dengan waktu tersisa yang tinggal dua menit dari waktu normal, terasa sulit untuk memburu dua gol lagi.

Dua waktu tersisa di waktu normal pun berlalu. Terbayang kegagalan lolos, membuat para pendukung Barca di tribun penonton berharap-harap cemas. Kecemasan para pendukung dan offisial seakan sirna, ketika di masa injury time, wasit kembali menunjukkan ‘perlakuan istimewa’ dengan memberi hadiah pinalti bagi pasukan Catalan. ‘Tangan Tuhan’ itu datang lagi. Rupanya wasit tidak sampai hati melihat Barca tersingkir dari ajang LC Eropa tahun ini. Karena itu, dalam pertandingan dini hari tadi, terkesan wasit menunjukkan sikap sangat bermurah hati, sehingga mau  ‘menolong’ Barca.

Akibat pelanggaran pemain belakang PSG terhadap Luis Suarez di kotak terlarang, lagi-lagi wasit ‘menolong’ Barca. Wasit tanpa ragu menunjuk titik putih sebagai ganjaran atas ‘kesalahan’ itu. Padahal dari tayangan ulang terlihat tidak ada unsur ‘pelanggaran’ dalam terjatuhnya Suarez di zona pertahanan PSG. Ada unsur diving di dalamnya.

Suarez memang seorang diving sejati. Setelah diving pertamanya gagal dan berbuah kartu kuning, ‘percobaan’ keduanya, malah berbuah untung.

Maka Suarez pantas ‘berterima kasih’ kepada wasit. Dengan aktingnya yang nyaris sempurna, Barca pun kembali memperoleh ‘gol keberuntungan’. Gol ke-5 penyama agregat pun lahir dari kaki Neymar yang maju sebagai eksekutor tentangan pinalti. Hanya saja, Messi, dkk., masih harus menambah satu gol lagi agar dapat mengantarkan pasukan Barca melaju ke babak perempat final.

Dan keistimewaan pasukan Catalan ini kembali dibuktikan oleh Sergi Roberto. Melalui kaki Roberto, yang mampu mengkonversi asist Neymar yang melakukan tendangan bebas dari luar kotak pinalti menjadi gol ke-6 di menit ke-5 masa injury time, Barca pun lolos ke babak perempat final LC Eropa 2017. Messi, dkk., kembali membuktikan bahwa tim Barca memang benar-benar istimewa. Dalam filosofi pasukan Catalan tidak ada yang mustahil, selama waktu untuk berjuang itu masih ada.

Lepas dari ‘istimewa’ atau ‘diistimewakan’, Barcelona adalah sebuah tim dengan kemampuan komplit. Semangat dan daya juang pasukan Barca, yang dimotori Messi patut mendapat acuan jempol dan respek dari publik Camp Nou.

Publik dan pecinta bola seluruh dunia, merasa ada ‘sesuatu’ yang berbeda dengan pasukan Luis Enrique. Spirit tak pantang menyerah adalah sesuatu yang sangat diperlukan dalam sebuah kompetisi. Bukan hanya dalam kompetisi olahraga, khususnya sepakbola, tapi itu seharusnya menjadi bagian yang inheren bagi setiap orang yang ingin bangkit, berjuang, dan mewujudkan harapan.

Wallahu a'alam bish-shawabi

Makassar, 09/02/2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun