Dalam upacara itu diperdengarkan hymne guru sebagai bentuk penghargaan dan menggugah kesadaran kita untuk kembali mengenang jasa-jasa para Bapak/Ibu guru. Hymne yang sengaja digubah untuk memberi artikulasi, tidak hanya bersifat verbal, tapi mampu menyentuh kalbu bagi setiap insan yang pernah merasakan sentuhan guru.
Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sebagai prasasti terima kasihku
Tuk pengabdianmu
Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa
Pembangun insan cendikia
***
Sebelum ada perubahan lirik pada kalimat terkahir pada bait kedua lagu Hymne Guru, lirik aslinya berbunyi “tanpa tanda jasa”. Karena lirik ini dinilai kurang memberi nilai apresiatif terhadap profesi guru, maka kemudian melalui kesepakatan dikeluarkan surat edaran PGRI mengenai perubahan lirik “tanpa tanda jasa” menjadi “pembangun insan cendekia” (lihat di sini).
Ketika lagu itu dikumandangkan, terasa ada ‘perih’ menusuk kalbu. Terkenang akan semua jasa para guruku, terutama di tingkat SD, yang telah dengan kesungguhan dan ketulusan tak berbatas, mengantarkan saya hingga ‘menjadi orang’ hari ini. Berkat ‘tangan dingin’ mereka, meski juga harus merasakan pula ‘kekerasan’, yang oleh pegiat HAM dan perlindungan anak hari ini menjadikan sebagai momok untuk ‘memusuhi’ guru.
Dalam ketersadaran itu, saya teringat dan terkenang kembali semua guru yang pernah hadir membimbing, mengajar, dan mendidik kami. Terutama di tingkat SD.
***
Tersebutlah ketika masih ‘bertapa’ di SD Inpres Watobuku, ada Kepala Sekolah kami yang sangat tegas dan sedikit keras, Achmad Kelake (entahlah, apakah beliau sudah almarhum atau belum, saya kehilangan jejak informasinya). Kesahajaan beliau, ketegasan beliau, telah mampu membuat kami, khususnya saya terinspirasi dan termotivasi untuk mewujudkan ‘harapan’ beliau.
Beliau dengan sangat telaten, tegas, dan penuh wibawa terus mengingatkan kami murid-muridnya, agar jangan pernah berkecil hati. Jangan takut bermimpi. Jangan khawatir menggadang asa.