Mohon tunggu...
Emmy Rhomianty
Emmy Rhomianty Mohon Tunggu... pegawai negeri -

seorang tenaga pengajar di salah satu SMA negeri dikotaku

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Karena Ramadahan Gadis Kecil Itu Menangis

26 Agustus 2011   01:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:28 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Laila adalah salah satu dari anak yang kurang beruntung di dunia ini. Dia terlahir tanpa mengetahui siapa orang tuanya, yang dia tau hidupnya terlunta lunta dijalan, mengharap belas kasihan orang untuk mendapatkan sesuap nasi. Jangan kan pendidikan formal membaca atau menulis, pendidik agamapun dia tidak tau. Dia tidak tau apa itu agama, dan untuk apa agama itu. Dia tidak memiliki orang tua,  dia sendiri didunia ini. Yang dia dengar dari teman teman sesama pengemis, ibunya mati tertabrak truk ketika sedang menadahkan tangan memohon belas kasihan, sedangkan ayahnya sudah lama meninggal sejak dia masih didalam kandungan.

Menjalani kehidupan yang keras bukan lah hal yang aneh lagi, bahkan tanpa dia sadari pribadinya tumbuh menjadi anak jalanan yang bermental keras juga, tidak mudah menangis dalam kerasnya kehidupan ini. Bahkan pernah dia tidak memiliki uang sepeserpun untuk membeli makanan, laila terpaksa menahan lapar selama dua hari, tanpa secuil makananpun yang masuk ke perutnya. namun dia tetap ikhlas menjalani hidup ini. Usia nya baru 11 tahunn namun tidak membuat dirinya menjadi cengeng. Terkadang dia ingin menangis, meratapi nasib nya namun hatinya selalu berkata bahwa inilah HIDUP.

Hari itu laila, kepanasan dia merasa haus. Dia mengambil uang 500 an hasil mengemisnya. Dia mendekati sebuah warung dan menyodorkan uang 500 annya , dia mendapatkan satu buah es bungkus. Lumayan untuk menghilangkan haus. Laila bukannya tidak menyadari kalau bulan ini adalah bulan Ramadahan tapi dia tidak mengerti apa itu bulan Ramadhan. Disaat semua orang berpuasa dibulan ini, dia tersenyum sinis dalam hati dia menggerutu saya tidak makan bukan dibulan ramadhan saja tapi hampir disetiap hari. Ketika tangan tangan orang berduit tidak bersedia menyodorkan sebagian rezekinya padaku.

Dan saya selalu memperhatikan tingkah laku si laila, maklum tempat laila mengemis adalah kawasan dimana saya selalu hilir mudik untuk berangkat kerja. Sambil menunggu angkot jurusan tempat saya kerja, saya terbiasa menikmati tingkah laku laila tersebut.

Suatu hari, aku mendekati Laila, gadis manis dengan lesung pipi kusapa dia. Dia mengangguk hormat padaku. kami pun mengobrol sehingga aku tau kalau namanya laila. Dalam bias matanya aku melihat kesedihan. Kutanya dia mengapa dia tidak berpuasa. Alangkah sedih hatiku mendengar jawabannya bahwa dia tidak tau apa itu ramadhan. Lalu laila kutanya tentang agama, diapun menggelengkan kepalanya. Begitu mirisnya hatiku mendengarkan kisah hidupnya. Hatiku trenyuh, aku ingin menolongnya. Kujelaskan secara singkat tentang agama itu agama, dan ramadhan itu apa. Ku ambil uangku ku selipkan di kantong bajunya. Kubisikkan kata, ibu ingin besok kamu berpuasa.

Keesokan harinya, ketika aku akan berangkat kerja kulihat  laila duduk termenung  dibangku terminal . Ada apa pikirku. Puasakah laila, sahurkah dia semalam , sejumlah pertanyaan memenuhi rongga hatiku, namun hati kecilku berbisik bahwa laila puasa. Apakah dia tidak kuat untuk menjalankan ibadah puasa. Kudekati dia, laila memelukku dan menangis. Dengan terbata bata dia berkata padaku. Bahwa Berpuasa membuat dirinya menjadi tenang dan merasa damai. Dia mengucapkan terima kasih telah mengajari dan mengenalkannya dengan bulan Ramadhan.

Akupun bahagia sekali, melihat keadaan laila yang sudah berubah. Menjadi gadis yang terawat rapi dan bersih. Dalam hati aku berniat untuk membantu laila menguruskan beasiswa untuk nya dan  memasukkan nya ke sekolah pesantren. Biar laila dapat mempelajari agama lebih mendalam lagi.

Hendaklah kita bercermin dari kisah hidup laila, agar kita senantiasa selalu bersyukur atas Nikmat dan Karunia yang diberikan olehNya dan tak lupa menyisihkan sebagian dari rezeki kita untuk saudara saudara kita yang berhak menerimanya. Seberat apapun cobaan yang diberikan olehNya kita harus selalu ikhlas menjalani hidup ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun