Di penghujung September lalu, Minggu 30/9, saat angin musim gugur sudah mulai terasa mencubit permukaan kulit, saya dan teman berangkat dari Dresden ke Mühlbach, Maxen di bagian timur Jerman. Langit Dresden sempat memucat, walau suhu kembali menjadi lebih hangat. Bahkan tidak beberapa lama berselang langit biru membentang indah memayungi kota Mühlbach dengan tenang.
Adalah Dorffest, pesta rakyat yang menandai berakhirnya musim panas di daerah Mühlbach-Maxen. Desa yang terletak di dekat Sächsische Schweiz, lebih kurang satu jam perjalanan dari Dresden. Dorffest jika diartikan secara langsung adalah Festival Desa. Dimana bagi saya sendiri, baru kali inimengikuti pesta desa di luar kota Berlin dan Dresden. Alasan saya, terlepas dari keingintahuan yang lebih jauh tentang kultur Jerman, adalah ingin melihat replika Raden Saleh dan Blaue Häusel (Masjid Berkubah Biru) dihadirkan saat pawai arak-arakan di Dorffest itu, seperti yang pernah saya tuliskan sebelumnya.
[caption id="attachment_202070" align="aligncenter" width="521" caption="Bersama Franziska (istri Mas Gatot) dan Ibu Tronicke (pengelola Blaue Häusel) "][/caption]
Kembali menilik sejarah, berkisar tahun 1839-1849ketika bapak seni lukis modern Raden Saleh Syarif Bustaman atau sering dijuluki sebagai ‘Bapak Modernitas Jawa’ pernah tinggal di Maxen selama 4 tahun. Raden Saleh yang melarikan diri dari kolonial Belanda saat itu, diterima dengan baik oleh Mayor Friedrich Anton Serres dan istrinya Friederikadi Maxen. Karena merasa diterima dengan baik oleh keluarga Serres, Raden Saleh merasa lebih bebas berekspresi, baik lewat cara bepakaian ataupun lewat karyanya. Dimana, yang tadinya di Belanda Raden Saleh selalu mengenakan pakaian gaya Eropa, di Maxen dia memilih pakaian rancangan sendiri dengan memadukan sorban dengan kemejaserta mengenakan jubah. Demikian juga dengan tema lukisan yang tadinya adalah potret dan pemandangan, berubah menjadi tema perburuan.
Hubungan persahabatan keluarga Serres dan Raden Saleh meninggalkan kesan yang dalam di hati keluarga Serres, sehingga Serres membangun Blaue Häusel di area bukit Mühlbach untuk menghormati Raden Saleh. Blaue Häusel ini kemudian menjadi salah satu icon kota Maxen. Karena itu, setiap pesta rakyat (Dorffest) diselenggarakan, sudah menjadi kebiasaan dari pengelola Blaue Häusel untuk mengundang masyarakat Indonesia. Dimana, tahun 2012 lalu, Mas Gatot dari Jogja mewakili Raden Saleh masa kini forum Indonesia (Formid) Dresden.
***
Apa yang menarik dari Dorffest tersebut? Selain kehadiran replika Raden Saleh dan Blaue Häusel saat pawai, ada kesan dari perayaan yang tidak jauh berbeda dengan pesta rakyat Indonesia. Dimana, sesaat memasuki kota Mühlbach, umbul-umbul sudah menghiasi kanan dan kiri jalan raya, selain itu suara musik dengan pengeras suara juga sudah menyambut dari jauh.
Hal unik lainnya yang bisa dilihat dari perayaan ini, kita bisa melihat hampir semua rumah menghias halaman dengan orang-orangan yang diberi kostum musim gugur. Dimana, jumlah orang-orangan adalah mewakili orang yang tinggal di dalam rumah tersebut.
[caption id="" align="aligncenter" width="320" caption="Hiasan orang-orangan dengan kostum musim gugur"][/caption]
Sebelum acara pawai mulai, bersamaan dengan waktu makan siang, masyarakat setempat dihibur dengan musik orkestra pemerintah kota setempat terlebih dahulu. Pawai berjalan dengan lancar dan disambut oleh masyarakat dengan baik. Tidak hanya pawai, sesekali terlihat ada peserta pawai yang membagikan makanan dan minuman kepada masyarakat. [caption id="" align="aligncenter" width="320" caption="(Pawai dipimpin oleh dua wakil pemerintah setempat)"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="320" caption="(kostum jaman dahulu di desa Mühlbach, Maxen)"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="320" caption="(Schlacht by Maxen 1759)"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="320" caption="(menggambarkan kehidupan di tahun 1803)"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="320" caption="(Replika Blaue Häusel beserta Raden Saleh memberi salam)"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="320" caption="(Nyonya Serres (Ibu Tronicke) bersama Raden Saleh (Mas Gatot) dalam iringan pawai)"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="320" caption="(Mewakili Keluarga Raja Friedr. August III tahun 1906)"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="320" caption="(Keluarga Serres serta Raden Saleh, dan Keluarga Raja dalam satu iring-iringan)"][/caption]
Mengikuti acara Dorffest ini, bagi saya tidak ubahnya belajar tentang sejarah perkembangan kota Mühlbach. Dimana, lewat iring-iringan pawai kita bisa melihat bagaimana perkembangan masyarakat Mühlbachsejak jaman dahulu. Dan satu hal yang tidak pernah terpikirkan oleh saya, bahwa sosok Raden Saleh mengambil bagian dalam sejarah perkembangan desa tersebut.
[caption id="" align="aligncenter" width="320" caption="Kami di depan replika masjid berkubah biru"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="320" caption="(potret Raden Saleh serta lukisan Maxen di musim dingin karyanya, diambil dari poster yang di tempel di bagian samping replika Blaue Häusel. Lihat foto di atas.)"][/caption] ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H