Saya mulai mendaftar secara resmi menjadi anggota blog kompasiana pada 1 Februari 2014. Awalnya saya hanya menjadi pembaca tersembunyi (hidden reader) dari blog kompasiana. Saya mencoba mengikuti dan membaca tulisan-tulisan dari kompasianer yang ditayangkan kompasiana.
Mulanya saya mengenal kompasiana ketika membaca kompas.com. Saya kebetulan rajin membaca kompas.com sebelum mengenal kompasiana. Pada suatu ketika, secara tak sengaja saya mencoba mengklik kompasiana di sudut kiri atas kompas.com. Setelah tampilannya terbuka, terpampang begitu banyak tulisan dari para kompasianer. Terdorong oleh rasa ingin tahu, saya pun mencari dan membuka artikel-artkel dengan judul yang menarik dan memancing rasa ingin tahu. Saya pun dengan “lahap” membaca semua analisis ala penulis artikel dengan beragam gaya. Saya diam-diam mengagumi penulis-penulis artikel tersebut, lepas dari konten yang disampaikan.
Saya pun merasa penasaran dan bergumam dalam hati, bagaimana bisa bergabung dengan kompasiana? Kebetulan pada setiap tulisan dilengkapi pula rating dan komentar. Ketika sehabis membaca sebuah tulisan, saya ingin memberi komentar, akan tetapi setelah mengetik komentar dan klik kirim, muncul konfirmasi untuk harus melakukan login dulu. Sementera untuk melakukan login harus terdaftar dulu sebagai anggota.
Saya merasa sedikit ada keraguan dan tidak berani untuk mendaftar, khawatir tidak dapat mengirim tulisan karena “tidak dapat” menulis. Tapi singkat cerita, pada akhirnya saya memberanikan diri tetap mendaftar. Soal dapat mengirim tulisan atau artikel untuk nampang di kompasiana atau tidak, itu soal belakangan.
Maka terdaftarlah saya oleh admin menjadi salah satu anggota blog kompasiana pada 1 Februari 2014. Sebagai perkenalan awal, pada 3 Februari 2014 saya pun mencoba mempublish tulisan lawas tentang penegakkan hukum dan keadilan di Indonesia. Tulisan itu pun berasal dari tugas kuliah dan sempat terbit di bulletin di tempat kerja saya, dan juga saya dokumentasikan dalam blog pribadi. Setelah publish tulisan pertama itu, saya hanya bisa “bengong” membaca dan memperhatikan dengan rasa kagum semua tulisan kompasianer yang setiap hari nangkring di kompasiana. Kekaguman saya semakin bertambah setelah saya membuka dan melihat profil masing-masing kompasianer, terutama kompasianer senior yang sudah malang melintang di dunia persilatan kompasiana. Rata-rata produktivitas menulisnya sangat tinggi. Hampir setiap hari ada tulisan mereka nampang di kompasiana. Melihat itu semua saya menjadi keder juga.
Tapi akhirnya saya dapat juga keluar dari mental box, merasa “tidak dapat” menulis itu. Saya pun mencoba membuang jauh-jauh rasa minder dan prasangka ”tidak dapat” menulis itu. Hal itu berkat membaca artikel kiriman beberapa kompasianer yang menceritakan tentang pengalaman menulis mereka di kompasiana. Berdasarkan membaca dan mengetahui pengalaman menulis ala kompasianer tersebut, saya baru menyadari bahwa menulis itu tidak susah-susah amat, alis susah-susah gampang, asal ada keberanian dan mood, terutama ada ide. Maka terdorong untuk memerangi prasangka “tidak dapat” menulis, saya pun mencoba merangkai kata jadi kalimat, kalimat jadi paragraf, paragraf jadi artikel ala saya.
Setelah publish artikel pertama seperti saya sebutkan di atas, pada 9 Mei 2014 saya mencoba publish lagi artikel “ala saya” dengan tema cukup berat, mengenai politik. Kebetulan pada saat itu atmofsir politik Indonesia lagi menghangat, karena bertepatan dengan hajatan Pemilu legislatif yang baru usai dan kasak kusuk koalisi menjelang Pilpres. Maka artikel kedua pun meluncur masuk laman kompasiana dengan jeda waktu empat bulanan dari artikel pertama.
Selanjutnya pada hari yang sama dengan artikel kedua tayang, saya kembali publish artikel ketiga masih tentang tema politik. Artikel ketiga ini menyorot tentang kampanye hitam dikaitkan dengan moral Islam sebagai rahmatan lilalamin. Selang dua hari kemudian lahir kembali artikel ketiga, dan seterusnya, dan seterusnya mengalir ide dan inspirasi yang ingin saya tuangkan dalam sebuah tulisan. Sampai hari ini, sudah lebih dari 80 artikel saya nangkring di kompasiana, tepatnya 84 artikel dengan tidak menghitung satu artikel yang dobel tayang. Dan Alhamdulillah dari total lebih dari 84 artikel itu, sebanyak 21 artikel diganjar oleh admin dengan Headlines (HL) dan 55 artikel masuk kategori Highlight (Hi). Sebagian besar tulisan saya bertemakan sosial politik, topik yang menjadi perhatian saya, hanya sebagai pemerhati. Dalam hati saya terselip perasaan bahagia, dan akhirnya saya menyadari bahwa saya bisa menulis, dan menulis itu ternyata mengasyikkan.
Selanjutnya saya bertekad untuk dapat membuat sebuah tulisan setiap hari. Saya berusaha sesibuk apapun saya tetap berusaha menulis, asal ada ide dan inspirasi, saya akan tuangkan dalam sebuah tulisan dan menjadi artikel ala saya. Meskipun demikian, saya pernah mengalami suatu kondisi, yang membuat saya harus “puasa” menulis hingga beberapa waktu lamanya, dalam hitungan bulan.
Kondisi vakum tersebut membuat saya hampir kembali pada kondisi awal, kehilangan motivasi dan kegairahan menulis. Hal itu disebabkan karena suasana tidak kondusif akibat persaingan dalam Pilpres 2014 lalu. Saya jga terlibat dalam “persaingan” tidak sehat, dan terbelah dalam polarisasi dukung mendukung capres. Akibatnya antarsesama teman terjadi kritik mengkritik, sampai pada hujatan yang tidak produktif. Begitu pula dengan atmofsir di kompasiana yang terpolarisasi dalam dua kelompok besar. Masing-masing bersikukuh dan berdiri dengan argumentasi mendukung capresnya, meski mengorbankan “pertemanan”. Dalam situasi yang seperti itu, saya pun memutuskan untuk “menarik” diri dari kegembiraan ala kompasiana.
Tapi rupanya, “aura” kompasiana sudah sedemikian kuat mempengaruhi saya, sehingga dalam kevakuman itu, saya akhirnya tersadar, bahwa keputusan untuk “puasa” menulis itu sangat tidak menguntungkan untuk saya. Kebiasaan (mungkin tepatnya kemampuan) menulis yang sudah saya rintis dapat pudar dan hilang, bila saya membiarkan situasi di luar saya “merampas” kebebasan saya untuk berkreasi melalui kegiatan menulis. Maka akhirnya saya pun memutuskan untuk kembali. Kembali ke dunia kompasiana, berselancar ria, membagi pengetahuan, wawasan, dan pengalaman melalui tulisan. Semoga apa yang telah saya share melalui kompasiana dengan berbagai tema tulisan saya, mempunyai manfaat dan bermanfaat, khususnya untuk diri saya pribadi, apalagi itu dapat dipetik manfaatnya oleh pembaca.
Ya sudah, begitu saja, selamat membaca!
Wallahu a’lam bish-shawabi
Makassar, 18 September 2015
Oleh : eN-Te
Catatan:
Untuk pengalaman lainnya setelah bergabung dengan kompasiana akan menyusul di artikel berikutnya.
Sumber gambar ada di sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H