Mohon tunggu...
Denny Boos
Denny Boos Mohon Tunggu... Administrasi - Profesional

Perempuan asal Tobasa. Menyukai hal-hal sederhana. Senang jalan-jalan, photography, sepedaan, trekking, koleksi kartu pos UNESCO. Yoga Iyengar. Teknik Sipil dan Arsitektur. Senang berdiskusi tentang bangunan tahan gempa. Sekarang ini sedang ikut proyek Terowongan. Tinggal di Berlin.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Castle Eropa vs Rumah Adat

11 Juni 2012   07:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:07 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Eropa, sebut saja Jerman. Disamping teknologi, sistem dan sepakbola nya, yang paling menarik perhatian saya adalah bangunan-bangunan bersejarahnya yang hingga kini tetap terpelihara. Bahkan, jika kita berkunjung ke kota-kota kecil sekalipun, disana akan menemukan tempat yang dulunya dianggap penting dan sampai saat ini tetap terpelihara, semisal, bekas istana raja atau sekedar tempat peristirahatannya di musim panas.

Pernah suatu ketika, saya diajak teman mengunjungi reruntuhan biara, namanya Klosterpark Altzella, letaknya di sebelah timur Jerman. Setelah tiket dibayar kami mulai memasuki area yang cukup luas dan dipenuhi oleh pohon-pohon yang daun-daunnya hijau (kebetulan musim panas). Selembar kertas yang dilaminating berisi keterangan tentang tempat itu memang dipinjamkan, namun, berhubung dalam bayangan saya..., bahwa tempat yang dituju adalah reruntuhan bangunan besar, maka saya tetap saja ngoceh dan nggak ngeh. Rupanya, ya, kami sudah ada dalam area kunjungan.

Saya hanya bisa tersenyum. Dan mungkin setiap kitapun akan menyisakan senyum pada akhirnya. Yang nyatanya, hanyalah ibarat lapangan luas dengan rumput-rumput dan kuda-kuda, serta dikelilingi oleh pepohonan. Satu hal yang saya dapati, bahwa semua keterangan tentang tempat itu tersedia dengan lengkap dan juga sekeliling terjaga bersih. Jadi, ya, tetap saja hitungannya "cuci" mata.

Kalau dipikir-pikir, kenapa juga area seluas itu tidak digunakan untuk hal lain? Dan kembali lagi pada pilihan "nilai" sejarah. Dimana secara tidak langsung, saat mereka membuka untuk wisata, mereka juga memberi kesempatan untuk mengetahui sejarahnya, dan bukan hanya anak-cucunya tapi kepada semua orang.

***

Tidak jauh berbeda ketika kami berkunjung ke salah satu reruntuhan istana raja di Trosky,  Czech Republik. Menurut keterangan buku panduan dan juga resepsionis, tempat ini adalah salah satu tujuan wisata yang banyak dikunjungi disana. Maka pagi itu, kami bersegera memulai petualangan dengan menaiki sejumlah anak tangga.

Setelah sampai di atas, pemandangannya sangat cantik. Namun setelah kunjungan tersebut berakhir, kembali saya menyisakan pertanyaan "loh, bekas istananya yang mana? yang tadi itu kan tembok?" Hmm. Kemudian saya sedikit diskusi sama si teman, kenapa juga ya mereka tidak membuatkan sebuah monumen di atas? Sekalinya dibuka untuk wisata...

kondisi reruntuhan di bagian atas...

Pemandangan dari atas

bersiap untuk menuruni kembali tangga-tangga yang cukup banyak itu

***

Negara-negara Eropa berlomba-lomba untuk "menjual" daya tarik mereka lewat pesona bangunan-bangunan bersejarahnya. Jadi, adalah hal yang wajar jika mereka menyisihkan dana yang cukup besar untuk perawatan bangunan tersebut.

Saya baru memahami (setelah mengambil kuliah khusus saat master dulu), betapa rumitnya untuk merencanakan sebuah renovasi bangunan bersejarah disini. Disamping adanya kriteria khusus dari pemerintah daerah yang harus dipenuhi, juga kriteria teknisnya itu sendiri, semisal, mencari material yang paling cocok dengan material awal yang digunakan, dlsbg. Dan yang saya ketahui juga bahwa di kota Dresden tidak diijinkan sembarang (bahkan) untuk merenovasi rumah sendiri, jika berada di area historical city.

Pertanyaannya sekarang, bagaimana keberadaan gedung-gedung bersejarah kita sekarang? Apakah kita sebagai generasi muda, yang sebenarnya sudah diwajibkan belajar sejarah sejak dini, benar-benar mencintai sejarah kita?

Bisa dimaklumi, jika jumlah bangunan bersejarah kita tidak sebanyak yang di Eropa, berhubung negara kita ada di daerah rawan gempa. Namun, tidak menjadi alasan untuk tidak mengetahui, bukan?  Jangan salah, selain bangunan yang merujuk pada sesuatu fungsi khusus yang digunakan oleh pembesar dimasa dahulu, kita juga memiliki warisan bangunan-bangunan bersejarah yang sangat banyak yaitu rumah-rumah adat. Semisal, rumah Bolon/Sopo, rumah Lamin, rumah Toraja, atau rumah Gadang dlsbg. Kalau dipikir-pikir lagi, raja-raja di jaman dulu, tinggalnya di rumah adat bukan? sama saja seperti castle nya Eropa, dong...:-)

Dan pada akhirnya, mari kita bangga dengan apa yang kita miliki dan memeliharanya dengan baik.

1339374860846449182
1339374860846449182

Walau rencana awal tulisan ini adalah untuk merespon tulisan Pak Joko tentang gembok cinta di Frankfurt...tapi jadi singgah kemana-mana. Ya sudah, kapan-kapan versi "Gembok Cinta di Breslau, Polandia" nya saya lanjutkan.

Selamat Pagi :-)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun