Hari-hari ini kembali publik Indonesia disuguhkan tontontan yang memperlihatkan perilaku para pemimpin politik, pemimpin pemerintahan, birokrat, politisi, hakim, advokat, yang sangat paradoksal dengan sikap keledai. Mereka tidak pernah (mau) belajar dan bercermin pada kondisi sosial yang ada di sekitarnya. Mereka bahkan dengan sengaja menantang dan ingin menulis sejarahnya sendiri. Sehingga yang tampak adalah sikap-sikap arogan, sikap pongah, sikap sombong, laku tak bertanggung jawab, laku menyimpang, dan sikap-sikap serta laku-laku distortif lainnya.
Lihatlah pentas politik nasional dan daerah. Di sana tergambar dengan jelas potret buram perilaku para pengelola negara (dan juga daerah) “bermain” tanpa merasa risih bahwa ada yang mengawasi. Amanah yang dipercayakan kepada mereka, bukannya dijunjung tinggi-tinggi sebagai bentuk pertanggungjawaban, malah dikangkangi hanya untuk memenuhi libido dan syahwat ingin kaya tanpa hak. Keserakahan telah menyeret demikian jauh kesungguhan untuk mengabdi menjadi kerakusan menumpuk harta. Celakanya hal itu dilakukan dengan mengutil sesuatu yang bukan haknya, dana yang mestinya diperuntukan bagi kesejahteraan bersama, dan bagi mereka yang tak berpunya.
Wahai para pemimpin dan pengelola negeri ini, belajarlah pada KELEDAI, ...!!!
Ya sudah, begitu saja “tausyiah” penulis, selamat membaca, …
Wallahu a’lam bish-shawabi
Makassar, 31 Juli 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H