Salah seorang peserta ToT Tim Pengembang K-13 tingkat SMA, ketika mewakili peserta lainnya untuk menyampaikan pesan dan kesan mengibaratkan para calon instruktur K-13 ini sebagai “penyampai wahyu”. Dalam perspektif agama penyampai wahyu di sebut Rasul Allah. Karena itu, dalam pandangan peserta itu bahwa ketika sudah ditahbiskan sebagai “Rasul”, maka pada diri mereka sudah melekat kewajiban untuk menyampaikan “kebenaran wahyu” itu kepada guru-guru lainnya di daerah dan di tempat tugasnya masing-masing.
Seorang peserta Praktik Mengajar Bahasa Jepang (Dok. Pri)
“
Wahyu” yang akan disampaikan itu harus benar-benar merupakan sebuah kebenaran, sehingga ketika diterima oleh guru-guru sasaran tidak terjadi mispersepsi, yang pada gilirannya akan mengurangi kesalahan dalam implemetasi K-13 di lapangan (sekolah). “Wahyu” yang diterima selama mengikuti ToT, sudah semestinya disampaikan, didesiminasikan, diimbaskan kepada guru-guru lainnya di daerah dan tempat tugas (sekolah) masing-masing. Dan diharapkan semua peserta yang telah mengikuti ToT Tim Pengembang (IN, IP, IK) harus memiliki “kesadaran profetik”, hal mana harus memiliki sifat-sifat kenabian, sehingga ia dituntut untuk dapat menyampaikan “wahyu” itu secara benar dan bertanggung jawab.
***
Ketika para instruktur K-13 sudah menyampaikan “wahyu” itu secara benar, maka misi Kemdikbud untuk menyempurnakan Kurikulum Pendidikan 2013 dinyatakan berhasil. Tapi, bila sebaliknya, maka permasalahan pendidikan Nasional yang ditandai dengan perubahan rezim maka berubah pula kebijakan (Kurikulum Pendidikan) tidak akan pernah menemui ujung.
img-20160518-080541-573d169fed9273c20e2489d5.jpg
Peserta ToT sedang Khusyu' Mengerjakan Soal Post Test (Dok. Pri)
Jangan sampai fenomena ganti rezim ganti (pula) Kurikulum Pendidikan sesuai dengan orientasi politik rezim berkuasa akan terus berlanjut. Jika kondisi tersebut tidak dapat diperbaiki, maka Pendidikan kita tidak akan pernah selesai. Maka permasaahan pendidikan kita juga tidak akan menemukan jalan akhir. Itu berarti “kebenaran wahyu” yang harus disampaikan itu akan terus berputar-putar, tanpa sampai kepada yang harus menerima dan menerapkannya. Pada akhirnya, harapan untuk menumbuhkan pendidikan yang berkualitad dan berkarakter tidak akan pernah terwujud. Maka pertanyaan yang perlu menjadi renungan kita saat ini, adalah Q
uovadis Pendidikan Indonesia?
Wallahu a’lam bish-shawabi
Makassar, 19 Mei 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Humaniora Selengkapnya