Jika dalam konteks seorang penulis menuangkan kata "kelir" ke dalam sebuah novel, maka arti dari kata tersebut mungkin berkaitan dengan makna simbolik atau metaforis yang diinginkan penulis. Biasanya, dalam sebuah novel, penggunaan kata "kelir" akan disesuaikan dengan konteks cerita, gaya penulis, latar waktu atau geografis, serta tujuan dari penggunaannya.
Namun, jika belum diketahui konteks cerita tersebut, maka sulit untuk memberikan jawaban yang pasti tentang arti "kelir" dalam novel. Mungkin artinya bisa berbeda-beda tergantung pada penggunaan kata tersebut dalam cerita yang spesifik.
Secara metafora, kelir dapat diartikan sebagai gambaran dari serangkaian upaya dan tindakan kita yang diarahkan untuk mencapai tujuan atau cita-cita tertentu. Seperti halnya proses pembuatan tenunan, pencapaian suatu tujuan juga membutuhkan kerja keras, ketekunan, dan kesabaran.
Selain itu, kelir juga mengandung unsur kerja sama dan kolaborasi, karena pembuatan kelir biasanya dilakukan secara bersama-sama oleh sekelompok orang yang memiliki tugas dan peran tertentu dalam proses pembuatan. Dalam mencapai tujuan juga, seringkali diperlukan kerja sama dan kolaborasi dengan orang-orang di sekitar kita untuk mencapai hasil yang lebih optimal.
Secara keseluruhan, kelir dapat dijadikan metafora yang menginspirasi kita untuk memiliki sikap yang tekun, sabar, dan kolaboratif dalam mencapai tujuan atau impian yang diinginkan.
Sejauh yang saya ketahui, kata "kelir" tidak memiliki arti dalam bahasa Indonesia. Namun, kata ini dapat mengacu pada pelurusan kain yang diikat pada sebuah kerangka kayu atau besi ketika membuat tenun ikat tradisional di daerah Jawa Tengah, Indonesia. Di daerah tersebut, alat ini sering disebut sebagai "kelir".
Sedang Secara etimologi, kata "kelir" berasal dari bahasa Jawa yang dieja sebagai "klir". Kata tersebut diambil dari kata kerja "nlir" yang berarti mengait atau mengikat. Dalam pembuatan tenun ikat tradisional, alat kelir berfungsi sebagai kerangka atau rangkaian kayu atau besi yang berbentuk mirip dengan bingkai foto. Melalui kerangka ini, kain yang akan diikat dan ditenun akan ditegakkan dan diikat dengan tali agar membentuk pola yang diinginkan sebelum ditenun.
Secara simbolik, kelir bisa diartikan sebagai alat yang digunakan untuk membuat pola atau desain pada tenunan ikat tradisional. Dalam hal ini, kelir dapat diartikan sebagai metafora mengenai bagaimana kehidupan kita juga dapat dibuat dan diarahkan ke arah yang diinginkan seperti pembuatan pola pada tenunan.
Selain itu, kelir juga dapat diartikan sebagai penanda jati diri suatu bangsa. Tenunan kelir khas Indonesia, misalnya, memiliki pola dan warna yang khas dan menjadi ciri khas bangsa Indonesia yang dapat dikenali dunia internasional. Dalam hal ini, kelir dapat menjadi simbol bangga akan identitas bangsa serta keunikan yang dimilikinya.
Nah, dalam salah satu novel karya Yon Bayu Wahyono yang baru saya baca bertajuk "Kelir" berisikan tentang kisah fiksi, bagaimana keterkaitan serta pergulatan seorang anak manusia (pria) dari suku Jawa yang mencari jati diri saat berada di persimpangan antara pilihan menjadi pemeluk Islam yang kaffah atau pencampuran yang disebut Islam Kejawen.
Berkisah tentang suku Jawa yang sarat dengan budaya, mitos maupun klenik serta keterkaitan dengan pemimpin kerajaan yang penuh misteri. Hal ini Mungkin karena penulisnya berasal dari suku Jawa ya, jadi pengemasan kisah novel ini begitu menarik. Cocok untuk bacaan santai karena mudah untuk dicerna oleh pikiran kita termasuk saya yang bukan berasal dari suku Jawa.
Dalam pertemana saya memiliki seorang teman akrab yang memang pernah memeluk kejawen, jadi buku ini secara tidak langsung menambah pengetahuan saya. Ada beberapa hal menarik yang saya baca dari buku ini adalah terdapat beberapa filosofi Jawa seperti, weton lahir. Yang menarik lagi mengenai makanan kalian bisa baca pada halaman 62. "Nasi dibungkus daun jati adalah perlambang kesejatian diri. Ini merupakan salah satu ajaran Sabdo Sejati". Â Sungguh dalam filosofinya daun Jati ya.
Novel Kelir ini menarik, karena saat membacanya membuat hati jadi penasaran akan lanjutannya, hingga sayang men-jedanya walau hanya untuk minum saja hahahaa. Kalian penasaran juga akan isi bacaan lengkap buku ini ya? Beli dong, hubungi langsung Yon Bayu Wahyono, tentunya kalian sudah kenal beliau, ya kaan
Judul buku : Kelir
Penulis : Yon Bayu Wahyono
Cetakan I : Agustus 2023
Ukuran : 14 x 21 cm
Tebal : 162 halaman
Penerbit : Teras Budaya Jakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H