Mohon tunggu...
Nurdin Taher
Nurdin Taher Mohon Tunggu... Administrasi - Keberagaman adalah sunnatullah, karena itu pandanglah setiap yang berbeda itu sebagai cermin kebesaran Ilahi. Surel : nurdin.en.te.70@gmail.com0

Lahir dan besar di Lamakera, sebuah kampung pesisir pantai di Pulau Solor, Flores Timur. Menempuh pendidikan dasar (SD) di Lamakera, kemudian melanjutkan ke SMP di Lamahala, juga kampung pesisir serta sempat "bertapa" 3 tahun di SMA Suryamandala Waiwerang Pulau Adonara, Flores Timur. Lantas "minggat" ke Ujung Pandang (Makassar) pada Juli 1989. Sejak "minggat" hingga menyelesaikan pendidikan tinggi, sampai hari ini, sudah lebih dari 30 tahun berdomisili di Makassar. Senantiasa belajar dan berusaha menilai dunia secara rasional dengan tanpa mengabaikan pendekatan rasa, ...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Masih tentang Geger Taat Pribadi, Revolusi Paradigma, dan Disorientasi

10 Oktober 2016   14:05 Diperbarui: 10 Oktober 2016   14:28 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sbr. gbr. : https://www.selasar.com/budaya/ilusi-taat-pribadi-dan-delusi-marwah-daud-ibrahim

Untuk memberikan justifikasi atas keyakinannya itu, salah satu kasus yang selalu dirujuk oleh Marwah Daud di ILC itu, adalah mengenai tragedi Galileo Galilei. Baginya, seorang Galileo Galilei rela meregang nyawa oleh keputusan Gereja Romawi karena bersikukuh membela pendapatnya bahwa bumi mengelilingi matahari, bukan sebaliknya yang menjadi keyakinan Gereja Romawi. Bahkan Marwah Daud juga mengutip filosof Plato, di mana kemudian melahirkan Socrates.  

Melihat kasus Galileo Galilei dan Plato dan Socrates, maka bagi Marwah Daud, fenomena Taat Pribadi ini dapat menjadi pintu masuk untuk melakukan perubahan paradigma. Dalam istilah Marwah Daud, apa yang diperlihatkan Taat Pribadi itu dapat menjadi awal munculnya scientivic revolution (revolusi ilmu pengetahuan).  

Diorientasi

Saya tidak perlu menyebutkan satu persatu pendapat narasumber lainnya pada acara ILC itu. Meski hampir sebagian besar narasumber dapat mementahkan alur pikirnya, tapi Marwah Daud tetap bersikukuh dengan pendapatnya. Bahkan Marwah Daud sempat berkeberatan dan menyanggah pendapat K. H. Hasjim Muzadi, mantan Ketua PBNU. Bagi Marwah Daud, bahwa kita tidak mempunyai hak sedikit pun untuk men-judge seseorang itu mendapat ilmu (atau berkolabrasi) dari syetan atau Allah SWT.

Tidak hanya pendapat K. H. Hasjim saja yang disanggahnya, tapi juga menyela kesempatan bicara Machfud MD. Meskipun Machfud, menjelaskan bahwa apa yang dilakukan oleh Taat Pribadi, baik itu mengadakan atau menggandakan uang merupakan pelanggaran hukum (negara). Machfud juga menyebutkan, bahwa bukan hanya Taat Pribadi, siapapun yang menyaksikan ketika demonstrasi penggandaan uang itu sebagai bukti  “karomah” sebagaimana dipercaya Marwah Daud, maka mereka harus pula diperiksa.

Kesaktian Taat Pribadi telah membuat seorang doktor luaran AS, seperti Marwah Daud sampai harus mengorban integritas dan kredibiltasnya sebgai seorang cendekiawan. Bagi saya, fenomena Marwah Daud ini mungkin merupakan gejala orang yang mengalami disorientasi.

Disorientasi adalah kehilangan daya untuk mengenal lingkungan, terutama yang berkenaan dengan waktu, tempat, dan orang (sumber). Kehilangan mana juga menyangkut pudarnya daya dan sikap kritis untuk melihat semua fenomena berdasarkan hubungan kausalitas secara rasional.

Disorientasi dapat pula mematikan rasionalitas untuk dapat melihat sesuatu berdasarkan realitas sesungguhnya, karena telah dikelabui oleh kondisi kejiwaan. Bila seseorang berada pada kondisi galau tingkat tinggi, maka hal tersebut dapat membuat seseorang kehilangan orientasi. Pada tataran ini orang yang mengalami itu bisa berada dalam kondisi apa yang disebut sebagai waham.

Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya, ketidakmampuan merespons stimulus internal dan eksternal melalui proses interaksi/informasi secara kuat (sumber).

Ketika seseorang berada dalam kondisi waham, ia tidak sadar bahwa dirinya sedang berwaham. Gejala waham seperti ini tidak berhubungan dengan kecerdasan seseorang. Orang yang sangat cerdas pun bisa saja mengalaminya (sumber).

Implikasi terhadap Aqidah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun