Gejala-gejala seperti yang diceritakan Dy dan ayahnya serta Farhan merupakan gejala umum dari (demensia) alzheimer. Tapi, rupanya publik Indonesia belum begitu mengenal dan paham tentang penyakit demensia alzheimer (ke-pikun-an). Pemahaman publik Indonesia terhadap alzheimer masih sangat minim (rendah), sehingga pikun dianggap remeh. Padahal populasi demensia alzheimer di Indonesia menurut Menteri Kesehatan (Menkes), Nila F. Moeloek, semakin bertambah banyak. Menurut Menkes, Nila F. Moeloek, demensia (alzheimer) dipercepat oleh keadaan-keadaan yang sebelumnya, seperti hipertensi, diabetes melitus (DM) yang kurang diperhatikan.
Disebutkan bahwa ada 46 juta orang di dunia yang terkena demensia alzheimer. Dari 46 juta yang terkena demensia alzheimer ini mempunyai pengaruh terhadap keluarga yang terdampak sampai 10 kali lipat. Dapat dibayangkan bila penanganan terhadap penyakit demensia alzheimer ini tidak dilakukan secara komprehensif sejak dari awal, maka populasinya akan terus bertambah, dan pertambahannya sangat fantastis, dari 46 juta yang terkena bisa berdampak pada 460 juta orang. Luar biasa.
“Demensia, termasuk penyakit Alzheimer yang mempengaruhi daya ingat, berpikir, berperilaku dan emosi, adalah salah satu tantangan isu kesehatan masyarakat global terbesar. Pada sekitar 1950-an diperkirakan 2,5 juta penduduk dunia mengidap penyakit ini, dan mencapai enam miliar orang pada tahun 2000. Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, memperkirakan lebih dari satu miliar orang tua yang berusia lebih dari 60 tahun atau 10 persen penduduk dunia mengidap Alzheimer pada tahun 2003” (sumber).
Karena itu, dalam penanganan masalah demensia alzheimer ini, menurut Menkes, Nila F. Moeloek, Pemerintah berkomitmen menyelesaikannya dengan memperbaiki dari hulu, tidak hanya dari hilir. Salah satunya dengan menganjurkan masyarakat untuk hidup sehat dan seimbang dengan mengurangi merokok, meminum-minuman beralkohol, dll. Terus apa sebenarnya gejala umum dari demensia alzheimer. Yayasan Alzheimer Indonesia telah membuat brosur yang dilansir dalam versi bahasa Indonesia, bahasa Arab, dan juga bahasa Perancis menyebutkan 10 gejala umum alzheimer.
Gejala-gejala tersebut adalah kesatu, ganguan daya ingat, di mana penderita kesulitan mengingat informasi baru, dalam memori jangka panjang menghilang, bahkan lupa atas informasi pribadi, seperti tempat tanggal lahir, pekerjaan, atau nama-nama anggota keluarga dekat. Kedua, sulit fokus, di mana penderita sulit melakukan aktivitas, pekerjaan sehari-hari, lupa cara memasak, mengoperasikan telepon, ponsel, tidak dapat melakukan perhitungan sederhana, bekerja dengan waktu yang lebih lama dari biasanya. Ketiga, sulit melakukan kegiatan yang familiar, hal mana penderita seringkali sulit untuk merencanakan atau menyelesaikan tugas sehari-hari, bingung cara mengemudi, sulit mengatur keuangan. Keempat, disorientasi, penderita bingung akan waktu (hari/tanggal/hari penting), bingung di mana mereka berada dan bagaimana mereka sampai di sana, tidak tahu jalan pulang kembali ke rumah. Kelima, kesulitan memahami visuospasial, penderita sulit untuk membaca, mengukur jarak, menentukan jarak, membedakan warna, tidak mengenali wajah sendiri di cermin, menabrak cermin saat berjalan, menuangkan air di gelas namun tumpah dan tidak tepat menuangkannya. Keenam, gangguan berkomunikasi, penderita kesulitan berbicara dan mencari kata yang tepat, seringkali berhenti di tengah percakapan dan bingung untuk melanjutkannya. Ketujuh, menaruh barang tidak pada tempatnya, lupa di mana meletakkan sesuatu, bahkan kadang curiga ada yang mencuri atau menyembunyikan barang tersebut. Kedelapan, salah membuat keputusan, berpakaian tidak serasi, tidak dapat memperhitungkan pembayaran dalam bertransaksi dan tidak dapat merawat diri dengan baik. Kesembilan, menarik diri dari pergaulan, penderita tidak memiliki semangat ataupun inisiatif untuk melakukan aktivitas atau hobi yang biasa dinikmati, tidak terlalu semangat untuk berkumpul dengan teman-temannya. Dan kesepuluh, perubahan perilaku dan kepribadian, di mana penderita mengalami emosi berubah secara drastis, menjadi bingung, curiga, depresi, takut atau tergantung yang berlebihan pada anggota keluarga, mudah kecewa dan putus asa baik di rumah maupun dalam pekerjaan (sumber).
Upaya Preventif
Dengan mengetahui gejala-gejala umum alzheimer di atas (10 gejala umum), sebagai anggota keluarga apa yang harus dilakukan ketika mendapati salah seorang anggota keluarga menjunjukkan salah satu atau beberapa gejala tersebut? Berdasarkan pengalamannya, Farhan menyebutkan “ikhtiar” yang telah keluarga mereka lakukan dalam menghadapi dan menangani penderita alzheimer. Menurut Farhan yang harus dan perlu dilakukan adalah menyusun (membuat) rencana keluarga, membagi tugas dan tanggung untuk menjaga dan merawat penderita, dan menyiapkan diri (fisik maupun mental) menghadapi situasi akibat alzheimer. Dengan melakukan “ikhtiar” seperti itu diharapkan penderita dapat ditanagi secara baik dan keluarga juga tidak mengalami situasi “traumatis” seperti yang diceritakan Dy mengenai ibunya. Karena bagi Farhan tidak mudah menghadapi situasi-situasi seperti itu.
Manfaat Tari Poco-Poco Untuk Memperlambat Alzheimer
Di samping “ikthiar” ala keluarga Farhan dan lima cara untuk mengurangi resiko terkena alzheimer ala YAI, upaya untuk mengurangi resiko terkena alzhemier juga dapat digali dari unsur budaya sebdiri. Salah satu unsur budaya Indonesia yang direkomendasikan untuk menjadi sarana mengurangi terkena resiko alzheimer adalah melalui tari-tarian. Dan salah satu tari-tarian tradisional yang berasal dari budaya leluhur (bangsa) adalah Tari Poco-Poco.
Apa iya Tari Poco-Poco dapat “mencegah” berkembangnya alzheimer? Berdasarkan penjelasan “ahli” tari poco-poco, yang hadir pada acara Kick Andy, episode “Ketika Ibu Melupakannku”, yang melakukan penelitian dan menulis disertasi tentang Tari Poco-Poco, dr. Ria Maria, bahwa secara ilmiah dilihat dari gerakannya, Tari Poco-Poco memenuhi semua unsur yang dibutuhkan yang dapat mengaktivasi semua unsur syaraf tubuh sehingga dapat mengurangi (tepatnya memperlambat) berkembangnya alzheimer. Pada Tari Poco-Poco terdapat berbagai gerakan yang memungkinkan rangsangan terjadi sehingga dapat mengurangi resiko terkena alzheimer.