Sebenarnya, di Pulau Giliyang sudah ada motor dan viar---lebih dikenal dengan sebutan odong-odong. Nah, sering kali odong-odong ini digunakan sebagai alat transpostasi para wisatawan untuk mengunjungi tempat-tempat menarik di sini. Tapi, saya dan teman-teman lebih memilik berjalan kaki. Lebih berasa petualangannya, lebih berasa nge-tripnya. Dan lebih berasa capeknya! Hahaha…
- Giliyang Tersayang Oksigenmu Tak Terbayang
MTMA Pamekasan ini suka meneriakkan: “Cintai Alam Tak Hanya Nikmati Alam”. Nah, dua kali saya ikut trip mereka. Dua kali juga acara pertama mereka sebelum nge-trip untuk meng-eksplore tempat tujuan, adalah menanam pohon, meninggalkan jejak untuk alam.
[caption caption="Bersama Bapak Kepala Desa Bancamara"]
[caption caption="Penanaman pohon"]
Pukul 10.15 kami menginjakkan kaki di Pulau Giliyang. Lalu berjalan selama 45 menit ke rumah Bapak Kepala Desa Bancamara. Rasa capek dan haus pun segera terbayar, karena kami mendapatkan tempat beristirahat yang nyaman dan suguhan kopi yang luar biasa nikmatnya. Ini adalah ungkapan jujur seorang teman yang suka ngopi. Hingga tak habis-habisnya Mas Ari memuji-muji kopi tersebut.
[caption caption="Mas Ari ngopi"]
Belakangan saya juga mendengar teman-teman lain sampai berebutan menghabiskan kopi itu. Saya sih yang nggak begitu minat ngopi, mengangsurkan jatah gelas kopi saya pada teman lain.
Dari wejangan Bapak Kepala Desa, saya pun tahu. Bahwa Giliyang tidak hanya menjadi tempat tujuan karena memiliki tingkat oksigen terbaik. Namun, ada beberapa tempat yang menarik untuk dikunjungi:
- Gua Sarepa
- Batu Canggah
- Gua Air
- Tulang Ikan Paus 25 Meter
Sayangnya, waktu kami yang cuma semalam dua hari nggak akan cukup untuk menjelajahi semua tempat tersebut. Karena Bapak Kepala Desa menyarankankan kami tinggal selama dua malam tiga hari, seperti kebanyakan orang/komunistas/wisatawan yang mengunjungi Pulau Giliyang.
Selain itu, kami nantinya bisa menikmati beberapa pertunjukan tari dan pencak silat khas dari Pulau Giliyang yang biasanya dipertunjukkan kepada para tamu/penggunjung. Dengan sangat menyesal, kami menolak semua tawaran menggoda itu. Waktu kami nggak cukup! Hiks…