Mohon tunggu...
erma septiawati
erma septiawati Mohon Tunggu... Ahli Gizi - an reading enthusiastic

cause sharing is caring! enjoy reading

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Waspada, Bahaya KEP Mengintai Masa Depan Anak!

8 Januari 2020   20:00 Diperbarui: 8 Januari 2020   20:01 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dewasa ini seperti yang kita ketahui terdapat berbagai macam masalah yang berhubungan dengan Gizi, khususnya pada usia balita. Dari berbagai masalah gizi yang ada, salah satu yang menjadi perhatian yaitu KEP (Kekurangan Energi Protein), dimana akibat dari terjadinya KEP pada usia balita akan berpengaruh terhadap perkembangan anak di masa mendatang. Oleh karena itu, diperlukan perhatian khusus untuk mengcegah terjadinya KEP pada usia balita.

Apabila saat ini tidak dilakukan upaya untuk melakukan pencegahan terjadinya KEP (Kekurangan Energi Protein), maka di masa mendatang dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan pada anak.

Akibatnya, anak dapat mengalami gangguan terhadap perkembangan kognitif selain itu apabila KEP (Kekurangan Energi Protein) sudah termasuk dalam kategori KEP berat dapat menyebabkan timbulnya penyakit Kwashiorkor. Sehingga, diperlukan upaya yang cukup ekstra untuk mencegah hal tersebut agar tidak terjadi.

selain itu, apabila kecukupan energi protein tidak dapat dicegah dapat menyebabkan terganggunya proses metabolisme yang tidak efektif. Sehingga, dapat menyebabkan terjadinya penyakit gagal ginjal kronik. Meskipun, tanda dari gejala gagal ginjal kronik tersebut tidak lansung akan tampak begitu saja ketika masa kanak-kanak.

Gangguan penyakit lain yang mungkin akan timbul akibat KEP (Kurang Energi Protein) yaitu menyebabkan terjadinya penurunan produksi asam amino pada tubuh.

Penurunn Produksi asam amino tersebut dapat menyebabkan terjadinya penurunan aktivitas fisik, tetapi asupan makan meningkat lebih tinggi. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya obesitas yang beresiko pada penyakit kronik lain nya yaitu diabetes dan juga stroke.

Kecukupan asupan energi dan protein juga berpengaruh langsung terhadap status gizi anak. Tidak tercukupinya asupan energi dan protein bahwa sebanyak 17,9% balita mengalami gizi kurang dan sebanyak 4,9% mengalami gizi buruk.

Oleh karena hal tersebut maka diperlukan kecukupan asupan untuk energi dan protein, semenjak bayi hingga anak berusia 2 tahun karena masa tersebut merupakan masa emas pertumbuhan anak.

Status gizi tersebut merupakan hal yang cukup penting dalam proses pertumbuhan anak-anak di masa mendatang. Di mana, status gizi kurang ditandai dengan adanya penurunan pada berat badan yang cuku drastis yang menjadi salah satu tanda bahwa kebutuhan protein tidak sesuai dengan kebutuhan anak atau dengan kata lain anak mengalami kekurangan asupan protein. Hal tersebut menjadi salah satu faktor resiko terjadinya penyakit di masa mendatang yang banyak tidak disadari oleh para orangtua.

Upaya untuk mencegah terjadinya KEP (Kurang Energi Protein) tidak hanya diperuntukan untuk orang tua yang memiliki anak balita, tetapi semua kalangan masyarakat perlu untuk ikut terlibat didalamnya.

Meskipun demikian, peran ibu dalam memenuhi asupan energi dan protein melalui pemberian ASI sangat disarankan, karena tercukupinya ASI dapat meningkatkan kebutuhan energi pada balita dari 33% menjadi 66%.

Sehingga, diperlukan kesadaran para ibu untuk lebih memperhatikan pemenuhan ASI pada balita sebagai upaya preventif untuk mengurangi resiko terjadinya KEP (Kurang Energi Protein) di masa mendatang.

Kecukupan Energi dan Protein pada anak usia balita diperlukan untuk menunjang perkembangan anak di masa mendatang. Kebutuhan asupan protein yang optimal pada usia 1-2 tahun sebesar 5-20%.

Untuk memenuhi kecukupan asupan protein tersebut selain dengan cara pemberian ASI secara ekslusif dapat pula dilakukan dengan mengonsumsi susu formula atau yoghurt, agar masalah KEP (Kurang Energi Protein) dapat dicegah.

Kecukupan energi dan protein pada anak harus dapat terpenuhi sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak. Kebutuhan akan asupan protein diperoleh pada waktu makan pagi 14%-20%, makan siang 25%-31%, dan makan malam 37%-43% dari total konsumsi anak per hari.

Oleh karena itu, pemenuhan makanan dengan tinggi protein sangat disarankan bagi anak yang menderita KEP (Kurang Energi Protein) atau sebagai tindakan preventif agar resiko KEP tidak terjadi pada anak.

Kebutuhan asupan energi dan protein berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu. Kebutuhan untuk protein dalam sehari yang terdiri dari 3 kali makan utama, yaitu 60% protein berasal dari sumber protein hewani dan 40% berasal dari sumber protein nabati. Sehingga, kecukupan untuk energi dan protein memang benar-benar harus diupayakan agar tercukupi.

Permasalahan tercukupi atau tidaknya asupan energi dan protein pada balita, tidak hanya ditentukan oleh tolak ukur tercukupinya pemenuhan ASI pada saat bayi.

Akan tetapi, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya KEP (Kekurangan Energi Protein) tersebut, diantaranya pengetahuan ibu dan tingkat ekonomi suatu rumah tangga.

Sehingga, diperlukan upaya untuk melakukan suatu penyuluhan dan perhatian lebih mengenai adanya masalah KEP agar tidak semakin banyak kasus yang timbul.

Tidak terpenuhinya asupan energi dan protein pada balita merupakan suatu masalah yang cukup serius untuk segera di selesaikan. Sebab, tingginya kejadian KEP (Kurang Energi Protein) menyebabkan berbagai implikasi penyakit pada anak di masa mendatang apabila tidak segera diatasi sejak bayi.

Hal tersebut tentunya berpengaruh terhadap tingkat kesehatan dan umur harapan hidup yang menjadi salah satu tolak ukur penentu keberhasilan proses pembangunan suatu negara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun