Mengutip judul sebuah artikel media online The New York Times "A German Exception? Why the Country's Coronavirus Death Rate Is Low", saya kemudian terpikir menulis beberapa pendapat pribadi terkait artikel tersebut, yang selama masa pandemi ini saya dengar lewat media (tv dan radio) di Jerman.
Adapun 10 urutan teratas jumlah orang yang terinfeksi Virus Corona, Covid-19, di dunia per hari ini tanggal 20 April 2020, saat tulisan ini saya buat adalah
- Amerika Serikat (USA); terinfeksi 759.786 orang, meninggal 40.683 orang
- Spanyol; terinfeksi 198.674 orang, meninggal 20.453 orang
- taly; terinfeksi 178.972 orang, meninggal 23.660 orang.
- Perancis; terinfeksi 154.098 orang, meninggal 19.744 orang
- Jerman; terinfeksi 145.743 orang, meninggal 4.642 orang
- Britania Raya (UK); terinfeksi 121.173 orang, meninggal 16.095 orang
- Turki; terinfeksi 86.306 orang, meninggal 2.017 orang
- China; terinfeksi 83.817 orang, meninggal 4.636 orang
- Iran; terinfeksi 82.211 orang, meninggal 5.118 orang
- Rusia; terinfeksi 47.121 orang, meninggal 405 orang
Sementara menurut website yang sama, di Indonesia disebutkan yang terkonfirmasi terinfeksi ada 6.575 orang dan 582 orang meninggal dunia. Pandemi ini belum berakhir dan kita tidak tau kapan berakhir.Â
Jerman sendiri masih terus berjuang, walau menurut London Deep Knowledge Group (DKG), bahwa Jerman masuk dalam kategori negara yang berhasil dalam menangani pandemi ini, atau, disebut sebagai negara teraman di Eropa dan di dunia menjadi urutan kedua setelah Israel.
Reaksi Jerman terhadap Covid-19
Covid-19 yang menyerang sistim pernafasan dengan sangat agresif itu begitu cepat merambat di berbagai penjuru dunia. Setelah pertama kali di konfirmasi keberadaannya di Wuhan, China Desember 2019 lalu. Saat ini, jumlah yang terinfeksi karena Covid-19 mencapai 2.411.553 orang dan meninggal 165.338 orang yang tersebar di berbagai negara di dunia.
Di Jerman, sejak dikonfirmasi orang pertama terinfeksi Covid-19 tanggal 27 Januari 2020 di Bavaria, yang ditangani di klinik dari Wendner, tepat dua bulan setelahnya, per tanggal 27 Maret 2020, jumlah orang yang terinfeksi menyentuh angka 47.497 orang. Hari ini per tanggal 20 April 2020, tidak sampai satu bulan jumlah yang terinfeksi lebih dari 3 kali lipat, yaitu mencapai 145.743 orang.Â
Reaksi Jerman terhadap penyebaran Covid-19 diawali dengan menutup akses dan perbatasan Jerman serta memberlakukan "working from home (WFH) dan study from home (SFH)" yang awalnya direncanakan 2 minggu lalu diperpanjang 5 minggu, dari tanggal 16 Maret 2020 sampai 13 April 2020. Namun, masa WFH dan SFH ini juga masih diperpanjang hingga 3 Mei 2020.
Peningkatan jumlah terinfeksi yang sangat drastis naik terjadi di minggu-minggu setelah WFH dan SFH diberlakukan, bahkan tanggal 3 April 2020 yang terinfeksi mencapai 7.580 orang dan meninggal 222 orang.
Kondisi ini menjadi alasan perpanjangan masa WFH dan SFH di Jerman yang diharapkan menjadi solusi menurunkan tingkat penularan Covid-19.
Perlindungan, Regulasi dan Denda
Penanganan Covid-19 di Jerman sejauh ini, selain menekankan social/physical distancing (1,5-2 meter), memperhatikan masalah higienis (kebersihan sekeliling mencuci tangan bersih dengan sabun (minimal 20 detik), mencuci pakaian dari yang dipakai dari luar rumah dengan suhu 60 derajat, dll. dari waktu ke waktu kebijakan terus di-update sebagai usaha memperlambat penularan Covid-19.
Selain itu, informasi terkait program penanganan Covid-19 pun perihal anggaran atau bantuan pemerintah bisa kita ketahui secara transparan lewat konfrensi pers kepala pemerintahan/negara bagian, mentri-mentri dan tim medis lewat tv dan radio. Semisal, kebijakan bagi mereka yang menjalankan usaha, yang selama masa Covid-19 ini ditutup, bisa mengajukan bantuan kepada pemerintah.Â
Hal lain misalnya, jika sewa rumah tidak bisa dibayar jangka waktu April-September 2020, maka penyewa tersebut tidak diperbolehkan dikeluarkan.Â
Panic buying sebagai reaksi masyarakat terhadap diberlakukannya penutupan perbatasan, ditanggapi pemerintah dengan jaminan penyediaan bahan makanan.Â
Bahkan negara bagian Bavaria di awal pandemi menyebutkan menyiapkan dana 50 juta Euro untuk men-support saat masa pandemi. Hal ini kemudian terlihat, walau rak-rak toko makanan sampai kosong hari itu, besok harinya sudah terisi kembali.Â
Sejauh ini, masalah penyediaan dan harga makanan tetap bisa dikontrol pemerintah. Walau masalah penyediaan seperti cairan desinfektan, masih belum didapat di pasar, atau, adanya pembatasan terhadap item yang boleh dibeli untuk barang tertentu (seperti masker hanya boleh beli satu per orang di Apotik).
Selain informasi dan perlindungan yang saya sebut di atas, pemerintah juga memberlakukan denda bagi yang melanggar aturan terkait pencegahan Covid-19 ini.Â
Seperti di Berlin, hanya diperbolehkan dua orang bepergian atau olahraga, asumsinya adalah keluarga. Jika lebih dari 2 orang, maka setiap orang didenda 200 Euro (sekitar 3,4 juta rupiah). Atau untuk restoran yang buka dikenakan sanksi 5.000 Euro (atau sekitar 89 juta rupiah).
Anomali Angka Terinfeksi dan Meninggal di Jerman, apa yang bisa dipelajari?
Walau secara umum Jerman memberlakukan social-physical distancing tapi ada beberapa kota yang memberlakukan lockdown. Seperti beberapa kota di Bavaria dan Nordhein-Wesfalen atau seperti negara bagian Mecklenburg-Vorpommern yang sejak awal telah mengunci akses, bahkan dari negara bagian lain di Jerman pun tidak diijinkan masuk kecuali dengan alasan kuat.Â
Dan terbukti, sejauh ini mereka lah yang paling rendah angka terinfeksi dan meninggal dari 16 negara bagian lainnya di Jerman.
Menjadi pertanyaan banyak pihak sejak awal, bagaimana bisa angka terinfeksi di Jerman sangat besar tapi jumlah yang meninggal bisa rendah? Walau sebenarnya belum bisa dijawab sebab pandemi ini belum berakhir, namun bisa dianalisa langkah-langkah yang dilakukan Jerman dari waktu ke waktu seperti uraian saya di atasÂ
1. Informasi yang ter-update lewat Media
Informasi terkait Covid-19 dan penanganannya terus ter-update lewat tv, radio, surat kabar online serta website resmi departemen kesehatan, sehingga masyarakat bisa terus mengikuti perkembangan dan tindakan penting yang perlu dilakukan.Â
Selain itu, pengadaan acara diskusi secara live di tv/radio dengan mendatangkan nara sumber berbeda, mulai dari pemerintah, medis dan ekonom, sangat membantu membuka wawasan tentang hal yang sedang dihadapi dari hari ke hari, terutama untuk masyakat awam.Â
Memberi rasa aman, dengan adanya jaminan dari pemerintah itu sangat penting bagi masyarakat. Rasa aman dan immun tubuh pun tidak bisa dipungkiri adalah sangat erat berkaitan. Seperti penyediaan tempat perawatan intensif yang terus ditambah dan terus diberitakan.Â
Atau informasi penting kesehatan, seperti disebutkan Professor Streeck, di minggu awal masa WFH dan SFH dengan adanya symtom baru Covid-19 yakni kehilangan indra perasa dan penciuman.Â
Disebutkan juga, 2/3 dari orang yang terinfeksi Covid-19 yang diteliti tersebut mengalami gangguan indra perasa dan penciuman sebelumnya; ada yang tidak bisa mencium bau popok bayinya, ada yang tidak bisa mencium bau shampoo yang digunakan.
Selain itu, orang yang berusia di atas 70 tahun diharapkan untuk tinggal di rumah dan tidak dikunjungi karena mereka rawan terkena virus. Begitu juga dengan orang yang memiliki riwayat kesehatan yang berhubungan dengan pernapasan, diabetes dan sakit jantung.
2. Mengadakan Test Massive dan melacak kontak-kontak orang yang terinfeksi
Jerman melakukan test Covid-19 secara massive sejak awal Maret. Bahkan, saya masih ingat, saat keputusan untuk WFH dan SFH ini masih tahap dipertimbangkan, beberapa titik di negara bagian Baden-württenberg (ibu kota Stuttgart) telah mengadakan pemeriksaan terhadap kendaraan yang lewat (kebetulan saya bekerja di negara bagian ini).
Jika ingin mengontrol pandemi ini maka kita harus tau siapa yang terinfeksi. Bagaimana caranya? Melakukan test! Seperti anjuran badan kesehatan dunia (WHO), "Test, test, test!"
Anjuran ini lah yang menjadi benang merah buat Jerman. Seperti pernyataan menteri kesehatan di tv, terkait alasan tingkat kematian yang rendah tersebut, faktanya, Jerman melakukan sangat banyak test dan diagnosa laboratorium. Disebutkan juga, sepanjang Maret, ada sebanyak 500 ribu test per minggu.Â
Sejak April ditargetkan bisa melakukan test sebanyak 100.000 sampai 150.000 per hari.
Melakukan banyak test adalah salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengontrol pandemi saat ini. Target pemerintah melakukan banyak test adalah agar orang yang positif terinfeksi bisa segera ditangani.
Selain itu, dengan mengetahui orang positif terinfeksi, semua orang yang pernah kontak bisa segera dilacak. Jadi, semakin cepat juga terkontrol penyebarannya.Â
Karena itu, siapapun tidak boleh lengah dan harus segera bertindak setelah mengetahui indikasi awal Covid-19 ini. Masih ingat, 28 Februari lalu, saat satu orang karyawan di Düsseldorf terinfeksi, setelahnya 1.500 karyawan lainnya mesti dikarantina.Â
3. Rasa Percaya Masyarakat terhadap Pemerintah
Tidak mudah memutus rantai penularan Covid-19 saat ini, namun, tidak berarti tidak mungkin diperlambat penularannya. Karena itu kerjasama semua pihak diperlukan. Tidak hanya pemerintah yang sigap, tapi juga masyarakat yang siap diajak bekerjasama.Â
Disebutkan oleh artikel The New Yorks Time, bahwa keberhasilan Jerman mengatasi pandemi ini, selain karena melakukan banyak test dan sistim kesehatan yang mendukung (tersedianya perawatan intensif yang cukup), juga, rasa percaya masyarakat terhadap pemerintah.
Saat diminta WFH dan SFH, dan, social/physical distancing diberlakukan, masyarakat secara umum taat. Disebutkan, dalam hal penanganan Covid-19 ini, oposisi pemerintah terpilih juga mengikuti keputusan yang ada.
Selain itu, faktor lainnya juga disebut, sejak pertengahan January, sebelum berita virus ini besar di masyarakat Jerman, rumah sakit Charite Berlin telah mengembangkan test dan memposting formula itu secara online. Setelah kasus pertama dikonfirmasi, bulan Februari lalu, laboratorium di semua wilayah Jerman telah menyiapkan stok alat uji.Â
Jerman mulai Melonggarkan Aturan setelah 20 April 2020
Menimbang angka terinfeksi yang mulai menurun dan dikuatirkan masa karantina bisa ber-impact depresi bagi masyarakat, Rabu kemarin, 15 April 2020 Kabinet yang menangani masa Corona ini rapat dan memutuskan.
Mulai Senin, 20 April 2020 toko-toko dengan luas 800 m2 diijinkan untuk dibuka dengan tetap mengikuti aturan physical distancing. Sementara, sebagian karyawan sudah memulai kembali bekerja, namun anak-anak sekolah masih mengikuti rencana SFH sampai 3 Mei 2020.
Sejauh ini, ada 4 negara bagian Jerman yang ikut dengan keputusan yang disebut. Sementara, Berlin akan mulai mengikuti mulai Rabu, 22 April 2020. Selain itu, negara bagian seperti Sachsen menambahkan aturan dengan mewajibkan pemakaian masker di tempat umum sejak hari ini.Â
Semoga pandemi ini segera berakhir dan Indonesia juga bisa mengatasi dengan baik.
Stay safe and healthy!
Ditulis dari Stuttgart
20.04.2020