Mohon tunggu...
Mahesta Riyadi Putranto
Mahesta Riyadi Putranto Mohon Tunggu... Programmer - Student at Universitas Teknologi Digital Indonesia

Someone who is obsessed with algorithms and programming.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menciptakan Kebahagiaan dan Meningkatkannya dengan Filosofi Tiongkok Kuno Ini

1 April 2024   12:30 Diperbarui: 1 April 2024   12:34 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam menjalani kehidupan ini, banyak hal yang akan terjadi dalam hidup kita. Kita mungkin akan menemukan beragam peristiwa yang memberikan kenangan, baik itu yang membahagiakan atau justru menyakitkan. kita juga akan melalui berbagai situasi dan kondisi yang memberikan pengalaman entah itu baik atau justru pengalaman buruk. 

Kehidapan selalu menghadirkan makna untuk setiap manusia, pepatah mengatakan; seberapa berharga hidup kita, tejatinya tergantung bagaimana kita memaknai setiap detik yang hadir dalam kehidupan kita. Pemaknaan terhadap setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup, juga sangat mempengaruhi bagaimana kita memandang kejadian-kejadian yang akan datang kedalam hidup kedepan.

Riset menunjukan, seseorang dengan masa kecil yang dipenuhi canda dan tawa, memiliki presentase lebih besar untuk memiliki kehidupan yang membahagiakan dimasa dewasannya. Dengan ini memahami pentingnya pemaknaan setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup kita sangat penting untuk dilakukan. 

Persoalannya adalah, jika kita tidak memiliki masa kecil yang menyenangkan, akankah kita memiliki masa depan yang tidak membahagiakan? Tentu saja kita tidak bisa memukul rata, dengan mengkasifikasikannya menjadi dua kelompok seperti itu. Kita tahu, terkadang faktor kebahagian terbesar seseorang sering diperngaruhi oleh faktor-faktor exsternal. Saya adalah salah satu orang yang sangat menyukai kejutan atau hadiah dalam hidup, saya membagi kejutan menjadi 2 tipe. Ketika hadiah tersebut membawa sesuatu yang menguntungkan untuk saya, maka saya akan menyebutnya hadiah. Namun ketika kejutan tersebut ternyata tidak membawa keuntungan, maka saya menyebutnya sebagai masalah.

Sebagian dari kita mungkin memiliki pemaknaan tersendiri terhadap masalah, sering kali timbulnya masalah mempengaruhi bagimnana kita memandang dan menjalani kehiduan. Sehinga tak jarang, hadirnya masalah membuat hidup kita merasa tidak bahagia. Kadang kita melihat kebahagian dengan mengukur hadirnya faktor external kedalam hidup kita, namun tidak sedikit pula yang mengukur kebahagian dengan "bagaimana" memaknai kehidupannya. Kabar baiknya adalah, salah satu cara untuk memaknai kehidupan yaitu dengan mempelajari salah satu filosofi kuno yang didebut dengan Wu Wei, Apa itu Wu Wei?

Pada suatu hari, terdapat seorang petani pemula yang merasa tergerak oleh sebuah video motivasi, dia menjadi familiar dengan gagasan mengenai pentingnya usaha, kehidupan yang harus serba cepat atau yang biasa disebut hustle cultre, berusaha keras dan berjuang dengan keras . Setelah menonton video tersebut selama beberapa waktu, dia memutuskan untuk pergi ke ladangnya dengan bersemangat dan bertekad untuk mendapatkan keuntungan yang besar.

Petani tersebut memutuskan untuk menarik tumbuhan yang ia tanam supaya tumbuh lebih cepat, tetapi hal ini tidak membawa perubahan apapun. Karena itu, dia memutuskan untuk menyiram tanamannya berkali-kali dengan harapan tanaman tersebut akan tumbuh lebih cepat, tetapi ia malah menengelamkan tanaman tersebut. Setelah berupaya untuk mendorong kesuksesannya, sang petani akhirnya menyadari bahwa tak perduli sebanyak apapun usaha yang ia kerahkan, bertindak melawan alam hanya akan merugikan dirinya.

Generate by AI
Generate by AI

Apa Itu Wu Wei

Di balik perkembangan teknologi dan pengetahuan yang akan terus berkembang. Pada dasarnya kita masih tetap akan bergantung kepada alam. Usaha yang dilakukan manusia tetaplah memiliki batasan dan akan selalu berkaitan dengan alam. Misalnya, kita tidak dapat menumbuhkan tanaman jika kita mengisolasinya dari pertumbuhan alami. Meskipun kita dapat memengaruhi dan memanipulasi hal tersebut.

Melansir dari laman Jeng Bella, Penulis ternama Tao Te Ching, yaitu Lao Tzu mengatakan bahwa “dunia selalu mengatur dan memerintah dirinya sendiri, hal itu tidak membutuhkan campur tangan kita sebagai manusia” Lao Tzu juga mengatakan “Ketika kita tiba pada non-aksi, tidak ada satupun yang tidak terselesaikan” Gagasan ini hampir mirip dengan pemahaman dasar mengenai sebuah konsep paradoks yang dikenal dengan “Wu-Wei”.

Tetapi jika kita melihat dari definisi wu-wei sendiri, kita akan menemukan bahwa tidak ada satupun definisi yang konkret mengenai hal tersebut. Beberapa orang menerjemahkan Wu-Wie sebagai non-aksi, tidak melakukan apapun. Sementara yang lain mendefinisikannya sebagai tanpa tindakan dan campur tangan, usaha tanpa berusaha, atau tindakan tanpa usaha.  

Selain itu, Kita mungkin akan menemukan bahwa Taoisme memiliki beberapa lapisan, jika kita berkeinginan mendalami hal tersebut. Mengenai bagaimana Wu-Wei dapat meningkatkan hubungan kita dengan semesta. Dan bagaimana filosofi kuno Wu-Wei “membiarkan segala hal terjadi” tidak lantas membuat kita menjadi seseorang yang pasif dan apatis, hal ini sebenarnya akan meningkatkan kesadaran mengenai bagaimana kita harus mengambil tindakan, yang akan mengarah pada hasil yang lebih baik. 

Makna Dari Ajaran Filosofis Wu-Wei

Berbicara mengenai Wu-Wei, intrepertasi yang paling umum adalah menyelaraskan tindakan kita dengan alam, dan tidak memaksakan apapun, serta bertindak hanya jika diperlukan. Lao Tzu mengatakan bahwa memaksakan sesuatu hanya akan mengarah pada masalah yang tersembunyi. Ia tidak menggunakan istilah paksaan, tetapi lebih kepada memaksa aliran alam, menurutnya alam memiliki jalannya sendiri.

Alam selalu bekerja di balik-balik layar, yang terletak pada akar dari keberadaan manusia dan terus menerus menghasilkan dan menciptakan kembali apa yang disebut Taois sebagai 10.000 hal: segala sesuatu yang berada di bawah langit dan diluarnya.

Namun, terlepas dari gerakan dan daya dorong serta energi semesta yang sangat besar. Masyarakat saat ini, terlalu mementingkan usaha dan kerja keras diatas segalanya. Kita merayakan usaha, terlepas dari efektivitasnya, dan selalu berusaha untuk sibuk agar terlihat sibuk. Analogi ini mirip dengan, kita mendorong batu menanjak hanya untuk terlihat mendorong.

Berusaha merupakan satu hal tetapi berusaha dan bertindak dengan cerdas merupakan hal yang dibutuhkan. Tak bisa pungkiri, terkadang berusaha dengan keras merupakan hal yang penting, dan tentunya usaha juga dibutuhkan, tetapi pada beberapa peristiwa itu tidak diperlukan. Karena terkadang, hal tersebut bergantung pada alur permainan, pada kartu yang kita miliki dan apakah saat ini giliran kita atau tidak. Bertindak tidak sesuai giliran berarti bergerak melawan arus permainan.

Sekilas filosofi Wu-Wei mungkin seperti ajaran Stoikisme dari Yunani Kuno. Stoikisme secara garis besar lebih menekankan pentingnya mengontrol secara total apa yang dapat kita kontrol dan melepaskan yang tidak. Ajaran Stoikisme lebih menekankan pentingnya menciptakan kebahagiaan dalam diri dari pada menggantungkan kebahagian kita dari faktor-faktor eksternal.

Generate by AI
Generate by AI

Belajar Menerapkan Filosofi Wu-Wei Dalam Kehidupan

Kita sering kali memaksakan kehendak kita terhadap sesuatu, terkadang hal ini hanya akan mengarahkan kita pada kerusakan jangka panjang. Terkadang mendorong keberuntungan yang kita miliki diluar kehendak alam semesta hanya akan menjadi kendala dan bumerang. Di sisi lain, situasi atau kondisi yang terjadi seringkali menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa campur tangan dan desakan kita. Dengan membiarkan sesuatu terjadi, hal tersebut akan terselesaikan dengan sendirinya.

Jika kita bertindak sesuai dengan kehendak semesta, maka segala sesuatunya akan berjalan dengan lancar. Misalnya tugas petani diawal paragraf,  adalah menanam benih, tugas benih yaitu tumbuh menjadi tanaman, dan tugas petani selanjutnya adalah memanen hasil dari tanaman tersebut ketika sudah waktunya. Seperti itulah cara semesta bekerja dengan optimal.

Lao Tzu selalu percaya bahwa dunia tidak dapat diperintah, atau kita tidak akan bisa menaruh kontrol kita diatas alam semesta, karena dunialah yang memerintah dirinya. Hal tersebut diluar dari kuasa kita, dan jika kita berusaha untuk menguasainya, maka hanya akan membawa kehancuran untuk kita.

Menghabiskan sepanjang hidup kita, bergerak melawan kehendak alam merupakan upaya yang sia-sia serta membuang-buang waktu. Daripada menghabiskan hidup kita dengan upaya untuk menguasai, mengatur dan mengubah kehendak alam, akan lebih baik jika kita menerima hal tersebut dan membiarkannya berlalu layaknya air yang mengalir pada permukaan batu, bergerak menuju samudra.

Samahalnya seperti pembacaan Jeng Bella tentang Bazi yang dapat membaca bleprint seseorang, beberapa orang dilahirkan untuk memimpin dan yang lain di lahirkan untuk mengikuti, beberapa hal harus selalu kaku dan yang lain dapat menjadi fleksibel, beberapa hal secara alami kuat dan besar dan yang lain akan selalu kecil, beberapa hal harus selalu dilindungi dan dipelihara dan yang lain akan menemui kehancurannya. Sang master mampu menerima segala sesuatu sebagaimana adanya, dan karena belas kasih jauhilah pemborosan, berlebihan, dan sesuatu yang ekstrim. Lao Tzu, Tao Te Ching, 29

Generate by AI
Generate by AI

Bertindak untuk tindakan itu sendiri

Ketika kita dapat mendalami makna dari Wu-Wei, hal tersebut akan menjadi lebih menarik. Kita dapat mengasumsikan bahwa definisi yang paling akurat mengenai Wu-Wei adalah tindakan tanpa usaha, berbeda dari terjemahan konvensional seperti “tanpa-aksi” dan “tidak melakukan apa-apa”. Hal tersebut lebih kepada bertindak dengan aktif, bergerak sesuai jalan, meskipun secara umum disebutkan dengan membiarkan segalanya terjadi.

Dengan tindakan tanpa usaha, kita dapat mengatakan bahwa kita tidak melakukan sesuatu secara berlebihan, melainkan bergerak mengikuti. Kita bergerak mengikuti aliran sungai tanpa mempertimbangkan kemana aliran tersebut akan membawa kita, berlayar pada daerah yang belum dipetakan, dan jangan biarkan ketidaktahuan akan sesuatu menganggu perjalanan. Sepertihalnya kita berenang mengikuti arus, tidak melawannya, membuat jalan yang dilalui semakin lancar, tanpa terbata-bata. Berenang melawan arus membutuhkan usaha yang lebih, sama seperti bergantung pada sebuah batu. Sehingga membiarkan diri kita terbawa arus atau tidak melawan kehendak alam adalah jalan yang baik.

Ketika kita memaksaan sesuatu, masalah akan muncul. Misalnya ketika kita ingin pergi berkencan, orang yang akan kita temui hanya tertarik pada satu hal yaitu mengetahui diri kita seperti apa, orang seperti apa yang mereka temui pada saat itu. Tetapi banyak orang yang melakukan persiapan berlebihan, menganalisa secara berlebihan dan melatih kata-kata yang ingin diucapkan. Makanya kita merasa gugup, tertekan dan khawatir.

