Mohon tunggu...
Denny Boos
Denny Boos Mohon Tunggu... Administrasi - Profesional

Perempuan asal Tobasa. Menyukai hal-hal sederhana. Senang jalan-jalan, photography, sepedaan, trekking, koleksi kartu pos UNESCO. Yoga Iyengar. Teknik Sipil dan Arsitektur. Senang berdiskusi tentang bangunan tahan gempa. Sekarang ini sedang ikut proyek Terowongan. Tinggal di Berlin.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pemuja Hati Rakyat

3 Maret 2012   17:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:33 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disini aku berdiri...

Memandangi langit biru yang Kau cipta.

Menimbang-nimbang genangan cinta juga benci,

menghardik rasa yang hampir mati suri.

Padamu, wahai petinggi negeri...

***

Disini aku merenung...

Terduduk di sudut kesenyapan.

Menghalau kabut diantara bau hujan yang menciumi bongkahan aspal retak,

untuk setiap tapakan anak negeri yang beringsut pergi, meninggalkan ibu pertiwi dalam ketidakpercayaan.

kau membiarkan jiwa-jiwa terusir dari tanah yang kaya dan makmur ini...

kau tidak perduli, bukan?

***

Disini aku mengikatkan harapan...

disela nafas-nafas amis yang mengotori jumantara,

diantara kesibukan-kesibukan mengeringkan tuduhan, kebencian, pun cercaan..

kau tak lagi takut, bukan?

sekejap saja, tak perlu berlama-lama lalu semua akan lenyap...

uang, uang dan uang, lalu uang...

uang membeli keadilan,

keadilan terjual demi uang,

tak ada lagi kepatutan yang perlu dipertanyakan,

segumpal keserakahan bisa terbingkai indah dalam sepotong wajah peri.

kau membiarkan banyak hati terluka karena sebentuk kepentingan.

kepercayaan yang kau tangguhkan itu, hanyalah angka bukan lagi bisikan suci dari sang Khalik

Semua akan segera menguap, bukan?

***

Disini aku tersungkur...

Menguntai doa-doa padaMu pemilik semesta.

Aku tak ingin luruh dalam dekapan nestapa,

Lalu membentangkan kebencian yang meracuni jiwa.

Bangunkan rasa itu, wahai pujaan hati rakyat...

Bangunkan jiwa-jiwa luhur bersegera.

Hati anak negeri ini bukan lagi hanya meraung pun lelah meradang.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun