Di langit, sebuah pesawat terbang dengan gembira,
Simbol harapan dan awal yang baru,
Tapi milikku, itu tertinggal,
Kisah kehilangan dan mimpi yang belum terselesaikan.
Mesinnya menderu dengan suara yang memekakkan telinga
Saat ia naik lebih tinggi ke hamparan langit biru
Tapi hatiku tenggelam seiring berlalunya waktu
Ketika saya menyadari perjalanan saya telah berakhir.
Sayapnya, yang dulu menjulang tinggi, kini terkulai rendah
Seolah berduka atas nasibnya sendiri
Jendela-jendela yang tadinya berkilau kini redup
Seolah berduka atas pelarian jiwanya sendiri.
Para penumpang turun sambil menghela nafas
Seolah mengakui nasibnya sendiri
Barang bawaannya dibongkar dengan berat hati
Seolah berduka atas keadaan hidupnya sendiri.
Pesawat itu berdiri sendiri, menjadi saksi bisu
Untuk kisah mereka yang datang dan pergi
Kenangan itu masih melekat, seperti aroma di udara
Seolah berduka atas perjalanan yang telah dimenangkan.
Matahari terbenam, menebarkan rona emas
Seolah mengucapkan selamat tinggal pada hari ini
Pesawat yang menjadi simbol harapan dan impian kini masih ada
Seolah berduka atas perjalanan yang akan datang.
Pesawat, metafora perjalanan hidup
Dengan naik turunnya, lika likunya
Namun seperti halnya pesawat, kita pun harus belajar
Untuk melepaskan apa yang ada di belakang kita dan terus maju, untuk menghadapi kenyataan.
Jatinegara, 23 Januari 2024