Bukan hanya pada ‘jam wajib’ seperti yang berlaku sekarang sebagai syarat mendapatkan tunjangan profesi guru, Bapak Achmad Kelake, juga tetap menyediakan waktunya membuka les sore. Secara rutin mewajibkan murid-muridnya, terutama kelas atas (IV – VI) untuk hadir belajar di sore hari di sekolah. Benar-benar mencurahkan semua waktu dan tenaga beliau demi membuat kami ‘pintar’.
Tidak hanya itu, beliau juga tanpa ragu mengajari kami keterempilan bermain pingpong (tenis meja). Kebetulan beliau sangat mahir bermain tenis meja. Karena itu, dengan keterbatasan fasilitas yang ada, beliau berinisiatif membuat meja tenis, dengan dibantu kami muridnya menyulap delapan meja belajar dengan cara merapatkannya sehingga membentuk meja tenis. Beliau pun harus menguras kocek sendiri dengan membeli peralatan tenis meja, ya bola pingpong, net, dan juga bet. Sebuah ketulusan yang sangat jarang, bahkan nyaris tidak kita temukan di era sekarang.
***
Jejak yang baik ini kemudian diteruskan oleh guru-guru kami yang lain. Terutama di kelas atas, diserahkan kepada guru baru, yang berpindah tugas mengajar di sekolah kami. Salah dua dari guru tersebut, adalah Thomas Sili Tokan dan Pietrus (maaf, saya lupa nama lengkapnya).
Dua orang guru berlatar belakang nonmuslim, yang harus berbaur demi tugas mengajar menyiapkan kami, anak didiknya untuk ‘menjadi orang’ kelak di komunitas yang mayoritas, bahkan seratus persen muslim. Sekedar tahu, bahwa Lamakera merupakan perkampungan muslim, dan seluruh warganya beragama Islam.
Kedua guru kami ini, sebagai pendatang baru, awalnya ‘menumpang’ di rumah Kepala Desa dan rumah kenalan mereka. Setelah sekolah kami mendapat bantuan pembangunan rumah mess untuk guru, keduanya pun berpindah ke rumah mess itu.
***
Tentu saja masih banyak lagi guru-guru yang telah menginsipirasi dan memberikan ‘investasi’ yang luar biasa kepada kami. Selain guru-guru yang telah disebutkan di atas, masih ada lagi guru-guru inspiratif lainnya di SD Inpres Watobuku Lamakera.
Ada Sirajuddin Shubuh, kami biasa menyapanya dengan sebutan Pa’ Shubuh. Ada guru agama (Islam) Ibu Maryam Usman, ada Ibu Hj. Hafsah Hasan, Bapak Syuaib Heba, Bapak Abdul Gani IR (keempatnya sudah alm/almh). Ada Bapak Ali Mustafa, di samping mengajar, beliau juga menjabat sebagai Kepala Desa Watobuku, dan masih ada yang lainnya, yang sayangnya saya sendiri kurang dapat mengingatnya kembali.
***