Sayangnya, publik Indonesia belum cukup dewasa dalam berdemokrasi. Menyikapi sebuah peristiwa politik dan sosial dengan kaca mata dan mata hati yang jernih dan obyektif. Ada-ada saja kepentingan dan tendensi politik subyektif sebagai pretensi yang membonceng di belakangnya untuk meraih asa (tersembunyi).
Ketidakdewasaan ini bukan hanya menjadi monopoli kaum awam, tapi juga ‘dirampok’ oleh kaum elit dan terdidik. Bahkan dalam banyak hal, terlihat begitu gamblang keawaman masyarakat akar rumput (grass root) dieksploitasi dengan cara memanipulasi sentimen keagamaan mereka. Nilai-nilai religiusitas umat dieksploitasi sedemikian rupa dengan cara-cara yang kadang mengangkangi akal sehat dan nurani yang bersih bening. Semua itu dilakukan karena nalar sehat dan nurani bening bersih itu telah dirasuki kebencian dan ditutupi kepentingan jangka pendek, meraih keuntungan secara politik.
Di sinilah dilema Ahok. Mungkin Ahok hadir pada waktu dan tempat yang salah. Dalam dinamika sosial politik Nasional seperti saat ini, yang masih berada pada tataran pragmatis(me), belum cukup jauh melangkah ke arah ideologis nan idealis(me), tipikal Ahok belum waktunya harus hadir dan berada di depan. Publik Indonesia rupanya belum cukup wise untuk menerima panorama keberagaman sebagai sunnatullah dan anugerah Allah SWT untuk umatnya. Umat dalam pengertian yang sangat luas, dalam perspektif etnis dan agama apapun.
Suka atau tidak suka, rela atau tidak rela, Ahok harus dapat menerima dan tidak boleh menafikkan kenyataan itu. Bahwa politik hukum kita belum cukup memberi perlindungan bagi semua kelompok masyarakat tanpa memandang etnis, suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Dan pada persimpangan jalan inilah, ‘riwayat’ Ahok akan ditentukan. Akankah Ahok tetap ‘berkibar’, atau malah tenggelam dalam pusaran ‘tafsir’ yang tak tunggal, tapi malah menjebaknya, sehingga harus mengantarkannya menuju akhir ‘kepunahannya’.Â
Wallahu a’lam bish-shawabi
Makassar, 16112016
Catatan : artikel ini ditulis sebelum Pengumuman Hasil Gelar Perkara oleh Polisi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H