Maka gebrakan yang dilakukan ketika ‘mengunjungi’ OTT pungli staf Kemenhub, menjadi langkah awal untuk kembali menegaskan komitmennya membangun negeri ini menjadi ‘Indonesia Hebat’.  Jokowi seakan tidak peduli dengan kenyinyiran 2F (Fahri Hamzah dan Fadli Zon), duo sejoli pimpinan DPR RI, yang memberi labeling terhadapnya sebagai ‘Presiden recehan’.
Presiden Jokowi malah, seolah ingin menegaskan bahwa dengan labeling seperti itu, akan menjadi catatan sejarah dan dikenang oleh rakyat negeri ini. Bahwa Jokowi telah dengan sadar ‘merendahkan’ dirinya untuk membangun sebuah nilai. Nilai tentang kejujuran, ketidaktamakkan, ketidakserakahan, dan ketulusikhlasan mengabdi.
Segera setelah peringatan Presiden untuk menindak tegas pelaku pungli sampai dengan tahap pemecatan, telah memberikam dampak yang sangat luas. Pada setiap proses pelayanan publik, muncul sikap dan semangat untuk tidak bermain-main. Muncul semacam phobia di kalangan staf pada barisan terdepan yang bersentuhan langsung dengan layanan publik.
Maka terlihat mulai muncul semangat untuk memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat tanpa harus ada keinginan memperoleh sesuatu yang lebih. Semua instansi dan lembaga, dari pusat sampai ke daerah, mulai bangkit membenahi diri.
Ketika tadi pagi saya bersama istri mengurus dokumen perjalanan Republik Indonesia (DPRI), berupa paspor di kantor Imigrasi Makassar, suasana dan atmosfir berbenah mulai tumbuh dan berkembang. Setiap pengunjung yang datang diperlakukan secara sama. Tidak ada lagi sikap dan perlakuan dsikriminatif dalam memberikan pelayanan.
Tapi, sejak gebrakan dan langkah kejut sederhana Jokowi, telah menyadarkan seluruh elemen bangsa ini, bahwa berlaku mengikuti aturan itu bukan merupakan sebuah langkah mustahil.
Semangat memberantas pungli pun bangkit dan menjalar ke seluruh negeri, mulai dari instansi pusat sampai daerah. Malah sejak ‘kunjungan’ ke Kemenhub dan peringatan keras Jokowi  telah memberikan energi baru dan stimulan memberantas praktek dan budaya pungli. Maka eforia memberantas praktek dan budaya pungli tumbuh mekar, seperti cendawan di musim hujan. Â
Jokowi menyadari bahwa sebagai leader ia harus membuat tonggak. Tonggak itu harus bersifat spektakuler dan monumental. Jika gerakan memberantas praktek dan budaya pungli dapat berhasil, akan menjadi kredit point khusus dalam merestorasi negeri ini. Revolusi mental yang diusung Presiden akan menemukan bentuknya melalui gerakan pemberanatasan pungli ini. Dan saya yakin gerakan pemberantasan pungli ini akan berhasil.
Presiden sudah memberikan contoh yang baik, di mana dengan segera dan sigap mengunjungi Kemenhub ketika berlangsung OTT pungli. Jokowi seakan ingin menegaskan bahwa seorang pemimpin harus dapat memberi dan menjadi contoh. Bahwa selama ini, perilaku mengharapkan gerakan akar rumput (botton up) dalam memberantas ketidakberesan pengelolaan negeri sudah tidak memberi harapan.
Maka pola itu harus dirubah. Harus ada kemauan politik (good will) dan kemauan baik (good will) dari seorang pemimpin untuk melakukan terobosan. Meski Presiden menyadari, mencoba merubah alir sungai, akan tidak mudah, karena pasti mendapat resistensi. Paling kurang mendapat penilaian sinis dan minor.