Mohon tunggu...
Nurdin Taher
Nurdin Taher Mohon Tunggu... Administrasi - Keberagaman adalah sunnatullah, karena itu pandanglah setiap yang berbeda itu sebagai cermin kebesaran Ilahi. Surel : nurdin.en.te.70@gmail.com0

Lahir dan besar di Lamakera, sebuah kampung pesisir pantai di Pulau Solor, Flores Timur. Menempuh pendidikan dasar (SD) di Lamakera, kemudian melanjutkan ke SMP di Lamahala, juga kampung pesisir serta sempat "bertapa" 3 tahun di SMA Suryamandala Waiwerang Pulau Adonara, Flores Timur. Lantas "minggat" ke Ujung Pandang (Makassar) pada Juli 1989. Sejak "minggat" hingga menyelesaikan pendidikan tinggi, sampai hari ini, sudah lebih dari 30 tahun berdomisili di Makassar. Senantiasa belajar dan berusaha menilai dunia secara rasional dengan tanpa mengabaikan pendekatan rasa, ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kok Sepi! Kemana (Bakal) Cagub Ketika Bukit Duri Digusur?

30 September 2016   16:06 Diperbarui: 30 September 2016   17:27 3817
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sbr. gbr. : http://makassar.tribunnews.com/2016/04/18/kubu-ahok-yusril-lulung-adyaksa-dhani-perang-di-dunia-maya-ini-yang-unggul

Bukan hanya itu saja. Para bakal Cagub itu juga menawarkan berbagai “jasa” kepada warga. Ada yang menyumbang tenda, logistik, dan bentuk sumbangan lainnya bagi warga terdampak, sekedar untuk mendapatkan simpati. Tujuannya jelas supaya dapat menaikkan elektabilitas mereka, sekaligus mengambil hati warga agar kelak ketika mereka terpilih dan ditetapkan sebagai calon resmi, dapat menjatuhkan pilihannya kepada mereka.

***

Sayangnya sikap altruisme itu, seakan hilang lenyap ketika kesempatan untuk masuk dalam arena permainan yang sudah tertutup. Dan ketika permainan sudah usai (game over) para bakal Cagub yang sebelum proses pendaftaran di KPUD wara-wiri “menjajakan” diri seakan hilang ditelan bumi.

Maka ketika kemarin Ahok kembali menjalankan kebijakan melakukan relokasi (penggusuran) di Kampung Bukit Duri (Rabu, 28/9/2016), seakan sepi dari “pengunjung”. Ya, baik politisi maupun bakal Cagub. Mungkin mereka merasa tidak ada gunanya lagi menunjukkan simpati dan empati kepada warga terdampak gusur. Karena bagi mereka sudah tidak ada lagi implikasi keuntungan (politik), ketika permainan sudah berakhir.

Sungguh sangat disayangkan, animo, sikap peduli, jiwa sosial, dan semangat membela mereka langsung pudar ketika ambisi untuk menggapai singgasana sudah tertutup. Padahal publik berharap apa yang telah ditunjukkan pada momen-momen sebelumnya bukan karena ada vested interest, melainkan karena panggilan nurani kemanusiaan.

Adalah sangat mulia niat mereka dalam membela kaum dhuafa yang tertindas, jika tidak disusupi kepentingan politik jangka pendek. Dengan realitas seperti itu, membuat publik juga menduga, ternyata mereka tidak lebih dari bunglon. Berkamuflase ketika ada kepentingan yang ingin diraih. Namun ketika kepentingan itu semakin jauh dan hilang, mereka kembali pada identitas asli mereka. Urusan kaum dhuafa yang tertindas bukan lagi menjadi perhatian dan urusan mereka.

Wallahu a’lam bish-shawabi

Makassar, 30092016

 Oleh : eN-Te

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun