Mohon tunggu...
Nurdin Taher
Nurdin Taher Mohon Tunggu... Administrasi - Keberagaman adalah sunnatullah, karena itu pandanglah setiap yang berbeda itu sebagai cermin kebesaran Ilahi. Surel : nurdin.en.te.70@gmail.com0

Lahir dan besar di Lamakera, sebuah kampung pesisir pantai di Pulau Solor, Flores Timur. Menempuh pendidikan dasar (SD) di Lamakera, kemudian melanjutkan ke SMP di Lamahala, juga kampung pesisir serta sempat "bertapa" 3 tahun di SMA Suryamandala Waiwerang Pulau Adonara, Flores Timur. Lantas "minggat" ke Ujung Pandang (Makassar) pada Juli 1989. Sejak "minggat" hingga menyelesaikan pendidikan tinggi, sampai hari ini, sudah lebih dari 30 tahun berdomisili di Makassar. Senantiasa belajar dan berusaha menilai dunia secara rasional dengan tanpa mengabaikan pendekatan rasa, ...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rindu Bertemu Guru-guruku yang Inspiratif

25 November 2016   16:46 Diperbarui: 26 November 2016   08:49 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lamakera dilihat dari arah laut (Sbr. : http://edyraguapo.blogspot.co.id/2015/03/lamakera-desa-pemburu-paus-di-pulau.html)

Dalam upacara itu diperdengarkan hymne guru sebagai bentuk penghargaan dan menggugah kesadaran kita untuk kembali mengenang jasa-jasa para Bapak/Ibu guru. Hymne yang sengaja digubah untuk memberi artikulasi, tidak hanya bersifat verbal, tapi mampu menyentuh kalbu bagi setiap insan yang pernah merasakan sentuhan guru.

Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sebagai prasasti terima kasihku
Tuk pengabdianmu

Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa
Pembangun insan cendikia

***

Sebelum ada perubahan lirik pada kalimat terkahir pada bait kedua lagu Hymne Guru, lirik aslinya berbunyi “tanpa tanda jasa”.  Karena lirik ini dinilai kurang memberi nilai apresiatif terhadap profesi guru, maka kemudian melalui kesepakatan dikeluarkan surat edaran PGRI mengenai perubahan lirik “tanpa tanda jasa” menjadi “pembangun insan cendekia” (lihat di sini).

Ketika lagu itu dikumandangkan, terasa ada ‘perih’ menusuk kalbu. Terkenang akan semua jasa para guruku, terutama di tingkat SD, yang telah dengan kesungguhan dan ketulusan tak berbatas, mengantarkan saya hingga ‘menjadi orang’ hari ini. Berkat ‘tangan dingin’ mereka, meski juga harus merasakan pula ‘kekerasan’, yang oleh pegiat HAM dan perlindungan anak hari ini menjadikan sebagai momok untuk ‘memusuhi’ guru.

Dalam ketersadaran itu, saya teringat dan terkenang kembali semua guru yang pernah hadir membimbing, mengajar, dan mendidik kami. Terutama di tingkat SD.

***

Tersebutlah ketika masih ‘bertapa’ di SD Inpres Watobuku, ada Kepala Sekolah kami yang sangat tegas dan sedikit keras, Achmad Kelake (entahlah, apakah beliau sudah almarhum atau belum, saya kehilangan jejak informasinya). Kesahajaan beliau, ketegasan beliau, telah mampu membuat kami, khususnya saya terinspirasi dan termotivasi untuk mewujudkan ‘harapan’ beliau.

Beliau dengan sangat telaten, tegas, dan penuh wibawa terus  mengingatkan kami murid-muridnya, agar jangan pernah berkecil hati. Jangan takut bermimpi. Jangan khawatir menggadang asa.

Lamakera dilihat dari arah laut (Sbr. : http://edyraguapo.blogspot.co.id/2015/03/lamakera-desa-pemburu-paus-di-pulau.html)
Lamakera dilihat dari arah laut (Sbr. : http://edyraguapo.blogspot.co.id/2015/03/lamakera-desa-pemburu-paus-di-pulau.html)
Bagi beliau, adalah sebuah kebanggan dan prestise bila kelak dapat menyaksikan salah satu atau semua muridnya berhasil dan sukses. Beliau sering memotivasi kami dengan ‘mendoakan’ dan membesarkan hati kami, bahwa siapa tahu ada di antara kami kelak menjadi bupati, gubernur, menteri, bahkan mungkin menjadi presiden. Ngareeeep! hehehe

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun