Mohon tunggu...
Nurdin Taher
Nurdin Taher Mohon Tunggu... Administrasi - Keberagaman adalah sunnatullah, karena itu pandanglah setiap yang berbeda itu sebagai cermin kebesaran Ilahi. Surel : nurdin.en.te.70@gmail.com0

Lahir dan besar di Lamakera, sebuah kampung pesisir pantai di Pulau Solor, Flores Timur. Menempuh pendidikan dasar (SD) di Lamakera, kemudian melanjutkan ke SMP di Lamahala, juga kampung pesisir serta sempat "bertapa" 3 tahun di SMA Suryamandala Waiwerang Pulau Adonara, Flores Timur. Lantas "minggat" ke Ujung Pandang (Makassar) pada Juli 1989. Sejak "minggat" hingga menyelesaikan pendidikan tinggi, sampai hari ini, sudah lebih dari 30 tahun berdomisili di Makassar. Senantiasa belajar dan berusaha menilai dunia secara rasional dengan tanpa mengabaikan pendekatan rasa, ...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jonru Juga Menyalahkan SN dan FZ Karena Tragedi Mina?

25 September 2015   10:10 Diperbarui: 25 September 2015   12:18 1141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meme yang serta merta mengkaitkan tragedi Mina dengan kehadiran seseorang, seperti halnya meme yang dibuat Jonru untuk mengkaitkan tragedi Masjidil Haram dengan kunjungan kenegaraan Jokowi, sampai saya menulis artikel ini tidak saya temukan. Untuk mengobati rasa penasaran, saya mencoba men-searching melalui mba gugel, untuk mencari, kalau-kalau ada yang iseng membuat meme yang mengkaitkan tragedi Mina dengan kehadiran SN dan FZ. Alhamdulillah, tidak ada orang tidak waras sampai tega membuat hal bodoh seperti itu. Bahkan saya terpaksa harus membuka fan page FB Jonru, untuk memastikan, bahwa dia belum “sinting” sehingga tidak tega membuat meme yang sama terhadap SN dan FZ. Mungkin Jonru berpikir, SN dan FZ adalah kompatriotnya di KMP. Jika dia sampai melakukan hal yang sama, seperti dia melakukannya terhadap Jokowi dalam tragedi crane jatuh, maka dia membuat blunder, ibarat  “menusuk kawan seiring”. Sesuatu yang pasti akan menuai reaksi balik dari para “fansnya”.

Tragedi Mina terjadi pada saat proses melontar jumrah. Disebutkan bahwa tragedi terjadi sekitar pukul 7.00 pagi waktu Mina, Arab Saudi, di jalan menuju tempat lempar jumrah di antara tenda-tenda di Mina. Peristiwa itu terjadi ketika ada sekelompok jamaah yang tiba-tiba berhenti, sehingga terjadi penumpukan jamaah yang berdesak-desakan, sehingga membuat ada jamaah yang terjatuh. Dalam kondisi berdesakan seperti itu, maka jamaah yang terjatuh kesulitan untuk meloloskan diri, malah diinjak-injak oleh jamaah lainnya. Maka dalam hitungan menit berjatuhan korban jiwa, baik yang tewas maupun luka-luka. Korban bahkan terus bertambah. Sebagian besar korban adalah jamaah dari Mesir dan Afrika. Sampai artikel ini ditulis, sudah terkonfirmasi jumlah korban yang meninggal dari tragedi Mina ini sebnyak 717 orang dan yang luka-luka sebanyak 863 orang. Termasuk jamaah calon haji Indonesia, sampai tadi pagi yang menjadi korban meninggal ada tiga orang.

Jamaah calon haji Indonesia relatif tidak terlalu banyak yang menjadi korban dalam kecelakaan itu, karena jalur di mana terjadi tragedi itu, bukan merupakan jalur yang biasa digunakan jamaah Indonesia. ”Ini bukan merupakan jalur yang digunakan oleh jemaah asal Indonesia untuk menuju lontar jumrah," . Meskipun ada tiga jamaah calon haji Indonesia yang menjadi korban, dugaan sementara karena mereka “tidak mematuhi” himbauan yang telah dikeluarkan oleh penyelenggara haji.

Lepas dari apa penyebabnya, hendaknya kita tidak terlalu cepat mengedepankan prasangka untuk menilai sebuah kejadian. Asumsi dan hipotesa boleh dan sah-sah saja digunakan sebagai alat untuk menilai sebuah peristiwa, tapi hal itu hendaknya dilandasi oleh nalar yang sehat dan bertanggung jawab. Jangan asal main sruduk hanya karena vested interst, lebih-lebih sekedar melampiaskan perasaan frustrasi yang terpendam. Termasuk juga dengan artikel ini, tidak ingin memaksakan untuk mengkaitkan bahwa tragedi Mina karena kehadiran seseorang yang sedang menunaikan kewajibannya sebagai orang yang beragama. Tapi hanya untuk mengingatkan bahwa betapa tidak eloknya bila mengkaitkan sesuatu yang sama sekali tidak mempunyai hubungan kausalitas. Dalam posisi itu, kita akan merasa enjoy karena telah berusaha menempatkan sesuatu sesuai porsinya secara proporsional.

Mestinya bersamaan dengan hari Qurban kemarin, hendaknya kita menghilangkan semua sifat-sifat hewaniah yang masih merasuki dan bersemayam dalam jiwa kita, sehingga kita tidak mudah terjebak dalam pemikiran picik nan simplistis. Membuat kita terus menerus terbelenggu dalam sifat setan, mudah menyalahkan orang lain tanpa hak. Apalagi semua itu bersumber dari rasa hasad, iri, dan dengki semata.

Selamat Hari Raya Idul Adha 1436 H, minal aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir dan bathin.

Ya sudah, begitu saja, selamat membaca!

Wallahu a’lam bish-shawabi

 

Makassar, 25 September 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun