Mohon tunggu...
Denny Boos
Denny Boos Mohon Tunggu... Administrasi - Profesional

Perempuan asal Tobasa. Menyukai hal-hal sederhana. Senang jalan-jalan, photography, sepedaan, trekking, koleksi kartu pos UNESCO. Yoga Iyengar. Teknik Sipil dan Arsitektur. Senang berdiskusi tentang bangunan tahan gempa. Sekarang ini sedang ikut proyek Terowongan. Tinggal di Berlin.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Cerita Perpustakaan: Menemukan Kesenangan Vs Motivasi

13 Desember 2011   12:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:22 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_148487" align="aligncenter" width="300" caption="salah satu ruang baca perpustakaan"][/caption]

Dalam seminggu ini ada hal menarik yang kuperhatikan selama beredar di perpustakaan. Dari orang-orang pengunjungnya dan cara penampilannya. Sebut saja masalah penampilan, dari yang super modis, setengah modis, biasa-biasa saja sampai yang sedikit mencolok, aneh. Walo terbungkus jaket winter dari luar, tapi setelah lepas jaket bersiaplah dengan kejutan, suerrrr..:-D

Suhu dibawah nol tidak membuat sebagian cewe jadi berpakaian berlapis-lapis selayaknya musim dingin. Tapi, para mahasiswi itu rela saja mengenakan sehelai stoking tipis di kakinya, demi terlihat serasi dengan sepatu boot yang dipakai. Jujur saja, saya yang cewe pun mengagumi dandanan seperti itu. Dalam arti, keren! Apalagi udah cantik ditambah lagi tau berdandan, makin lengkap sudah, bukan? Mereka masuk dalam kategori modis menurutku.

Segelintir bercandaan ringan diantara mahasiswa asing, khususnya para kaum adam, “kalau mau belajar dengan pemandangan yang segar-segar, perpustakaan adalah tempatnya. Apalagi di musim panas.”

Untuk kategori setengah modis, saya artikan musiman. Kemarin bisa dandan habis-habisan, tapi hari ini saat ketemu lagi, dandanannya kebalikan dari hari sebelumnya. Tampaknya mood-mood an, ya, bisa saja. Dan untuk yang biasa-biasa, semua orang pasti sudah bisa membayangkan seperti apa kira-kira, lebih tepatnya gak terlalu mikirin mode sudah ter update sampai dimana.

Tiga hari lalu, tanpa sengaja saya bertemu seorang cowo yang berambut hijau. Hijaunya sangat muda. Sempat saya terpikir mahasiswa itu pakai rambut palsu atau semacam topi. Saking kampungannya, seingatku, saya sempat bengong juga mengamati, kami ketemu mata soalnya. Dan kemudian saya lalu berfikir, betapa si rambut hijau itu sangat percaya diri ya, coba saya punya percaya diri seperti dia walau tak harus dalam hal penampilan.

Baru saja saya berpapasan dengan seorang cewe berbadan sedikit tambun ketika mau ke toilet, rambutnya berbagai macam ukuran. Setengah potongan rambut kepala berukuran variasi, mulai dari 2 sampai 8 cm. Kemudian, setengahnya lagi, di layer (panjang). Dan rambut itu dicat warna merah dan hijau. Lucu. Dan lagi-lagi, saya salut dengan percaya diri, si cewe. Saya menyukai mode, dan pernah menyempatkan diri belajar potong rambut di Jakarta, dengan dasar ini, saya merasa benar-benar tidak update jenis potongan rambut masa kini. Unik? Entahlah. Yang pasti, masih beda aliran lagi dengan yang jenis punk.

Oh ya. Sering juga saya perhatikan, mereka yang dandan berantakan pun sering ngendon di perpustakaan. Beberapa kali saya berpapasan dijalanan dekat Universitas dengan orang yang dandanannya antah berantah, ehh...ketemu lagi diperpustakaan dengan setumpukan buku, sampai tengah malam pula. Ibu yang bawa anak kecil (tak menjadi alasan bagi mereka gak ke perpustakaan karna punya anak balita, walau tanpa suster dan pembantu), orangtua yang sudah diatas 50 tahunan, mereka yang datang dengan kursi roda, ya, semua kita ketemu disini.

Dan satu yang pasti, apapun tampilan luar mereka, apapun profesi mereka. Selama di perpustakaan, ya, serius belajar. Kesungguhan mereka selalu membuatku merasa tertantang untuk duduk berlama-lama diperpustakaan. Apalagi perpustakaan kami buka dari Senin sampai Minggu. Untuk hari Senin sampai Sabtu, buka dari jam 07:30 pagi sampai 12:00 malam. Sementara hari Minggu, buka dari jam 10:00 pagi sampai jam 06 sore.

Khususnya mahasiswa di sini yang "dikenal" semua penjuru akan kecenderungannya berpesta, hura-hura, tampaknya perlu dipikir ulang, karna pada kenyataannya mereka sangat tau membatasi diri, kuliah tetap nomer satu. Kalau saya bandingkan dengan pengadobsian gaya hidup hedonisme ala kebanyakan anak Jakarta, saya sendiri jadi malu. Kadang, saya merasa, kenapa ya mengadopsi satu sisi (misalnya demen party) saja tapi tidak mengadopsi kegigihan mereka belajar? Duduk diperpustakaan dari Senin sampai Jumat, misalnya.

-mendadak jadi pengamat disaat ngantuk-

13.12.2011 (12:45 pm)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun