Pemerintah belum melakukan apapun terkait dengan kebijakan cukai rokok. Tapi mengapa kemudian, isu kenaikan harga rokok itu, yang oleh Dirjen Bea Cukai dinyatakan sebagai hoax itu kemudian harus menimbulkan kegaduhan atmosfir sosial politik Indonesia?
Malah TV One, seperti “kelakuannya” selalu saja memanfaatkan isu hoax harga rokok itu, untuk kepentingan menaikkan ratingnya. Maka setelah beberapa hari terjadi “kegoncangan” akibat isu hoax harga rokok itu, dengan sigap pula TV One turun gelanggang menjadikan tema diskusi dalam acara ILC.
Dalam diskusi ala ILC di TV One, Selasa (23/8/16) malam, yang mengangkat tema “Negara Paceklik, Petani Dicekik”, seperti biasa, narasumber yang diundang pun, hampir-hampir semuanya ingin menjadikan isu itu sebagai peluru yang menghakimi pemerintah. Maka, baik anggota DPR, asosiasi produsen rokok, asosiasi petani tembakau, produsen rokok, perwakilan buruh rokok, semuanya secara berapi-api “menyerang” Prof. Thabrany. Bagi mereka apa yang dilakukan Prof. Thabrany ini merupakan sebuah “tindakan terlarang”, yang tidak perlu dilakukan. Karena bila itu diteruskan, maka akan mematikan semua stakeholders pada bisnis rokok.
Yang menjadi soal adalah mengapa semua orang seperti kebakaran jenggot, ketika isu kenaikan harga rokok itu belum dipastikan kebenarnnya. Pemerintah juga belum melakukan apapun terkait kebijakan cukai rokok, tapi sudah diposisikan sebagai rezim yang kurang sensitif terhadap nasib dan kesejahteraan rakyat. Sehingga TV One, oleh pemimpin redaksinya, sekaliber Karni Ilyas merasa perlu mengangkat tema diskusi ILC dengan judul yang sangat menohok, “Negara Paceklik, Petani Dicekik”.
Saya jadi tersenyum pada sebuah episode, ketika Prof. Thabrany berbicara, dan Karni Ilyas menanyakan kepadanya tentang “data” penelitiannya, ketika Prof. Thabrany dengan sedikit nyelekit menyindir Karni Ilyas, dengan mengatakan, “Anda kan ahli hukum, harusnya berbicara berdasarkan data!” Karni Ilyas pun terlihat keki, mungkin tidak pernah berpikir akan mendapat pertanyaan balik seperti itu! Wkwkwkwk
Wallahu a’lam bish-shawabi
Makassar, 25082016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H