Mengapa hal tersebut terjadi? Biasanya terjadi karena kita terlalu fokus pada hasil, Zhuangzi pernah berkata mengenai bagaimana harapan yang berbeda dapat memengaruhi emosi dan tindakan jika kita menggantungkan diri kepadanya.

Menerapkan Filosofi Wu-Wei Dalam Kehidupan

Berbicara mengenai kencan, kebanyakan orang mengingankan kencan yang mereka jalani berjalan dengan sukses, dan ingin orang yang kita ajak berkencan menyukainya. Sehingga muncul tekanan, ada harga yang harus di menangkan, dan jika tidak mendapatkan hal tersebut, kita akan merasa sedih dan galau. Sehingga kencan yang mungkin akan menjadi sesuatu yang menyenangkan, malah menjadi sesuatu yang membuat tertekan, terkesan di paksaan dan penuh dengan kekhawatiran. Dengan pikiran yang berkecamuk dan persiapan yang berlebihan.

Kita menghalangi jalan sendiri, menghalangi kehendak semesta, yang sebenarnya tidak bisa kita kontrol, tidak perduli sedalam apa kita memikirkannya atau persiapan seperti apa yang kita lakukan. Tetapi bayangkan jika kita datang dalam suatu kencan, tanpa persiapan yang berlebihan, tanpa mengharapkan apapun. Sekarang kita bertindak secara natural, spontan, dan tidak memberikan ruang untuk overthingking disitulah kita menerapkan Wu Wei.

Karena tidak ada waktu untuk merencanakan, menganalisis dan segala sesuatu yang terjadi pada saat itu, maka akan terlihat lebih tulus dan tidak kaku. Sehingga, jika kita mampu membiarkan hasil sebagaimana adanya, maka kita akan mampu bertindak tanpa usaha dan lebih responsif terhadap tindakan yang dilakukan.

Memandang Ego Melalui Kacamata Wu-Wei

Jika kita memilih untuk mendalami diri kita lebih dalam, maka kita akan sampai pada ego dan kekosongan yang terdapat didalam diri kita. Karena pengalaman di masa lalu, situasi sosial, atau ideologi kita membentuk diri menjadi seseorang yang memiliki pengetahuan, kebudayaan yang sesuai dengan konteks tersebut. Konteks ini dapat berupa komunitas religius, negara, profesi.

Umumnya kita melihat ini sebagai sesuatu yang baik, tetapi ada sisi negatifnya. Dan sisi negatif ini, bekaitan dengan ego. Ini cenderung dikaitkan dengan bagaimana kita melihat dunia, dan memandang kenyataan. Ketika kita terlibat dalam percakapan dengan pasangan, ego biasanya mengisi gap yang tidak diketahui dengan prasangka, fantasi, dan keyakinan. Semakin besar ego tersebut, maka akan semakin besar kemungkinan bagi ego untuk terlibat dalam situasi tersebut. Hal ini secara tidak langsung akan membuat kita terputus dari apa yang sebenarnya terjadi atau membuat kita tidak hadir dalam moment tersebut. 

Sehingga, orang-orang dengan keyakinan yang kuat seringkali kesulitan untuk melihat dunia dari sisi yang berbeda, atau berpikir diluar penjara itelektual mereka. Karena itu, Lao Tzu menyarankan kita untuk kembali pada proses awal, dia menyebutnya dengan ” blok yang tidak terukir” kita dapat membayangkan blok yang belum terukir sebagai seseorang yang belum dibebankan oleh berbagai pengetahuan, sehingga pandangannya terhadap dunia masih sangat jelas.

Konsep dari wu-wei sendiri pada dasarnya mengajarkan kita untuk bergerak searah dengan kehendak semesta, membiarkan semesta melakukan pekerjaannya, merupakan tindakan yang lebih berani dan dibutuhkan banyak keberanian. Kita harus menjadi cukup berani untuk melepaskan apa yang telah dipelajari, membuat kerangka normatif, dan membuang asumsi yang kita miliki.

Tinggalkan pengetahuan dan masalahmu akan selesai. Apa perbedaan antara iya dan tidak? apa perbedaan antara baik dan jahat? haruskah kita menakuti apa yang orang lain takuti? tidak masuk akal, lihat berapa jauhnya kita kehilangan tanda. Lao Tzu, Tao Te Ching, 20

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun