[caption caption="Sumber : www.teropongsenayan.com/31686-pdip-dan-temanahok-beda-keinginan-ahok-bingung"][/caption]
Oleh : eN-Te
Sejak penangkapam KPK terhadap salah satu mantan anggota DPRD DKI yang juga Ketua Komisi D melalui operasi tangkap tangan (OTT), atmosfir politik Jakarta semakin hari suhunya semakin naik. Kondisi tersebut membuat para pelaku politik di Ibukota semakin gerah. Gerah yang mungkin saja membawa kegelisahan. Apalagi di saat-saat menjelang pesta demokrasi Pilkada 2017.
Begitu pula halnya dengan bakal calon gubernur (Cagub) DKI, Basuki Tjahaja Purnama atau biasa disapa Ahok. Beberapa hari terakhir nuansa pemberitaan media telah menciptakan kondisi seolah-olah Ahok berada di persimpangan jalan. Antara menegakkan kebenaran dan mempertahan idealisme dengan realitas sosial politik ibukota.
***
Kemarin, Kamis (7/4/2016) KPK telah secara resmi merilis permintaan pencegahan dan penangkalan (cegah tangkal, cekal) untuk bepergian ke luar negeri salah seorang staf khusus Ahok, Sunny Tanuwidjaja. Permintaan tersebut telah ditindaklanjuti oleh Ditjen Imigrasi. Cekal terhadap salah seorang staf khususnya ini, mau tidak mau pasti membuat suhu tubuhnya menjadi panas dingin dan membuat Ahok harus berpikir keras.
Meski demikian, kita harus terus mencermati perkembangan yang ada. Karena banyak “volounteer” dadakan yang cenderung sangat a priori dan tanpa melalui mekanisme check and rechek terhadap setiap informasi yang berkembang di luar. Rasionalitas dan kritisisme harus terus dikedepankan di tengah arus informasi yang cenderung bias.
Tidak semua informasi yang diterima harus ditelek mentah-mentah. Apalagi informasi itu dikutip dari portal-portal berita abal-abal (mungkin artikel ini bisa membantu). Bahkan ada yang dengan semangat 45 langsung menbagikan melalui media sosial. Saya kadang-kadang geleng-geleng kepala melihat pola tingkah orang-orang seperti ini, hanya karena antipati menutup mata dan telinga tanpa risih mengorbankan nalar sehat sebagai manusia intelek. Senang denga ghibah, gosip, rumor, dan fitnah.
Setiap orang berhak untuk mengetahui apapun yang berkaitan dengan pemimpinnnya. Tapi hendaknya hal itu harusnya tidak mebuat kita kehilangan rasionalitas sebagai manusia beradab. Jika tidak, kita akan terjebak pada asumsi yang dibangun melalui argumentasi yang a priori atas landasan sentimen dan tendensius.
***
Kembali Ahok di persimpangan jalan. Ahok sekarang bukan saja berada di persimpangan jalan, malah lebih jauh Ahok berada di tengah-tengah arus yang sangat ingin menghempaskannya. Apalagi menilik trend berita setelah OTT KPK terhadap Mantan bakal Cagub dan juga mantan Ketua Komisi D DPRD DKI, M. Sanusi.