Mohon tunggu...
Nurdin Taher
Nurdin Taher Mohon Tunggu... Administrasi - Keberagaman adalah sunnatullah, karena itu pandanglah setiap yang berbeda itu sebagai cermin kebesaran Ilahi. Surel : nurdin.en.te.70@gmail.com0

Lahir dan besar di Lamakera, sebuah kampung pesisir pantai di Pulau Solor, Flores Timur. Menempuh pendidikan dasar (SD) di Lamakera, kemudian melanjutkan ke SMP di Lamahala, juga kampung pesisir serta sempat "bertapa" 3 tahun di SMA Suryamandala Waiwerang Pulau Adonara, Flores Timur. Lantas "minggat" ke Ujung Pandang (Makassar) pada Juli 1989. Sejak "minggat" hingga menyelesaikan pendidikan tinggi, sampai hari ini, sudah lebih dari 30 tahun berdomisili di Makassar. Senantiasa belajar dan berusaha menilai dunia secara rasional dengan tanpa mengabaikan pendekatan rasa, ...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Terima Kasih untuk Guru-guruku!

22 Juli 2016   15:22 Diperbarui: 23 Juli 2016   14:11 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena itu, ketika guru-guru kami membutuhkan pertolongan dan bantuan, baik berupa mencarikan kayu bakar, atau membutuhkan air untuk kebutuhan mandi dan keperluan keluarga, kami tak merasa terbebani mencari dan membawakannya. Jarak antara rumah guru dengan tempat mencari kayu bakar di hutan sekitar kampung, atau menimbakan air dari sumur, itu cukup jauh. Radiusnya antara 2 -3 km. Dan cara mendatangkannya dengan tidak menggunakan peralatan bantuan lain selain dengan cara memikul. Tapi meski demikian semua pekerjaan itu, kami lakukan dengan perasaan senang dan gembira, tanpa ada keluhan sedikit pun. Karena bagi kami, apa yang kami berikan itu belum seberapa jika dibandingkan dengan jasa-jasa para guru tersebut.   

***

Berkat “perlakuan mengesankan” dan nilai-nilai budi pekerti, serta semangat untuk maju dari guru-guru saya tempo doeloe, sehingga hari ini, alhamdulillah, saya sudah “menjadi orang”. Jika tanpa “perlakuan mengesankan” dan jasa-jasa dari guru-guru saya tempo doeloe itu, bisa saja “kemapanan” ini belum tentu saya rasakan.

Karena itu, kepada guru-guruku (sekedar menyebut sebagian nama, mantan Kepala SD Inpres Watobuku, Bapak Achmad Kelake, Bapak H. Rauf Rape Dasy, Bapak Sirajuddin Shubuh, Bapak Thomas Sili Tokan, Bapak Syuaib Heba, Bapak Abdul Gani Usman Prakon, Ibu Hj. Hafsah Hasan KS., Ibu Maryam Usman Prakon, Bapak Muhammad Ishak (guru Matematika di SMPN Lamahala), Guru Sejarah (di SMA Suryamandala),  dll., yang tidak sempat saya sebutkan namanya), yang telah sangat amat berjasa mengantarkan saya hingga bisa sampai pada posisi saat ini, saya menyampaikan terima kasih yang tak terhingga

Dan dalam kemasygulan menyampaikan terima kasih, saya juga mengangkat topi memberi hormat sebagai penghargaan terhadap ketulusan hati dan keikhlasan memberikan ilmu dan nasehat-nasehat yang sangat berguna dalam membentuk karakter kami (saya). Tak lupa pula saya mengucapkan permohonan maaf dengan sikap bengal saya, sehingga membuat Bapak/Ibu terpaksa harus memberi “perlakuan mengesankan” kepada saya.

Tak lengkap rasanya bila pernyataan terima kasih tidak dibarengi dengan pernyataan harapan berupa doa. Semoga semua guru saya yang telah mencurahkan semua pengetahuan dan nilai-nilai karakter yang baik, mendapat keberkahan. Semoga pengetahuan dan nilai-nilai karakter yang baik yang telah dicurahkan kepada kami (saya) menjadi amal jariah, dan kelak menjadi syafaat di yaumil hisab nanti. Aamiin YRA.

Wallahu a’lam bish-shawabi

Makassar, 22 Juli 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun