Mohon tunggu...
Denny Boos
Denny Boos Mohon Tunggu... Administrasi - Profesional

Perempuan asal Tobasa. Menyukai hal-hal sederhana. Senang jalan-jalan, photography, sepedaan, trekking, koleksi kartu pos UNESCO. Yoga Iyengar. Teknik Sipil dan Arsitektur. Senang berdiskusi tentang bangunan tahan gempa. Sekarang ini sedang ikut proyek Terowongan. Tinggal di Berlin.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Das Blaue Häusel von Maxen, Masjid Biru dari Maxen

1 Oktober 2012   15:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:24 846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti ditulis dalam surat-suratnya, Raden Saleh mengaku bahwa kota Maxen adalah kota terindah yang dikenangnya. Hal ini tidak lain tidak bukan, karena persahabatannya dengan keluarga Serres yang telah dianggapnya sebagai orang tua kedua, juga, karena teman-teman dan guru-nya memberi banyak pengaruh dalam kehidupan Raden Saleh selanjutnya.

Persahabatan indah yang dijalinnya selama di Maxen membuat Serres tergerak hatinya untuk membangun blaue Häusel lebih dikenal dengan Masjid Berkubah Biru, untuk menghormati Raden Saleh. Blaue Häusel itu dibangun di area bukit Mühlbach, dimana kita bisa menikmati keindahan area bukit yang berlapis-lapis bahkan dalam perjalanan menuju ke sana, kita bisa melihat bagian dari negara Republik Ceko. Rupanya tempat ini juga dikagumi oleh penulis ternama Denmark, Hans-Christian Andersen, dan hanya 5-10 menit jalan kaki dari blaue Häusel adalah tempat kesukaan beliau. Menurut Ibu Tronicke, Hans-Christian Andersen pernah duduk di bangku kayu, tempat kami menikmati pemandangan kemarin sebanyak 13 kali.

[caption id="attachment_202072" align="aligncenter" width="614" caption="Oleh Raden Saleh, persahabatan manis itu dituliskan di ambang pintu masuk masjid, dalam aksara Jawa yang berarti: Hormatilah Tuhan dan cintailah sesama manusia."]

13491057121445558657
13491057121445558657
[/caption] [caption id="attachment_202074" align="aligncenter" width="517" caption="Tempat Hans-Christian Andersen pernah menikmati Mühlbach, dekat blaue Häusel"]
13491059711941528625
13491059711941528625
[/caption]

Dan untuk mengenang keberadaannya di sana, si ibu menyediakan satu kotak plastik berisi buku karangan Hans-Christian Andersen untuk bisa dibaca oleh siapa saja yang berkunjung ke tempat tersebut.

[caption id="attachment_202078" align="aligncenter" width="498" caption="tergantung di salah satu pohon dekat Hans-Christian Andersen duduk"]

13491060711647913709
13491060711647913709
[/caption]

Blaue Häusel menjadi salah satu ikon kota Maxen (saya menemukan dalam brosur kota Maxen bahwa blaue Häusel ini ada di nomor 14), bahkan saat ulang tahun kota Maxen yang ke-750 di tahun 2005, replika Raden Saleh dan Masjid Berkubah Biru juga dihadirkan saat pawai arak-arakan. Demikian juga hampir setiap tahunnya saat pesta rakyat, Dorffest, Raden Saleh masa kini dan replika Masjid Berkubah Biru, dihadirkan.

Sebegitu dekatkah kota Maxen dengan sosok Raden Saleh?

Ternyata dekat bahkan cukup akrab. Bukan hanya dengan Raden Saleh, tapi Maxen menjadi dekat dengan masyarakat Indonesia, khususnya yang ada di Dresden. Sehingga, setiap kali ada pameran di museum Maxen terkait dengan Raden Saleh atau pesta kota seperti ini, masyarakat Indonesia hampir selalu diminta kesediaannya untuk berperan serta, semisal menyumbang lewat tarian asli Indonesia atau ikut pawai dengan pakaian tradisional Indonesia. Alasannya semata-mata adalah untuk menghadirkan suasana khas dari negara asal pelukis terkenal yang pernah tinggal di Maxen, Raden Saleh.

Jadi, menurut saya benar adanya, bahwa dengan tibanya Raden Saleh di Maxen bukanlah hanya sebuah kebetulan. Persahabatan yang ditinggalkan oleh Raden Saleh dengan keluarga Serres, yang pada akhirnya mewakili bangsa Indonesia itu, kemudian menjadi warisan berharga hingga kini diantara kedua negara, Indonesia dan Jerman. Bahkan, di testimoni yang ditinggalkan Pak Eddy Pratomo tahun lalu, Bapak Duta Besar Indonesia untuk Jerman, bahwa, Raden Saleh adalah duta pertama Indonesia di Jerman (saya kebetulan baca kemarin saat berkunjung di Blaue Häusel).

[caption id="attachment_202080" align="aligncenter" width="484" caption="salah satu pojokan di blaue Häusel. ada patung pahat model Raden Saleh, foto Raden Saleh dan juga dengan jendela yang khas (sejenak, lihat lah pemandangan ke luar...)"]

13491061831784361931
13491061831784361931
[/caption] [caption id="attachment_202081" align="aligncenter" width="452" caption="Spot yang sama seperti di atas, saat Pak Dubes, Pak Eddy berkunjung ke Mühlbach tahun lalu. (saya ambil dari testimoni-tapi tidak melampirkan tulisan beliau)"]
1349106304611553378
1349106304611553378
[/caption]

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun