Oleh : eN-Te
Jejak dan kiprah Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU), (alm.) Husni Kamil Manik (HKM) sungguh membuat sebagian komponen dari bangsa ini tidak dapat melupakan dan menyembuhkan rasa sakit. Bahkan sampai sang Ketua KPU sudah berpulang ke haribaan-Nya. Kembali ke asalnya, dari tiada ke ada dan kembali ke tiada. Menemui pencipta dan mempertanggungjawabkan semua pengkhidmatannya, termasuk pengabdiannya yang tulus untuk negeri besar dan elok permai bernama Indonesia ini.
Tak bisa dipungkiri bahwa kepergian almarhum, Ketua KPU, HKM secara mendadak pasti dan sontak menimbulkan tanya. Banyak pihak yang merasa terkejut dan kaget. Mengingat almarhum semasa hidupnya menurut sebagian koleganya jarang keluar masuk rumah sakit. Bahkan dari penampilan almarhum secara fisik kelihatan sangat sehat dan prima. Maka kepergiannya secara tiba-tiba menimbulkan rasa kaget. Tidak hanya datang dari keluarga dan kolega almarhum, tapi juga dari masyarakat umum. Apalagi usia almarhum, HKM, relatif masih sangat muda, 41 tahun.
***
Dampak dari rasa kaget itu berimbas jauh atas permintaan kepada keluarga agar mau membuka rekam medis almarhum. Dengan memberikan penjelasan secara menyeluruh terkait rekam medis almarhum akan menguak tabir sesungguhnya yang terjadi terhadap almarhum.
Hal itu diakui oleh seorang Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP), Prof. Jimly Asshiddiqie. Menurut Prof. Jimly, bahwa meski dia sendiri sudah mendapat penjelasan rekam medis almarhum, tapi demi mengurangi desas-desus maka dia menyarankan supaya keluarga perlu memberikan penjelasan komprehensif atas analisis (rekam) medis kepada publik. Dalam istilah Prof. Jimly, “daripada bikin repot”.
***
Mungkin Prof. Jimly tidak menyadari bahwa dengan frasa atau ungkapan “daripada bikin repot” itu, kemudian menjadi polemik di masyarakat. Terbukti kemudian, segera setelah pernyataan Prof. Jimly itu keluar, langsung disambar oleh kelompok-kelompok, yang selama ini belum bisa tidur nyenyak karena perasaan kalah yang menyakitkan.
Ibarat mendapat durian runtuh, mereka kemudian mem-blow up berita kematian Ketua KPU dengan berbagai isu sedemikian rupa. Bahkan ada yang sampai mengait-kaitkan kematian Ketua KPU, HKM itu dengan rekapitulasi perhitungan hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014.
Terus apa relevansi antara hasil rekap Pilpres 2014 dengan kematian mendadak seorang HKM? Apa pula korelasi antara kematian ketua KPU dengan legitimasi rezim Jokowi? Terus apa sebenarnya makna yang dimaksud Prof. Jimly dengan istilah “daripada bikin repot” itu?
***