Mohon tunggu...
Nurdin Taher
Nurdin Taher Mohon Tunggu... Administrasi - Keberagaman adalah sunnatullah, karena itu pandanglah setiap yang berbeda itu sebagai cermin kebesaran Ilahi. Surel : nurdin.en.te.70@gmail.com0

Lahir dan besar di Lamakera, sebuah kampung pesisir pantai di Pulau Solor, Flores Timur. Menempuh pendidikan dasar (SD) di Lamakera, kemudian melanjutkan ke SMP di Lamahala, juga kampung pesisir serta sempat "bertapa" 3 tahun di SMA Suryamandala Waiwerang Pulau Adonara, Flores Timur. Lantas "minggat" ke Ujung Pandang (Makassar) pada Juli 1989. Sejak "minggat" hingga menyelesaikan pendidikan tinggi, sampai hari ini, sudah lebih dari 30 tahun berdomisili di Makassar. Senantiasa belajar dan berusaha menilai dunia secara rasional dengan tanpa mengabaikan pendekatan rasa, ...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Masih tentang Geger Taat Pribadi, Revolusi Paradigma, dan Disorientasi

10 Oktober 2016   14:05 Diperbarui: 10 Oktober 2016   14:28 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Keberimanan” seorang Marwah Daud terhadap ke-“karomah”-an yang dimiliki Taat Pribadi rupanya tidak dapat lagi diganggu gugat oleh siapapun. Marwah daud sering “berdalih”, bahwa dia tidak dapat memaksa orang lain untuk percaya terhadap “kesaktian” Taat Pribadi sebagaimana ia menyebutnya karomah. Begitu pula sebaliknya, Marwah Daud pun dengan tegas mengatakan, bahwa seluruh dunia pun tidak dapat memaksa dia untuk tidak percaya terhadap apa yang telah dia saksikan dengan mata kepala sendiri. Bagi Marwah Daud “kesaktian” yang dia lihat dan rasakan jauh lebih penting daripada persepsi orang terhadap dirinya. Dengan tegas Marwah Daud mengatakan, “Saya percaya karena saya melihat dengan mata kepala sendiri” (lihat di sini).  

Kekukuhan Marwah Daud terhadap kesaktian ala Taat Pribadi untuk saat ini tidak dapat digoyang. Meski Marwah Daud sendiri mengakui bahwa banyak pihak telah memberikan masukan berkaitan dengan sikapnya terhadap Taat Pribadi. Tidak hanya bersifat  positif, mendukung, tapi juga tak kalah banyak bersifat negatif dan mencibir (menghujat)nya.

Bagi Marwah Daud, semua itu harus ia terima dan dengan lapang dada mengucapkan terima kasih. Karena bagi Marwah Daud, semua itu sebagai wujud dan refleksi cinta kasih dan sayang kepada dirinya. Namun demikian, semua itu tidak, atau mungkin belum dapat mengubah pendiriannya. Bagi Marwah Daud, "Pembelaan saya terhadap Mas Kanjeng adalah pembelaan menyangkut sebuah proses pencarian, penemuan dan atau peneguhan "ideologi" untuk sebuah Peradaban Baru di Abad 21" (sumber).  

Menurut Marwah Daud, seiring berjalannya waktu, fenomena Taat Pribadi yang memaksanya untuk dapat memahami peristiwa di luar alam sadar (transdimensi) akan dapat dipahami dan diterima publik. Mungkin saat ini belum, tapi seperti alasan yang selalu dikemukakannya tentang teori bahwa suatu saat manusia bisa terbang pada zaman batu. Pada waktu itu, pasti tak seorang pun menerima teori itu. Tapi terbukti kemudian, setelah pada hari ini, akhirnya orang percaya bahwa memang benar teori manusia dapat terbang itu terbukti.  

Mungkinkah Marwah Daud akan tetap istiqomah pada “keyakinan barunya”, yang menurut pengakuannya tidak akan membuat aqidahnya berubah (sumber).  Ya, kita lihat saja perkembangan geger Taat Pribadi ini, apakah akan membuat Marwah Daud semakin yakin dengan “keberimanannya”, atau malah membuatnya tersadar dan “insyaf”.

Wallahu a’lam bish-shawabi

Makassar, 10102016

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun