Lagi-lagi wasit tetap pada pendiriannya, bahwa apa yang sudah diputuskan dengan memberi ‘perlakuan istimewa’ kepada Tim Barca itu sudah benar. Maka ‘gol keberuntungan’ itu kembali menghampiri pasukan Catalan.
Messi yang ditunjuk sebagai algojo untuk mengeksekusi tendangan penalti tanpa cacat berhasil menjaringkan bola ke jala gawang PSG. Kedudukan pun berubah pada menit ke-48, sehingga kembali asa Barca semakin besar untuk membalikkan keadaan. Dengan demikian, Barca hanya membutuhkan dua gol lagi untuk mengubah agregat gol, dari defisit empat gol menjadi surplus satu gol.
Ketika asa itu sudah semakin membubung tinggi, pada menit ke-62 kubu Barca seakan mendapat petaka. Edison Cavani melalui golnya di menit ke-62, seakan mengunci langkah Barca menuju babak selanjutnya, perempat final. Cavani membuat kubu PSG memperlebar agregat gol  dan keuntungan gol tandang.
Dengan gol tandang Cavani, berarti tim Catalan harus kembali bekerja keras. Sebab bukan hanya membutuhkan dua gol tambahan lagi, tapi malah bebannya semakin berat, mengingat Messi, dkk., harus menambah tiga gol lagi bila ingin membalikkan agregat gol dan memastikan lolos ke babak perempat final.
Harapan fans kembali tumbuh setelah Neymar mampu mengkonversi tendangan bebas dari luar kotal pinalti menjadi gol ke-4 untuk keunggulan Barca pada ke-88. Meski setelah berhasil menceploskan si kulit bundar, Neymar tidak terlihat gembira, soalnya dengan waktu tersisa yang tinggal dua menit dari waktu normal, terasa sulit untuk memburu dua gol lagi.
Dua waktu tersisa di waktu normal pun berlalu. Terbayang kegagalan lolos, membuat para pendukung Barca di tribun penonton berharap-harap cemas. Kecemasan para pendukung dan offisial seakan sirna, ketika di masa injury time, wasit kembali menunjukkan ‘perlakuan istimewa’ dengan memberi hadiah pinalti bagi pasukan Catalan. ‘Tangan Tuhan’ itu datang lagi. Rupanya wasit tidak sampai hati melihat Barca tersingkir dari ajang LC Eropa tahun ini. Karena itu, dalam pertandingan dini hari tadi, terkesan wasit menunjukkan sikap sangat bermurah hati, sehingga mau  ‘menolong’ Barca.
Akibat pelanggaran pemain belakang PSG terhadap Luis Suarez di kotak terlarang, lagi-lagi wasit ‘menolong’ Barca. Wasit tanpa ragu menunjuk titik putih sebagai ganjaran atas ‘kesalahan’ itu. Padahal dari tayangan ulang terlihat tidak ada unsur ‘pelanggaran’ dalam terjatuhnya Suarez di zona pertahanan PSG. Ada unsur diving di dalamnya.
Suarez memang seorang diving sejati. Setelah diving pertamanya gagal dan berbuah kartu kuning, ‘percobaan’ keduanya, malah berbuah untung.
Maka Suarez pantas ‘berterima kasih’ kepada wasit. Dengan aktingnya yang nyaris sempurna, Barca pun kembali memperoleh ‘gol keberuntungan’. Gol ke-5 penyama agregat pun lahir dari kaki Neymar yang maju sebagai eksekutor tentangan pinalti. Hanya saja, Messi, dkk., masih harus menambah satu gol lagi agar dapat mengantarkan pasukan Barca melaju ke babak perempat final.
Dan keistimewaan pasukan Catalan ini kembali dibuktikan oleh Sergi Roberto. Melalui kaki Roberto, yang mampu mengkonversi asist Neymar yang melakukan tendangan bebas dari luar kotak pinalti menjadi gol ke-6 di menit ke-5 masa injury time, Barca pun lolos ke babak perempat final LC Eropa 2017. Messi, dkk., kembali membuktikan bahwa tim Barca memang benar-benar istimewa. Dalam filosofi pasukan Catalan tidak ada yang mustahil, selama waktu untuk berjuang itu masih ada.
Lepas dari ‘istimewa’ atau ‘diistimewakan’, Barcelona adalah sebuah tim dengan kemampuan komplit. Semangat dan daya juang pasukan Barca, yang dimotori Messi patut mendapat acuan jempol dan respek dari publik Camp Nou.