Oleh : eN-Te
Tadi malam (Jumat, 30/9/2016) TV One memberikan hak jawab kepada Ketua Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng (PDK), Marwah Daud Ibrahim untuk menjelaskan informasi seputar kasus Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Juga hadir pada kesempatan itu sebagai Narasumber di studio TV One, antara lain cendekiawan muslim dan juga akademisi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Prof. Azyumardi Azra, dan praktisi spiritual Kisumo. Sedangkan Marwah berada di luar studio dan hanya diwawancarai melalui telepon.
Pada kesempatan itu Marwah Daud memanfaatkan untuk menjelaskan berbagai hal mengenai dirinya dan Taat Pribadi. Termasuk pula mengenai kesaktian Taat Pribadi dan Yayasan PDK.
Kesempatan itu diberikan kepada Marwah Daud agar informasi tentang kasus Taat Pribadi dan Yayasan PDK ini sedikit berimbang. Karena informasi yang berkembang di luar menurut para pendukung Taat Pribadi, termasuk pula Marwah Daud sangat tidak berimbang dan bahkan sangat menyudutkan pihaknya.
Menurut Marwah Daud, sebelum memutuskan untuk bergabung dan didapuk menjadi Ketua Yayasan PDK, ia membutuhkan waktu satu tahun untuk mempelajari dan meneliti PDK itu (lihat di sini). Jadi, bukan berarti ujug-ujug memutuskan untuk bergabung. Lagi pula, menurut Marwah Daud bahwa ia sampai jatuh hati dan kepincut berat sama PDK itu, karena telah menyaksikan secara langsung dengan mata kepala sendiri terhadap “kesaktian” Taat Pribadi.
Sayangnya dalam klarifikasi Marwah Daud tadi malam belum cukup membuka secara jelas apa motif dia sebenarnya sampai harus demikian yakin terhadap Taat Pribadi. Satu-satu penjelasan yang dapat diterima mengapa Marwah Daud begitu kesemsem sama Taat Pribadi adalah karena pernah melihat langsung “karomah” Taat Pribadi.
Marwah Daud juga menyangkal bahwa dia tidak pernah menggunakan istilah karomah untuk menjelaskan kesaktian Taat Pribadi. Menurutnya istilah karomah itu bukan berasal dari diri, tapi merupakan penafsiran yang salah dari pihak yang mengutip pernyataannya. Padahal, sangat jelas tertulis di berbagai media yang bersumber dari pernyataan Marwah Daud yang menyebutkan bahwa Taat Pribadi memiliki karomah (lihat di sini).
Ada hal yang menarik ketika Marwah Daud menjawab pertanyaan Prof. Azyumardi tentang sumber dari mana asal uang yang ada di PDK. Marwah Daud tidak secara jelas dan gamblang menjawab pertanyaan Prof. Azyurmadi itu. Malah Prof. Azyumardi juga menyebut apa yang dilakukan Taat Pribadi itu, dalam istilah asing (Inggris) artinya (sebagai) penipuan.
Begitu pula dengan pertanyaan Kisumo yang mempertanyakan foto yang diperlihatkan Marwah Daud, juga vedio tentang bagaimana Taat Pribadi memperlihatkan kesaktiannya menggandakan uang. Dalam pandangan Kisumo, bahwa bila uang itu dapat digandakan dengan kekuatan spiritual, seharusnya ada terlihat energi yang menggerakkan. Tapi, dalam gambar vedio maupun foto yang dilihat Kisumo tidak nampak ada energi (ghaib) itu. Sehingga bagi Kisumo apa yang dilakukan Taat Pribadi sebagai sebuah penipuan semata.
Tapi Marwah terkesan ingin menghindar untuk menjawab pertanyaan itu. Marwah Daud menjawab bahwa dia tidak perlu tahu dari mana asal dan sumber uang itu. Bagi dia, uang itu ada (nyata), yang penting apa yang dilihatnya itu merupakan fakta yang nyata. Bahkan Marwah Daud sampai harus menganalogikan dengan pesawat yang bisa terbang.
Ketika dia naik pesawat kemudian terbang membawa penumpang, menurut Marwah Daud, dia tidak perlu pusing harus mencari tahu apa dan dari mana sumber asal kekuatan yang menggerakkan pesawat sehingga bisa terbang (di udara). Apakah ada mesin yang menggerakkan turbin sehingga membuat pesawat itu bisa terbang, atau ada faktor lainnya? Bagi Marwah Daud, yang penting pesawat dapat terbang dan membawa penumpag ke tujuannya. Soal apa yang menggerakkan dan dari mana sumber kekuatan yang menggerakkan pesawat itu, bukan sesuatu yang penting harus dipikirkan.